Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)
I. Pembacaan Kitab Suci di Estonia: Menumbuhkan Kerinduan untuk Membaca Injil
Republik Estonia (bahasa Estonia: Eesti Vabariik) adalah sebuah negara di Eropa Tengah. Batas darat negara ini adalah batas sepanjang 339 km dengan Latvia di selatan dan sepanjang 229 km dengan Rusia di timur. Estonia dipisahkan dari Finlandia di utara oleh Teluk Finlandia dan dari Swedia oleh Laut Baltik di barat. Negara ini sudah menjadi anggota Uni Eropa sejak 1 Mei 2004. Ibukota dan kota terbesar adalah Tallinn
Pada tahun 1710/1721, oleh penguasa Swedia, Estonia diserahkan ke Kekaisaran Rusia. Pada tanggal 12 April 1917 ditetapkan status otonomi. Pada 24 Februari 1918 Perjanjian Perdamaian Tartu mengakui kemerdekaan Estonia dari Kekaisaran Rusia. Selama Perang Dunia II (1940 – 1941), Estonia diduduki dan dianeksasi pertama oleh Uni Soviet dan selanjutnya oleh Reich Ketiga Nazi Jerman (1941–1944), hanya untuk kembali diduduki oleh Uni Soviet pada tahun 1944. Estonia mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tanggal 20 Agustus 1991. Ia telah memulai program cepat reformasi sosial dan ekonomi. Saat ini, negara telah memperoleh pengakuan untuk kebebasan ekonomi, adaptasi dengan teknologi baru dan merupakan salah satu dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dalam beberapa tahun. Namun, ekonomi Estonia adalah kedua paling parah yang berasal dari 27 anggota Uni Eropa dalam krisis ekonomi 2008-2009.
Populasi penduduk Estonia pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 1,340,021. Menurut konstitusi, ada kebebasan beragama, pemisahan gereja dan negara, dan hak individu untuk privasi memeluk keyakinan dan agama. Estonia adalah salah satu negara yang memiliki salah satu tingkat tertinggi individu tak beragama di dunia, dengan lebih dari 76% dari populasi yang menyatakan tidak ada afiliasi agama tertentu, kelompok keagamaan yang terbesar (walaupun masih merupakan satu kelompok kecil) di negara ini adalah Lutheranisme Injili dengan 14,8%. Setelah Lutheranisme Injili, kelompok agama kedua paling banyak pemeluknya adalah Orthodox Timur, terutama di kalangan minoritas Rusia.Menurut sensus tahun 2000, ada sekitar 152.000 Lutheran, 143.000 orang Kristen Orthodox, 5.000 Katolik Roma, dan 1.000 penganut Taaraism atau Maausk di Estonia (lihat Maavalla Koda). Selain itu ada sekitar 68.000 orang yang menyatakan diri sebagai atheis. Patriarkh Alexey II (Святейшего Патриарха Московского и всея Руси Алексия II) (1990-5 Desember 2008), Patriarkh Moskow dan Seluruh Rusia ke-15 sendiri dilahirkan pada 23 Februari 1929 sebagai Alexey Mikhailovich Ridiger (Алексей Михайлович Ри́дигер) di Tallinn, Estonia, dari keluarga imam; ia keturunan bangsawan Baltik Jerman marga von Rüdiger, yang mengadopsi Orthodoxia pada abad 18.
Perlu waktu lima hari untuk membaca Injil secara lantang dan bergantian
Negara di kawasan Baltik, Estonia merayakan tahun membaca nasional dengan menyelenggarakan festival buku dan membaca di seluruh negeri. Tetapi di kota Haapsalu di Estonia Barat Daya, salah satu acara yang diadakan memerlukan stamina khusus. Pembacaan secara lantang dari awal hingga akhir dari kitab yang paling banyak diterjemahkan dan paling banyak terjual. Kitab itu adalah Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, termasuk Kitab Injil.
Acara pembacaan Injil ini berlangsung di gereja katedral Santo Yohanes yang sudah berumur 800 tahun, pembacaan ini sudah berlangsung sejak Rabu pagi. Tetapi pembacaan itu baru sampai pada kisah Musa dan warga Israel masih jadi budak di Mesir. Sementara Injil terdiri dari 65 buku yang terpisah dan sejauh ini para pembaca disini baru sampai pada bab kedua. Tujuan proyek ini adalah menumbuhkan keinginan untuk membaca Injil
Itu artinya baru hari Minggu nanti, pembacaan Injil yang dilakukan 150 orang warga setempat secara bergantian bisa selesai. Pastor gereja ini, Tiit Salumae mengatakan kepada BBC bahwa tujuan proyek ini adalah menumbuhkan keinginan untuk membaca Injil yang menurut dia dari awalnya ditulis untuk dibaca dengan bersuara lantang. Siapa pun boleh datang ke gereja Santo Yohanes untuk mendengarkan pembacaan Injil ini. Dan siapapun bisa ikut bergiliran membaca. Diantara anak-anak yang mengajukan diri secara sukarela adalah murid-murid sekolah, politisi setempat dan para pendeta dan pastor dari semua denominasi Kristen. Ada juga peserta yang membaca lebih satu kali. Pastor Salumae mengatakan jika masih ada yang tertarik untuk berpartisipasi, masih ada banyak slot yang harus diisi.
II. Adab Pembacaan Kitab Suci dalam Alkitab dan Manfaatnya
Dalam agama Islam. ada adab-adab dalam membaca Al Qur’an. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I (bhs. Persia/Arab: ابو حامد محمد ابن محمد الغزالی) atau dikenal sebagai Imam Al Ghazali (lahir di Thus; 1058 (450 H) – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof, ahli hukum, teolog muslim, kosmologis, psikolog, dan mistikus Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan, di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) telah memperinci dengan sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur'an. Diiantara adab-adab membaca Al Qur'an tersebut adalah:
Pertama: hendaklah dalam keadaan berwudhu’.
Kedua: merutinkan membaca Al Quran setiap hari, dan khatam dalam periode tertentu.
Ketiga: membaca Al Quran dengan tartil atau memperindahnya dengan tahsin tilawah.
Keempat: menangis ketika membacanya.
Kelima: hendaklah memberikan pada setiap ayat yang dibacanya itu haknya.
Keenam: hendaklah memuliakan membaca Al Quran dengan terlebih dulu membaca ta’awwudz.
Ketujuh: membaca Al Quran dengan suara rendah.
Kedelapan: memperindahkan bacaan Al Quran.
Demikianlah adab-adab lahiriah dalam membaca Al Quran. Adapun adab-adab batiniah, di antaranya adalah paham, mengagungkan dan menghadirkan hati.
Sedangkan tentang tilawah Al Qur’an ini, Ustad Mudawi Ma’arif, Lc mengatakan bahwa urgensi tilawah Al-Qur’an ini diantaranya adalah: sebagai sarana pembentengan, penjagaan, perlindungan dan pembimbing diri, sebagai sarana untuk mendapatkan ketenangan, kekhusyukan, rahmat, dan sebagainya, sarana penguat iman, sarana pengontrol dan penjaga lidah
Dalam Kekristenan, khususnya Kekristenan Orthodox Timur juga ada adab-adab membaca Kitab Suci (Alkitab) yang harus diperhatikan. Adab-adab membaca Kitab Suci dan manfaat pembacaan Kitab Suci bagi kaum Kristen. itu diantaranya:
1. Pembacaan Kitab Suci adalah dilakukan seumur hidup agar takut akan Allah, berpegang dan melakukan segala isi Kitab Suci, tetap rendah hati, agar tidak sesat, tetap dipelihara Allah:
Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya, supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya, supaya jangan ia menyimpang dari perintah itu ke kanan atau ke kiri, agar lama ia memerintah, ia dan anak-anaknya di tengah-tengah orang Israel. (Ulangan 17:19-20)
2. Pembacaan Kitab Suci dilakukan setiap hari, disertai dengan pembacaan syahadat/ kredo/ pengakuan iman dan sembahyang harian/ sholat:
Bagian-bagian kitab Taurat Allah itu dibacakan tiap hari, dari hari pertama sampai hari terakhir. Tujuh hari lamanya mereka merayakan hari raya itu dan pada hari yang kedelapan ada pertemuan raya sesuai dengan peraturan. (Nehemia 8:19)
Sementara mereka berdiri di tempat, dibacakanlah bagian-bagian dari pada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. (Nehemia 9:3)
3. Pembacaan Kitab Suci dalam setiap kesempatan:
Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya... Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" (Kisah Para Rasul 8:28, 30)
4. Pembacaan Kitab Suci dilakukan dalam ketekunan:
Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. (I Timotius 4:13)
5. Pembacaan Kitab Suci dilakukan dalam ibadah, dalam rumah ibadah (gereja), ditujukan bagi ulama (rohaniwan), jemaah, seluruh masyarakat dan umat harus mendengarkan pembacaan Kitab Suci:
apabila seluruh orang Israel datang menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya, maka haruslah engkau membacakan hukum Taurat ini di depan seluruh orang Israel. Seluruh bangsa itu berkumpul, laki-laki, perempuan dan anak-anak, dan orang asing yang diam di dalam tempatmu, supaya mereka mendengarnya dan belajar takut akan TUHAN, Allahmu, dan mereka melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini, (Ulangan 31:11, 12)
Berkatalah imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: "Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN!" Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus membacanya... Safan, panitera itu, memberitahukan juga kepada raja: "Imam Hilkia telah memberikan kitab kepadaku," lalu Safan membacakannya di depan raja. (2 Raja-raja 22:8, 10; II Tawarikh 34:18)
Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu. (II Raja-raja 23:2; II Tawarikh 34:30)
Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. (Nehemia 8:3-4)
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (Lukas 4:16)
6. Pembacaan Kitab Suci adalah wajib, sebagai pengingat dan agar mendapat berkat Allah, juga pembacaan Kitab Suci mengingatkan akan berkat dan kutuk:
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:8)
Sesudah itu dibacakannyalah segala perkataan hukum Taurat, berkatnya dan kutuknya, sesuai dengan segala apa yang tertulis dalam kitab hukum. (Yosua 8:34)
7. Pembacaan Kitab Suci bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Ti motius 3:16 )
8. Pembacaan Kitab Suci harus jelas, dengan tartil, yaitu membaca dengan pelan-pelan dan tenang, diberi keterangan sehingga pembacaan dimengerti:
Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. (Nehemia 8:9)
9. Pembacaan Kitab Suci untuk memurnikan dan menguatkan iman, memberi penghiburan dan membahagiakan orang beriman:
Pada masa itu bagian-bagian dari pada kitab Musa dibacakan dengan didengar oleh rakyat. Didapati tertulis dalam kitab itu, bahwa orang Amon dan orang Moab tidak boleh masuk jemaah Allah untuk selamanya. Karena mereka tidak menyongsong orang Israel dengan roti dan air, malah mengupah Bileam melawan orang Israel supaya dikutukinya. Tetapi Allah kami mengubah kutuk itu menjadi berkat. Ketika mereka mendengar pembacaan Taurat itu mereka memisahkan semua peranakan dari orang Israel. (Nehemia 13:1-3)
Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan. (Kisah Para Rasul 15:31)
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. (Wahyu 1:3)
10. Pembacaan Kitab Suci untuk mencari kehendak Allah:
Carilah di dalam kitab TUHAN dan bacalah: Satupun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain; sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut TUHAN, dan Roh TUHAN sendiri telah mengumpulkan mereka. (Yesaya 34:16)
11. Pada Hari Puasa juga dilakukan pembacaan Kitab Suci:
Jadi pada hari puasa engkaulah yang pergi membacakan perkataan-perkataan TUHAN kepada orang banyak di rumah TUHAN dari gulungan yang kautuliskan langsung dari mulutku itu; kepada segenap orang Yehuda yang datang dari kota-kotanya haruslah kaubacakannya juga... Lalu Barukh bin Neria melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepadanya oleh nabi Yeremia untuk membacakan perkataan-perkataan TUHAN dari kitab itu di rumah TUHAN... Maka Barukh membacakan kepada segenap rakyat perkataan Yeremia dari kitab itu, di rumah TUHAN, di kamar Gemarya anak panitera Safan, di pelataran atas di muka pintu gerbang baru dari rumah TUHAN.(Yeremia 36:6, 8, 10)
12. Pembacaan Kitab Suci dilakukan jika berada di negara-negara asing:
Kata Yeremia kepada Seraya: "Jika engkau tiba di Babel, maka ikhtiarkanlah, supaya engkau dapat membacakan segala perkataan ini, (Yeremia 51:61)
13. Pembacaan Kitab Suci dimulai dengan doa agar bisa dimengerti:
Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. (II Korintus 3:14-15)
14. Pembacaan Kitab Suci akan sebagai sarana meditasi sehingga mengetahui rahasia/ misteri Kristus:
Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia / misteri Kristus, (Efesus 3:4)
15. Umat harus mendengarkan pembacaan Kitab Suci dengan penuh perhatian:
Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. (Nehemia 8:4b)
16. Pembacaan Kitab Suci disertai tangis sesal dan pertobatan:
Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. (Nehemia 8:10)
III. Adab Pembacaan Kitab Suci dalam Liturgi Suci: Kristus sedang Berbicara Kepada UmatNya
Ibadah Liturgi Suci (The Divine Liturgy; bhs. Syriac Barat: Holy Qurbana; Qurbana Qadisha; bhs. Hindi: Qurban-e-Muqaddas; bhs. Rusia: Божественная Литургия) adalah pendramaan semua kehidupan Kristus, mulai dari kehidupan Kristus dari lahirnya, penyelaman di depan umum, kematianNya di atas salib yang disimpulkan dalam Perjamuan Kudus. Dalam Gereja Orthodox, Liturgi Suci dibagi dalam dua bagian yaitu Liturgi Katekumen, yang berasal dari ibadah umat Yahudi di Synagoga (sebanding dengan Ibadat Sabda dalam Gereja Roma Katolik) dan Liturgi Umat Beriman yang diambil dari Ibadah Korban di Bait Allah umat Yahudi (sebanding dengan Ibadat Ekaristi dalam Gereja Roma Katolik).
Dalam Gereja Purba mereka yang sedang belajar iman, dan mereka yang baru bertobat dan menjalani disiplin hanya boleh ikut ibadah di bagian Liturgi Katekumen saja. Bagian ini terdiri dari doa-doa, kidung-kidung, serta pembacaan Alkitab dan kotbah. Bagian ini melambangkan kehidupan Kristus di atas bumi ini sebelum penderitaanNya di atas salib. Dalam Pembacaan Kitab Suci, presbyter (imam) berdiri di belakang Mezbah, lalu Pembaca (Lektor) yang telah ditunjuk mulai membaca ”Surat Kiriman Rasul” (”Epistel”) yang telah ditetapkan. Ini adalah lambang Kristus berbicara melalui Rasul-rasul melalui pemberitaan Injil kepada kita. Di dalam pembacaan Kitab Suci ini, sebenarnya Kristus dan para rasul sendiri yang sedang berbicara pada kita. Kristus adalah guru kebenaran yang kekal, Ia adalah Sang Kebenaran itu. Ketika para Rasul dan Bapa Gereja sedang mengajar, mereka merasa seakan-akan Kristus sendiri telah hadir di dalam Sang Roh Kudus, sedang berbicara melalui mereka pada umatNya. Suatu doa khusus diucapkan untuk para Lektor (pembaca) dan jemaat sehingga kita semua boleh mengerti arti-arti mulia akan pembacaan-pembacaan dan mempergunakan itu dalam kehidupan Kristen mereka.
Pembacaan Kitab Suci oleh Patriarkh Ignatius Zakka I Iwas, Patriarkh Antiokhia dan Seluruh Wilayah Timur, di Gereja St. Petrus dan St. Paulus, Ma'arat Saidnaya, Damaskus
Kemudian setelah selesai Presbyter memberikan salam damai kepada pembaca: ”Damai sejahtera bagimu ya saudara pembaca” dan jemaat menyambut dengan kidungan: ”Halleluyah, halleluyah, halleluyah”. Kemudian Presbyter mengajak umat untuk berdiri dengan baik serta mewaspadakan bacaan serta menyampaikan salam damai bagi jemaat. Disambut oleh jemaat kembali dengan salam damai. Kemudian presbyter membaca bacaan Injil yang telah ditetapkan, dalam bahasa asli yang diikuti dengan terjemahan bahasa Indonesia sambil ditilawatkan atau dikidungkan. Pada saat ini jemaat berdiri dengan khidmat seolah-olah mendengarkan Kristus sendiri sedang berbicara, karena ini lambang Kristus sedang berbicara kepada umatNya. Suatu lilin menyala dibawa di depan Injil itu, melambangkan Kristus sendiri sebagai ”Terang Dunia” (Yohanes 8:12). Setelah selesai jemaat mengidung: ”Kemuliaan bagiMu Ya Tuhan, kemuliaan bagiMu”. Kemudian Injil ditaruh kembali di atas Mezbah untuk ”ditakhtakan”, seolah-olah Kristus sendiri bertakhta di tengah-tengah umatNya.
IV. Adab Pembacaan Kitab Suci Gereja Orthodox Timur: Mulahan / Tilawat Injil di Gereja Orthodox
Imam Al Ghazali (1058 (450 H) – 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H), teolog muslim dan mistikus Persia, menjelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur'an, diantara seperti di bawah ini:
Membaca Al Quran dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca atau memperindahnya dengan tahsin tilawah. Membaca Al Quran dengan tartil, yaitu membaca dengan pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam surat (73) Al Muzammil ayat 4: "....Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil". Nabi Muhammad bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan).
Adab membaca Al Qur'an yang lain adalah membaguskan suara dan memperindahkan bacaan Al Quran dengan tilawat Al Qur’an. Nabi Muhammad Rasulullah bersabda, “Perindahkanlah (bacaan) Al Quran dengan suaramu.” juga dikatakan “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu. yang merdu” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Gereja Orthodox Timur di negara-negara Timur-Tengah, baik yang Orthodox Kalsedonian atau Oriental Orthodox / Monofisit dan Assyria / Nestorian, memiliki sholat tujuh waktu, dengan berbahasa Arab dan tilawat Kitab Sucinya sekaligus, dan semua hal di atas juga dilakukan di Indonesia. Karena di Gereja Orthodox Indonesia juga dikunjungi umat Orthodox dari Timur Tengah yang ikut berbakti disitu, baik dari Mesir (Koptik) maupun dari Libanon. Bisa disebut d sini sebagai contoh adalah Gereja Orthodox Koptik. Di Gereja Orthodox Mesir ini yaitu Gereja Koptik masih dilestarikan ta¬ta-cara ibadah dalam penghayatan budaya Kristen mula¬-mula. Misalnya: Shalat Tujuh Waktu (Sab'ush shala¬wat), Shaum al-Kabir (Puasa Besar) pra-Paskah, selama minimal 40 hari, selama masa puasa ini didakan Sembahyang sore setiap hari sebanding dengan Sholat Tarawih dalam Agama Islam, membaca Injil dengan cara dilantunkan secara tartil atau membacanya dengan pelan dan tenang (dikenal dengan Mulahan Injil atau tilawatil Injil al-Muqaddas atau pembacaan ayat-ayat Injil berbahasa Arab - yang paralel dengan Tilawat al-Qur'an), dan masih banyak lagi.
Anda bisa menyaksikan seorang pemuda yang komat¬-kamit membaca Kitab di tangannya sewaktu naik bus, atau kendaraan lain di Mesir. Siapakah mereka? Ternyata bukan hanya pemuda Islam yang membaca al-Qur'an, tetapi juga pemuda-pemuda Koptik dengan tatto Salib di tangan sedang membaca kitab Agabea. Itulah Kitab Shalat Tujuh waktu, yang tidak pernah mereka lupakan, juga ketika mereka sedang berkendara di jalan, sepulang kantor, atau berangkat ke kampus atau mereka dengan tasbih Orthodox ditangan sedang mendaraskan dzikir Kristen: أيها الرب يسوع المسيح ابن الله, إرحمني أنا الخاطئ (Ayyuha-r-Rabbu Yasū` al-Masīħ, Ibnu-l-Lāh, irħamnī ana-l-khāti') yang artinya “Ya Tuhan Yesus Kristus Anak Allah, kasihanilah hamba orang berdosa ini”.
Referensi
1. Arkhimandrit Rm. Daniel Bambang Dwi Byantoro, Gereja Orthodox dan Ajaran-ajarannya (Matreri Katekisasi GOI).tahun?
2. Bambang Noorsena, SH, MA. Selayang Pandang Kristen Koptik dalam Novel dan Film ”Ayat-ayat Cinta” . 2Mei 2008.
3. Damien McGuinness. Estonia celebrates Bible marathon. BBC News, Riga: http://news.bbc.co.uk/
4. From Wikipedia, the free encyclopedia: Estonia, Alexy II of Moscow, Al-Ghazali
5. Ust. Mudawi Ma’arif, Lc. Urgensi Tilawah Al-Qur’an dan Adab-Adabnya. http://krisadisby.multiply.com/journal/item/17
6. http://elfawaz.com/home/52-islam/53-adab-membaca-al-quran.pdf. Adab Membaca Al Quran. Jum’at, 03 April 2009
7. http://www.pks-jaksel.or.id/Article1536.html. Delapan Adab Lahiriah dalam Membaca Al Qur'an. Rabu, 20 Februari 2008 - 17:33 (1626 Dibaca)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN