Berbeda dengan tiga gerakan utama kultus abad XIX yaitu Mormon, 7th-day Adventist, dan Jehovah Witnesses yang berbentuk organisasi yang solid dengan doktrin yang solid pula, pada akhir abad XIX bersemi pula aliran sempalan dari Adventisme yang kemudian terpecah-belah dalam banyak kelompok yang berdiri sendiri-sendiri dengan doktrin yang berbeda-beda. Gerakan ini disebut Sacred Name Movement (SNM / Gerakan Nama Suci) karena memiliki kesamaan dengan mengutamakan nama YHWH (tetragrammaton) yang dianggap Nama Suci yang harus dipulihkan.
YHWH (tetragrammaton)
SNM adalah gerakan yang menggeser keyakinan kekristenan yang berpusat Yesus Kristus dan ajaran trinitarian (Tritunggal) kearah sekte yahudi yang berpusat nama YHWH dengan ajaran yang menganut faham unitarian/binitarian/arian. Disebut ‘yahudi’ karena mengubah tradisi kristen yang inklusif yang bersifat menyebar ke bangsa-bangsa lain (Mat.28:19, ta panta ethne) kembali ke tradisi yahudi yang eksklusif yang berpusat ke agama dan bahasa Ibrani, dan disebut ‘sekte’ karena SNM mengganggap dirinya yang benar dan agama yahudi orthodox sebagai aliran mainstream orang yahudi salah dan tidak selamat karena tidak menyebut nama YHWH melainkan menggantinya dengan Adonai. Umumnya kelompok SNM menolak peringatan hari Natal dan Paskah (kebangkitan) sama halnya dengan Jehovah Witnesses, dan ada yang merayakan Pasah Yahudi (Exodus)
Pada abad-19, sejalan dengan semangat nasionalisme yang timbul di mana-mana, ada gerakan internasional kebangkitan Yahudi yang kala itu hidup dalam diaspora di Eropah. Bangsa Yahudi/Israel sepanjang sejarah mengalami diaspora, dan di perantauan tidak merasakan hidup damai dan sejahtera, karena situasi itulah mereka rindu untuk kembali berkumpul di tanah yang dijanjikan yaitu Palestina, tanah perjanjian yang dijanjikan para nabi. Sejalan dengan meningkatnya anti-semitisme di Eropah di abad XIX, Yahudi perantauan mulai berduyun-duyun kembali ke Palestina dan banyak yang mengidap fanatisme ‘bangsa terpilih’ (chosen people) sekaligus ‘sentimen anti Arab/Islam’ mengingat Palestina diduduki kerajaan Islam selama 13 abad (abad VII – XX).
Semangat kembali ke akar yahudi (hebraic roots) diiringi keinginan menghidupkan bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan (Eliezer ben Yehuda) dan gerakan politik ‘kembali ke Zion’ (Zionism, Theodor Herzl). Gerakan ini bertujuan mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina (Eretz Yisrael). Dalam Zionisme ada beberapa aliran dengan kepentingan berbeda, ada yang bermotif sosialis (Labor Zionism), liberal (Liberal Zionism, paling dominan), revisionis (Revisionist Zionism), dan ada yang menekankan kehidupan keagamaan Yahudi (Religious Zionism, Abraham Isaac Kook). Kebanyakan Yahudi perantauan tidak lagi mempedulikan agama dan menjadi sekuler, namun Yahudi ortodok berpendapat bahwa ‘Zionisme harus dicapai dengan mengembalikan orang Yahudi kepada akar yudaik agama dan bahasa mereka.’
Semangat ‘hebraic roots’ juga menyebar ke Amerika Serikat dimana lobi yahudi kuat dan berpengaruh, semangat mana kemudian menjadi gerakan hebraic roots movement (HRM) yang juga didukung kalangan kristen dan mempengaruhi Adventisme. Dalam gerakan ini ada pula sekte yahudi yang ingin memulihkan Nama Suci YHWH (Sacred Name Movement / SNM. Yahudi ortodok tidak demikian). Di abad XIX di Amerika Serikat, terjadi kekosongan rohani yang luar biasa disebabkan Perang Saudara (Civil War) dan industrialisasi yang materialistis yang mengabaikan aspek rohani manusia. Di tengah kekosongan itu, banyak sekte baru tumbuh di kalangan Kristen yang menekankan perhitungan Akhir Zaman, yaitu Adventis (1844) dan Jehovah Witnesses (1874). Kedua aliran ini kemudian terkena imbas lobi Yudaisme yang bergerak di Amerika Serikat sejak abad XIX.
Imbas HRM mempengaruhi ‘7th Day Adventist’ (1860) yang mulai menjalankan Sabat Yahudi dan menekankan kembali kesucian makanan sesuai taurat, itulah sebabnya gereja ini dijuluki ‘20th-century Judaism’. Berbeda dengan 7th-day Adventist yang menganut Trinitarian, Jehovah Witnesses (JW / Saksi-Saksi Yehuwa) terpengaruh Arianisme/Unitarianisme yang menganggap bahwa Tuhan itu esa bernama Jehovah dan Yesus ciptaan lebih rendah, dan roh kudus adalah tenaga aktif Allah.
Dari Adventisme lahir juga Church of God, 7thday. Berbeda dengan 7th-day Adventist yang trinitarian dan mengganggap Ellen G. White sebagai nabiah, COG,7th-day menolaknya. COG,7th-day kemudian menganut faham Binitarian dan Arian, dimana Yesus dianggap Tuhan tapi lebih rendah dari Bapa dalam ranking dan roh kudus hanya daya batin Allah. COG, 7th-day menerbitkan majalah ‘The Hope of Israel.’
SNM mendapat momentum penting di tahun 1920/30-an dimana Religious Zionism meningkatkan kegiatannya di Amerika Serikat. Charles Taze Russel yang pertama terkena imbas SNM dan penerusnya menggunakannya sebagai nama aliran Jehovah Witnesses (1931). Kemudian ada tiga tokoh dibelakang SNM kalangan COG, 7th-day, yang mendirikan COG, 7th-day, Salem (1933), yaitu Andrew N. Dugger, Clarence O. Dodd dan Herbert W. Armstrong. Dodd karena pandangan yudaiknya yang kental dikeluarkan dari COG, 7th-day, Salem, lalu mendirikan Assembly of Yahweh yang memulihkan kembali nama Yahweh, merayakan hari Sabat dan hari-hari raya yahudi, dan menerbitkan majalah ‘The Faith’ (1937) untuk menyebar-luaskan pandangan HRM dan SNM.
Assembly of Yahweh menekankan ‘kembali ke akar yudaik’ dimana mereka mengaku sebagai ‘Israel yang benar’ (True Israel) dan memulihkan doktrin dan ritual taurat yang berdasarkan Tanakh Yahudi (Kitab Suci Ibrani atau PL) seperti yang diajarkan oleh Yahshua yang adalah nabi dan Mesias. Mereka menolak Paulus sebagai rasul, itulah sebabnya banyak jemaat SNM yang lahir kemudian umumnya menjadikan surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru kurang berotoritas atau bahkan ada yang menolaknya sama sekali. Dari Assembly of Yahweh berpecah-belah banyak kelompok SNM baru seperti House of Yahweh yang menolak pre-eksistensi Yahshua. The Assembly of Yahvah lebih memilih nama Yahvah dan The Assemblies of Yah memilih nama Yah daripada Yahweh.
A. B. Traina, murid Dodd, menolak surat-surat Paulus, kemudian dengan dasar King James Bible mengganti nama ‘LORD’ dengan Yahweh, ‘God’ dengan Elohim, dan ‘Jesus’ dengan Yahshua dan dinamakan Holy Name Bible (PB-1950 dan PL&PB-1963), ini sejalan dengan terbitnya New World Translation (NW) dari Jehovah Witnesses (PB-1950 dan PL&PB-1961) yang memunculkan nama Jehovah. John Briggs, murid Traina mempopulerkan nama Yahshua sebagai pengganti Jesus dan mendirikan Assembly of YHVH kemudian diganti Yahveh Beth Israel. Murid Traina, Jacob O Meyer melepaskan diri dari Assembly of Yahweh dan mendirikan Assemblies of Yahweh yang pecah melahirkan Yahweh’s Philadelphia Truth Congregation dan The Assembly of Yah.
Tokoh Assemblies of Yahweh, Donald Mansager lalu mendirikan Yahweh’s Assembly in Messiah. Adanya skandal internal mendorong Mansager memisahkan diri dan mendirikan Yahweh’s New Covenant Assembly , ini terbagi menjadi Yahweh’s Assembly in Yahshua yang dalam situs mereka percaya bahwa “bahasa Ibrani adalah bahasa yang digunakan Yahweh di surga dan di taman Eden dan digunakan dalam penulisan kitab suci PL dan PB. Bahasa Ibrani adalah induk semua bahasa di dunia.” Putranya, Alan Mansager berbeda pendapat dengan ayahnya lalu mendirikan Yahweh’s Restoration Ministry. Assembly of Yahweh kemudian pecah lagi dan Robert Wirl mendirikan Yahweh’s Philadelphia Truth Congregation.
L. D. Snow dalam tulisannya A Brief History of the [Sacred] Name Movement in America mengaku menyukai nama Jehovah sejak bertobat di tahun 1929, sedang C. O. Dodd semula menggunakan nama Jehovah yang digunakan Jehovah Witnesses, kemudian menggantinya menjadi Jahovah, Yahovah, Yahavah, dan beberapa tahun sebelum meninggal (1955) menggunakan nama Yahweh. Pendapat berbeda-beda menghasilkan banyak kelompok baru seperti Congregration de Yahweh, Congregation of Yahwah, Congregation of YHWH, Ohol Yaohushua, dan banyak lainnya.
Banyak perpecahan terjadi dalam SNM menghasilkan banyak kelompok pecahan yang ada kesamaannya namun banyak perbedaannya. Kesamaannya adalah semangat sama dalam memulihkan nama suci YHWH dan kembali keakar yahudi namun tidak sepakat bagaimana mengeja nama suci itu dan bagaimana ajaran/doktrin mengenai nama suci itu. Kelompok-kelompok SNM memiliki tafsiran sendiri mengenai ejaan nama suci itu dan menyalahkan penafsiran lainnya tapi sering menggantinya pula, apalagi pengajaran/doktrin yang dipercayai sangat bervariasi sehingga mustahil terjadi persatuan dalam suatu organisasi yang solid dengan ajaran yang solid pula. Disamping itu banyak kelompok SNM menekankan PL dan memberi nilai rendah pada PB dan ada yang menolak Surat-Surat Paulus.
Yahudi ortodok menganggap bahwa karena nama suci YHWH sudah tidak diketahui ejaannya maka agar tidak menyebutnya sembarangan (Kel.20:7) mereka menyebutnya ‘Adonai.’ Dalam Perjanjian Lama ada 300 kata ‘Adon’ yang tertuju kepada tokoh manusia (diterjemahkan ‘lord’ dalam Bible dan ‘tuan’ dalam Alkitab), dan 449 kata ‘Adonai’ yang tertuju kepada Tuhan (diterjemahkan Kurios dalam LXX, Lord dalam Bible dan Tuhan dalam Alkitab), dalam kitab Daniel fasal 9, ‘Adonai Elohenu’ (ayat 9) sama dengan ‘YHWH Elohenu’ (ayat 10). Dan sekalipun tertulis ada 6700 nama YHWH dalam PL, nama itu dibaca ‘Adonai’ oleh Yahudi ortodok yang dianut mayoritas umat (Ini diterjemahkan Kurios dalam LXX, LORD dalam Bible dan TUHAN dalam Alkitab). Dalam Tanakh teks Massoret, keempat huruf tetragrammaton YHWH diberi tambahan tanda baca huruf hidup ‘a-o-a’ (huruf hidup kata Adonai) dengan maksud agar dibaca sebagai ‘Adonai,’ dan bila digabung sebagai Adonai YHWH dibaca ‘Adonai Elohim’ (dalam PL ada 315 X, ini diterjemahkan ‘Kurios Theos’ dalam LXX, ‘Lord GOD’ dalam Bible dan ‘Tuhan ALLAH’ dalam Alkitab).
Sebaliknya SNM menganggap bahwa nama suci YHWH tidak boleh diterjemahkan atau disebut lain dan harus diucapkan sebagai syarat keselamatan, namun mereka tidak sepakat dalam ejaannya satu dengan lainnya. Mereka menyebut nama suci bermacam-macam, a.l. huruf-huruf IHVH, atau JHVH, JHWH, YHVH, YHWH, dan mengejanya menjadi JEHOVAH, JAHAVEH, JAHVAH, JAHVE, JAHVEH, YAHVE, YAHVEH, YAHWE, YAHWEH, YAHWAH, YAHOWAH, dll.
SNM dalam umurnya yang 70 tahun menerbitkan belasan Bible menggunakan terjemahan Bible yang sudah ada sebagai dasar dan hanya mengganti nama LORD dengan variasi nama YHWH itu. Ada yang memberi stigmatisasi pada nama ‘God’ yang dianggap dewa kuno Jerman ‘gott’ karena itu diganti dengan ‘elohim,’ dan ada pula yang memberi stigmatisasi pada nama ‘Jesus’ yang dianggap berasal nama dewa Yunani ‘Anak Zeus’ karena itu diganti dengan nama Ibraninya yaitu ‘Yahsyua’ atau YESHUA, YEHSHUA, YEHOSHU, YEHOWSHUWA, JEHOSHUA, JEHOSHUAH, JOSHUA, YASHUA, YAHSHUA, YAOHUSHUA, dll. Nama ‘Kristus’ juga diberi stigma sebagai dewa Hindu ‘Krishna’ karena itu diganti dengan nama Ibraninya ‘Hamasiah.’
Di Indonesia dalam 7 tahun SNM menerbitkan 3 versi Kitab Suci yang menggunakan terjemahan Alkitab LAI sebagai dasar (lihat artikel ‘Kitab-Kitab Suci Baru’ dalam www.yabina.org) namun berbeda pendapat mengikuti kelompok SNM mana di Amerika Serikat yang dianut. Kitab Suci Taurat dan Injil (2000) menggunakan nama ‘YAHWE, Yesua, Eloim, Hamasiah.’ Namun ‘Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan’ (2002) untuk kata-kata yang sama menggunakan ‘YAHWEH, Yesus, Tuhan, Kristus, sedang ‘Kitab Suci ILT’ (2007) menggunakan YAHWEH, YESUS, Elohim, Kristus.
Bila soal nama-nama khususnya YHWH saja kelompok-kelompok SNM tidak bisa sepakat, lebih lagi pandangan kelompok-kelompok SNM mengenai ajaran/doktrin tentang Nama itu juga berbeda-beda. Sekalipun ada yang hanya ikut-ikutan menggunakan nama YHWH dan tetap mengikuti ajaran gereja lama yang trinitarian jumlahnya sangat sedikit, karena pengaruh yudaisme yang kental mendorong SNM pada umumnya menolak ajaran/doktrin Tritunggal (Allah yang Esa dengan tiga pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan ikut terpengaruh faham Unitarian, Binitarian, atau Arian.
Faham Unitarian menganggap bahwa pribadi YHWH itu hanya satu, disini ada yang menganut Modalisme atau Sabelianisme, yaitu Bapa, Anak dan Roh hanya modus (cara menyatakan) dari yang satu itu, dan ada yang menganut faham bahwa Yeshua adalah YHWH sendiri, dan ada pula yang beranggapan bahwa Bapa itu Pikiran, Yesus itu Karya, dan Roh Kudus itu Daya dari YHWH.
Faham Binitarian menganggap bahwa pribadi YHWH itu hanya dua, Bapa dan Yesus, dan roh kudus itu daya yang keluar dari Bapa dan Anak. Disini ada pula yang beranggapan bahwa Yesus itu Tuhan namun lebih rendah dalam rangking dibanding Bapa (subordinasionisme).
Faham Arian, seperti Unitarian, menganggap bahwa pribadi YHWH itu Satu, Yesus ciptaan lebih rendah dari YHWH, dan roh kudus hanya sekedar daya/tenaga aktif YHWH. Yang pertama mengikuti faham ini adalah Jehovah Witnesses (JW / Saksi-Saksi Yehuwa). Di sini kita melihat bahwa SNM dan Jehovah Witnesses memiliki akar sama dan JW merintis penggunaan nama suci yang kemudian digunakan sebagai nama aliran (1931), dan diikuti kelompok-kelompok SNM yang terpecah-pecah dari induk mereka Church of God, 7th-day (Binitarian-Arian, yang semula melepaskan diri dari 7th-day Adventist yang Trinitarian). Bedanya, di Indonesia Saksi-Saksi Yehuwa tetap menggunakan nama ‘Allah’ sebagai padanan nama Ibrani ‘Elohim,’ sedangkan SNM dengan semangat anti Arab/Islam mengkafirkan nama ‘Allah’ yang dianggap nama berhala, dan ada kelompok SNM seperti Mesianic Evangelical yang menolak sebutan ‘Jehovah.’
Dalam hal teologi SNM umumnya mengikuti faham Jehovah Witnesses (Saksi-Saksi Yehuwa) yang anti-trinitarian, mengganggap ‘roh kudus’ sebagai tenaga batin/aktif YHWH, hanya dalam hal kristologi ada kelompok yang menganut Unitarian-Arian JW, Binitarian-Arian, atau Sabelian. ***
REFERENSI
YABINA (Yayasan Bina Awam) ministry: http://www.yabina.org/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN