Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)
Dalam setiap agama selalu ada salam khas dimilikinya, misal dalam agama Hindi ada salam “Om Swastiastu” yang artinya: “Semoga Tuhan memberkatimu” (“May God blesses you”) atau “Om Şanti Şanti Şanti, Om”, artinya: “Semoga damai dimana-mana” (“May peace be everywhere”). OM sendiri adalah simbol dari Allah.
Dalam agama Budha ada salam “Namo Buddhaya”, yang artinya “terpujilah Buddha” jika kita bertemu dengan orang lain yang patut dihormati, misalnya guru, kakak pembina, orang tua, biku/ni, pandita, dan lain-lain..
Begitu juga dalam agama Islam, dikenal salam dalam bahasa Arab: “Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”, dalam Yudaisme ada salam: ”Shalom aleichem”, dalam agama Kristen diucapkan salam: “Shalom Aleichem b’Shem Ha Mashiach”. Kedua salam dalam Yudaisme dan Kekristenan ini ada dalam bahasa Ibrani. Bahasa Arab dan bahasa Ibrani termasuk dalam rumpun bahasa-bahasa Semitik yang banyak digunakan di Timur Tengah. Agama Yahudi (Yudaisme), Kristen dan Islam sendiri adalah termasuk agama monotheisme Abrahamik/Ibrahimi.
Assalamu alaikum (السلام عليكم ; as-salāmu `alaykum) merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh kultur Muslim. Istilah Salam ini dalam bahasa Arab berarti ”Damai” ("peace"). Salam ini juga bisa diucapkan sebagai Assalaam 'Alaykum yang berarti ”Damai kiranya menyertaimu” ("Peace be upon you"). Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan persaudaraan antarumat Islam (Ukhuwah Islamiyah) di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Secara tradisional salam ini akan dijawab dengan Wa `Alaykum as-Salaam, yang berarti “dan kiranya damai menyertaimu juga” ("and upon you be peace").
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 23: Dialah Allah, tidak ada ilaah (sesembahan) yang layak kecuali Dia, Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha Mengaruniai rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka persekutukan.
Di dalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah SWT. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam.
Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah yang artinya ”semoga Allah menjagamu tetap hidup”, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, ”semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa”. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti "Semoga Allah menjadi Pelindungmu".
Makna ungkapan salam Islami ini lebih dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, "Aku berdoa semoga kamu sejahtera." Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan (perlakuan)-nya, lidah (lisan)-nya, dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Nabi Muhammad sangat menekankan penyebaran pengucapan Salam antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling utama diantara perbuatan-perbuatan baik yang anda kerjakan.
Salam ini dalam bentuk lengkap adalah “Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh” (السلام عليكم و رحمة الله و بركاته), yang artinya ”Semoga Allah merahmati, dan memberi keselamatan dan memberi berkah kepada kita sekalian” atau ”Damai kiranya menyertaimu dan juga belas kasih Allah dan berkahNya” ("Peace be unto you and so may the mercy of Allah and His blessings").
Dikatakan Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim.
Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika”. Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.”
Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.
Al-Qur’an mengajarkan etika membalas penghormatan. Disini umat Islam diperintah untuk saling memberi salam. Hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu saja yang mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah SWT sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
Tentang arti penting salam secara spiritual, Nabi Muhammad selanjutnya memberikan arahan bahwa bahkan ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah, sebab malaikat yang akan menjawab.
Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam di dalam surat Al-An’aam ayat 54, ada petunjuk untuk memberi salam kepada para dhuafa’ dengan ‘Assalamu ‘alaikum’ pada saat kedatangan mereka. Hal ini mengandung dua arti: Pertama, menyampaikan penghormatan dari Allah SWT kepada mereka. Ini adalah kehormatan dan penghargaan yang tinggi bagi Muslim yang miskin dan tulus hati. Perlakuan ini menguatkan hati dan menambah semangat mereka. Arti ke-dua, menyampaikan sambutan yang baik yang pantas mereka terima, atas ijin Allah SWT, dengan nyaman, damai dan tenang, meskipun jika mereka membuat beberapa kesalahan.
Salam ini juga digunakan oleh kultur Kristen di Timur Tengah yang mempunyai arti “kedamaian dan kesejahteraan” bagi yang mengucapkan salam dan penerima salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem dalam bahasa Ibrani.
Shalom aleichem (atau sholom aleichem) (bahasa Ibrani שלום עליכם shālôm alêḵem; bahasa Yiddish שלום־עליכם şolem aleyxem) adalah sebuah salam dalam bahasa Ibrani, yang berarti "Damai kiranya menyertaimu" ("Peace be upon you"). Jawaban yang tepat adalah "Aleichem shalom" atau “Kiranya damai menyertaimu juga”.
Salam ini dilakukan dalam bentuk jamak - sehingga digunakan untuk menyalami banyak orang - meskipun misalnya digunakan untuk satu orang saja. Sebuah penjelasan religius untuk hal ini ialah bahwa orang menyalami baik tubuh maupun jiwa.
Shalom dapat juga diterjemahkan dengan "Damai", damai yang dirasakan secara pribadi, ketenangan dan keseimbangan mental yang mendalam, yang dirasakan sebagai hadiah bagi kita yang menghargai Allah.
Ini juga merupakan nyanyian tradisional Yudaisme (agama Yahudi) yang dinyanyikan pada hari Jum’at malam pada awal Sabat, yaitu hari Sabat Yahudi. Dalam hal ini, kata-katanya dimaksudkan untuk menyambut para malaikat. Nyanyian ini dapat dinyanyikan sekurang-kurangnya dengan empat melodi, tetapi selalu dibawakan dengan sukacita yang besar.
Bait pertamanya dalam bahasa Ibrani ditransliterasikan sebagai berikut:
Shalom aleichem malachei ha-shareis malachei elyon, mi-melech malchei ha-melachim Ha-Kadosh Baruch Hu.
Arti kata-kata nyanyian ini adalah:
Damai sertamu, ya malaikat yang melayani, para utusan Yang Maha Tinggi, dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.
Datanglah dalam damai, para utusan damai, para utusan Yang Maha Tinggi,
dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.
Berkatilah daku dengan damai, para utusan damai, para utusan Yang Maha Tinggi,
dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.
Kiranya keberangkatanmu terjadi dalam damai, para utusan damai, para utusan Yang Maha Tinggi,
dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.
Kalimat salam Shalom aleichem ini adalah juga bentuk salam tradisional diantara komunitas Yahudi Ashkenazi di Eropa Timur. Salam ini sangat mirip dengan salam bahasa Arab yang digunakan oleh banyak kaum Muslim di seluruh dunia, yaitu assalamu alaikum. Ucapan kaum Kristen Maltese (bahasa nasional Malta), sliem għalikom adalah bahasa yang sama asalnya dengan bahasa Arab maupun Ibrani. Salam ini digunakan dalam bentuk jamak – sehingga digunakan sebagai salam bagi orang banyak – sejajar ketika salam itu dikenakan bagi satu individu perorangan. Kata ”Sliem” sendiri berarti ”damai, kesejahteran dan penghiburan”. Kota Sliema di Malta berasal dari perkataan ini, seperti digunakan dalam doa bahasa Malta "Sliem Għalik Marija" (”Salam Maria penuh rahmat”).
Sliem għalik Marija, bil-grazzja mimlija, l-Mulej miegħek. Imbierka inti fost in-nisa, u mbierek il-frott tal-ġuf tiegħek Ġesu.
Qaddisa Marija omm Alla, itlob għalina midinbin issa u fis-siegħa tal-mewt tagħna. Amen.
Arti kata-kata doa ini adalah:
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu; terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Kata ”Sliem” ini serupa dengan salaam dalam Bahasa Arab dan shalom dalam Bahasa Ibrani, dan juga Bahasa Phoenicia salem. Sambutan bahasa Arab dan Ibrani As-Salamu Alaykum (السلام عليك) dan Shalom aleichem (שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם) mirip dengan penyataan bahasa Malta, Sliem għalikhom.
Tentang Bahasa Malta sendiri adalah sebuah bahasa Semitik yang dipertuturkan di Malta, sebuah negara kepulauan kecil yang berada di selatan Italia dan juga merupakan anggota Uni Eropa. Bahasa Malta adalah satu-satunya bahasa Semitik yang ditulis dengan huruf Latin. Bahasa ini sebenarnya mempunyai banyak kemiripan dengan Bahasa Arab, bahkan nyaris serupa dengan varian bahasa Arab di Afrika Utara. Hal ini ditengarai dengan banyaknya kesamaan kosakata antara kedua bahasa tersebut. Meskipun bahasa Malta adalah sebuah bahasa Semitik, tetapi kosakatanya banyak dipengaruhi bahasa Italia dan bahasa Inggris. Malta pernah merupakan jajahan Britania Raya.
Dalam ajaran Kristiani, junjungan agung kita, Sri Baginda Yesus Kristus mengajarkan untuk memberi salam: ”Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu” (Mat 10:12, 13).
Malaikat Agung St. Gabriel (Jibril) memberi salam pada Sayidatina Maryam Al ’Adzra (”Bunda Maria Sang Perawan Tak Bernoda), Maryam Al-Walidatul Ilah (Theotokos): Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau". Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. (Luk 1:28, 29)
Umat Kristen di Gereja Roma dan semua gereja para Rasul dianjurkan untuk saling memberikan salam: Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus. Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus. (Rom 16:16)
Ketika Rasul Paulus, menyurati jemaatnya di Korintus mengatakan: “Salam kepadamu dari saudara – saudara semuanya. Sampaikanlah salam sayang kepada yang lain dengan cium kudus” (1 Kor. 16:20), ”Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus” (2 Kor.13:12). Rasul Paulus mengingatkan umat kristiani akan kedekatan relasi dan kasih. Mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hal yang sama dianjurkan oleh Rasul Petrus (1Pet. 5:14).
Di dalam Kekristenan, salam ini dalam bentuk lengkap adalah "Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach" atau “Shalom Aleichem b’Shem Ha Mashiach” yang artinya "Damai kiranya menyertaimu di dalam nama Yesus Sang Mesias” atau "Damai kiranya menyertaimu di dalam nama Sang Kristus” ("Peace to you in the name of Jesus my Messiah"). Jawaban yang tepat adalah "We aleichem shalom b’Shem Ha Mashiach" atau “Kiranya damai menyertaimu juga di dalam nama Sang Kristus”. Salam ini secara lengkap dipakai di Gereja Orthodox Indonesia.
Di dalam Injil Lukas(Luk 1:29), setelah Malaikat Jibril memberinya salam, Qiddisa Settena Maryam Al 'Adzra, Umm Al Maseeh” (”Santa Perawan Maryam, Ibu Kristus”) bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Ini menunjukkan sebuah salam dalam konteks keagamaan mempunyai arti dan makna yang mendalam. Namun banyak orang Kristen menyingkat kalimat salam itu dengan ”Shalom” saja. Seperti salam kaum Muslim, “Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”, salam Kristiani, "Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach" atau “Shalom Aleichem b’Shem Ha Mashiach”, bukan hanya sekedar salam biasa atau ungkapan kasih-sayang, seperti: Salam Hello, Hei, apa kabar, dalam tata pergaulan sehari-hari, tetapi terlebih dari itu. Kalimat salam itu merupakan suatu ”Doa” yang begitu indah yang bisa kita berikan kepada setiap orang yang kita jumpai, bahkan menurut tradisi Yudaisme di atas, salam ini adalah salam bagi menyambut para malaikat. Suatu salam yang indah bukan?
Karena zaman serba instan, karena pandangan populernya, semuanya harus efisien, perlu yang praktis-praktis, singkat dan cepat, tidak menutup kemungkinan suatu saat kelak, salam kaum Kristiani "Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach" atau “Shalom Aleichem b’Shem Ha Mashiach” hanya menjadi kalimat salam zaman dahulu. Dan sekarang cukup dengan mengucapkan: ”Shalooom ... ” (hanya cara pengucapannya diperpanjang, tetapi kalimat salamnya disingkat, sehingga maknanya sebagai doanya tidak lengkap), juga ironinya kadang orang sudah tidak mengerti makna rohaninya dan hanya menjadi seonggok kalimat tata-cara pergaulan Kristiani atau bahkan sekedar lip service (keramahan di mulut saja), bukan suatu doa indah penuh makna. Maka tidak lama lagi mungkin orang Kristen cukup mengucapkan salam ini dengan ”Looooom ... ” (dengan cara pengucapan diperpanjang, kata salamnya dipenggal, sehingga sama sekali tidak ada maknanya sebagai doanya).
Referensi
1. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: Assalamu alaikum. Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London) Translated by Ir. Gusti Noor Barliandjaja and Muhammad Arifin M.A. (Madinah): "http://id.wikipedia.org/wiki/Assalamu_alaikum".
2. From Wikipedia, the free encyclopedia:
As-Salamu_Alaykum:http://en.wikipedia.org/wiki/As-Salamu_Alaykum;
Shalom_aleichem http://en.wikipedia.org/wiki/Shalom_aleichem;
Sliem: http://en.wikipedia.org/wiki/Sliem
3. Islamic-Dictionary.com: Meaning of Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
4. Ida Bagus Adi Sudewa. The Balinese Alphabet: Om Swastiastu; Om Şanti Şanti Şanti, Om: http://www.babadbali.com/aksarabali/alphabet-c.htm
5. Majalah Lumen Dei. Syalom Aleikhem be shem Ha Massiakh. Oktober – Desember 2009.
6. Pemuda Tridharma Indonesia Daerah Bekasi:
http://ptidb.blogspot.com/2009/04/mendemonstrasikan-sikap-anjali.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN