Selasa, 13 Desember 2011

SINAKSARION (Kisah Orang Kudus): St. Arethas Sang Martir dari Najran dan 4.299 Martir yang Bersamanya

Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I. Komunitas Kristen Awal di Najran

Sama dengan nama-nama tempat kuno yang lain di Arab Saudi, "Najran" atau “Nagran” mungkin awalnya nama semua oasis yang mencakup semua kota dan desa. Nama lama dari puing-puing kuno itu sekarang dikenal sebagai "Al-Ukhdood", yang mungkin telah menjadi pusat kota, itu mungkin "Ragmat". Nama Najran berarti "sepotong kayu di mana engsel pintu berputar mengelilingi". Kata "Najran" juga berarti haus. Penjelasan lain adalah bahwa nama itu dikaitkan ke Najran ibn Zaydan ibn Sabaa ibn Yahjub ibn Yarub ibn Qahtan. karena ia adalah orang pertama yang datang ke Najran dan menghuninya.

Ketika Kerajaan Himyar menaklukkan Sabean di AD 280 mungkin mereka juga mengambil kendali atas Najran. Beberapa waktu selama abad ke-3 penduduk Najran berpihak dengan Kekaisaran Ethiopia (Amharik: መንግሥተ፡ኢትዮጵያ, Mängəstä Ityop'p'ya) juga dikenal sebagai Abyssinia (Habasyah) yang mengirim seorang gubernur bernama "SBQLM" dalam prasasti-prasasti. Raja Himyar Ilsharah Yahdib menghancurkan pemberontakan ini.

Bani Lakhmids (Arab: اللخميون), Bani Lakhm (Arab: بنو لخم), Muntherids (Arab: المناذرة), adalah sekelompok orang Kristen Arab yang tinggal di Selatan Irak, dan membuat al-Hirah sebagai ibukota mereka pada tahun 266. Raja Lakhmid Arab bagian Utara, Imru Al-Qais bin Amqu menyerang Najran di AD 328. Di bawah pengaruh dari Kerajaan Axum, adalah sebuah kerajaan Kristen Orthodox di Utara Ethiopia, orang-orang Kristen di Najran berkembang pesat dan mulai beraliansi dengan Aksum lagi pada awal abad ke-6.

Menurut sejarawan Muslim Arab Muḥammad ibn Isḥaq ibn Yasār ibn Khiyār (menurut beberapa sumber, ibn Khabbār, atau Kūmān, atau Kūtān, bhs. Arab: محمد بن إسحاق بن يسار بن خيار, atau hanya Ibn Ishaq ابن إسحاق, yang berarti "anak Ishak") (meninggal 767, atau 761), Najran adalah tempat pertama di mana kekristenan berakar di Arab Selatan. Kekristenan telah diperkenalkan ke Najran, seperti di seluruh Arab Selatan, pada abad ke 5 atau mungkin satu abad sebelumnya. Najran dikenal sebagai tanah pemukiman kuno untuk kaum Kristen di jazirah Arab.

Para uskup Najran, yang kemungkinan adalah kaum Nestorian (Nasturiyyah), datang ke pameran (pekan raya) besar di Mina dan Ukaz, dan berkhotbah tentang Kekristenan, masing-masing duduk di atas unta seperti di mimbar. Gereja Najran disebut. Ka'aba-e-Najran. Kabah Najran di Jabal Taslal menarik jamaah selama sekitar 40 tahun selama era pra-Islam. Sumber-sumber tunggal Arab tahu bahwa Khath'am, sebagai suku Kristen yang menggunakan untuk melakukan ziarah ke Kabah Kristen Najran. Ketika Najran diduduki oleh Dzu Nawwas, Kabah Najran dibakar bersama-sama dengan tulang-tulang para martir dan sekitar 2.000 orang Kristen yang hidup di dalamnya.

Sirah Nabawwiyah (Kisah Kehidupan Nabi Muhammad) karya sejarah tertua Islam dari Ibn Ishaq, sebagaimana dikompilasikan oleh Ibn Hisyam atau Abu Muhammad 'Abdul-Malik bin Hisyam (Bahasa Arab: أبو محمد عبدالمالك بن هشام) (meninggal 834), mencatat umat Isa al-Masih di Najran yang beribadah pada hari Minggu dan melakukan sholat hingga waktu petang hari (fashala biha hatta yumsa). Selanjutnya, dikisahkan mengenai delegasi Kristen dari Najran ketika mereka menghadap Nabi Muhammad. ”Wa qad hanat shalatihim (ketika tiba waktu sholat mereka)”, tulis Ibnu Ishaq, ”fa aqama fil Masjid Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam yushalun” (mereka pun berdiri di Masjid Rasul Allah s.a.w. untuk melaksanakan sholat)”, ”Da ’uhum! (Biarkanlah mereka sholat!)”, kata Nabi Muhammad, ”Fa shala ilal masyriq (mereka sholat dengan kiblat ke Timur)”. Itulah sebabnya bagi ummat Kristen Orthodox jika mendengar istilah “Sholat” bukanlah hal yang baru, karena “Sholat” adalah bagian ibadah yang selalu terjaga dan dilakukan dalam Gereja Orthodox Timur dari abad-abad permulaan sampai sekarang.

Penduduk Najran telah menandatangani Pakta Najran yang terkenal di abad ke-7 dengan Nabi Muhammad (kira-kira 26 April 570 – 8 Juni 632), yang menjanjikan pada mereka perlakuan yang adil sebagai subyek (dzimmi) dari wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan. Bahkan saat ini, dikatakan bahwa masih ada komunitas-komunitas Kristen di Najran. Kota Najran sudah menjadi pusat penting dari pembuatan senjata selama masa Nabi Muhammad. Namun, itu lebih terkenal untuk kulit daripada besi.

Di bawah pemerintahan Khalifah Muslim kedua setelah kematian Nabi Muhammad, yaitu Khalifah Umar ibn al-Khattab (bhs. Arab: عمر بن الخطاب; Transliterasi: 'Umar ibn al-Khattab, kira-kira 581 - 644), komunitas Kristen Najran dideportasi ke Mesopotamia, dengan alasan bahwa tidak ada kaum non-Muslim yang tinggal di Semenanjung Arab. Selain pengusiran terhadap komunitas Kristen Najran, khalifah Umar juga memerintahkan pengusiran dari kaum Yahudi Najran dan Khaybar sehingga mereka menetap di Syria atau Irak. Ia mengeluarkan perintah bahwa orang-orang Kristen dan Yahudi harus diperlakukan dengan baik dan mereka diberikan tanah yang setara di pemukiman baru mereka. Umar juga melarang non-Muslim untuk tinggal di Hijaz selama lebih dari tiga hari. Najran memiliki komunitas Yahudi dimulai sejak jaman masa pra-Islam, secara historis berafiliasi dengan orang Yahudi Yaman.

Menurut sumber-sumber kontemporer, setelah merebut tahta Himyar, pada kira-kira tahun 518 atau 523 Dhu Nuwas menyerang benteng Aksumite (terutama Kristen) di Zafar, menangkap mereka dan membakar gereja-gereja mereka. Dia kemudian bergerak melawan kaum Kristen Najran, dan benteng pertahanan Aksum. Setelah menerima penyerahan kota itu, ia membantai penduduk yang tidak mau meninggalkan Kekristenan. Perkiraan korban kematian dari peristiwa ini dalam beberapa sumber berkisar hingga 20.000 orang; sebuah surat yang masih ada yang ditulis oleh Simon, uskup Beth Arsham pada tahun 524 Masehi, menceritakan penganiayaan Dzu Nawwas '(di mana ia disebut Dimnon) di Najran (dijaman modern dikenal sebagai: al-Ukhdud di Arab Saudi). Penganiayaan ini rupanya dijelaskan dan dikutuk dalam al-Qur'an (al-Buruj:.4).

Sebagai bagian dari perebutan kekuasaan yang lebih besar antara kerajaan Persia dan kekaisaran Byzantium, kekuatan militer regional mengepung kota Najran. Janji perjalanan yang aman yang dibuat oleh para pengepung itu rusak, dan umat Kristen diberi pilihan untuk memeluk agama Yahudi (Yudaisme), atau kematian. Banyak martir berlindung di dalam Gereja yang dibakar. Lainnya tewas selama beberapa minggu berikutnya saat penyerang memburu mereka. Deskripsi dari kemartiran-kemartiran itu ditulis segera setelah pembantaian baik untuk tujuan politik, mendesak balas dendam militer, dan untuk tujuan hagiografi (studi tentang orang kudus, ilmu yang mempelajari orang-orang kudus).

Ikon St. Arethas Sang Martir(Мученик Арефа - Muchenik Arefa)

"Para Martir dari Najran berlomba demi kesalehan di tahun 524 di Najran, sebuah kota Felix Arabia (sekarang Yaman). Ketika Dzu Nawwas, penguasa suku Himyar di selatan Saudi Arabia, dan seorang Yahudi, mengambil alih kekuasaan, ia berusaha untuk menghapuskan Kekristenan, terutama di Najran, sebuah kota Kristen. St. Arethas Syuhada Agung dari Najran dan 4.299 Syuhada, termasuk St. Syncletica dan dua anak puterinya, St. Elizabeth dari Najran, dan para wanita syahid lainnya adalah korban upaya menghapus Kekristenan di Provinsi Najran. Mereka menderita kemartiran karena mengikuti nasehat Rasul Aghios Ioudas (Surat dari St. Yudas; ditulis 60-80 A.D.), saudara Tuhan Yesus dan saudara Yakobus, Episkop Yerusalem, yaitu ”supaya kamu tetap berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mempertahankan iman yang sekali dan untuk selama-lamanya (Bhs.Yunani: “eph hapax”) telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud.1:3, Alkitab Versi New King James)

II. St. Arethas (St. Haritsa) Sang Martir Agung


St Arethas atau Aretas, adalah pemimpin komunitas Kristen di Najran pada awal abad ke-6, dieksekusi selama penganiayaan orang Kristen oleh raja Yahudi Dzu Nawwas atau Dhu Nuwas pada tahun 523. Ia dikenal dari Acta S. Arethae yang ada dalam dua turunan: lebih awal dan lebih otentik, yang ditemukan oleh Michel Le Quien (Oriens Christianus, ii 428.) dan selanjutnya tertanggal paling lambat abad ke-7, yang kemudian direvisi oleh St. Simeon Metaphrastes, dari abad ke-10.

Arethas (Yunani: Ἀρέθας) adalah bentuk Yunani dari nama Arab Al-Harits. Hal ini dapat merujuk kepada St. Arethas Sang Martir atau St. Haritsa Sang Syahuda yang meninggal kira-kira pada tahun 520 adalah martir Kristen Arab di Yaman. Nama Arethas dialihkan dari Bani Harits, pemimpin perlawanan Kristen. Nama St. Arethas 'dalam bahasa Arab: عبدالله بن الحارثه, Haritsa, berarti "pembajak tanah, penggarap, petani" sama seperti "Georgios" dalam bahasa Yunani: γεωργός (geōrgos), yang berarti "petani" atau "pekerja bumi/tanah".

St. Arethas Sang Martir dan bersama dengan dia 4299 Martir yang menderita bagi Tuhan Yesus Kristus di abad keenam. Arethas adalah eparch atau prefek (bhs. Latin: praefectus, pejabat tinggi, gubernur) kota Kristen Najran (bhs. Arab: نجران Naǧrān, Negran), di Barat Daya Saudi Arabia, dekat perbatasan dengan Negara Yaman, di tanah Arab Selatan dari Omir. Karena itu St. Arethas atau St. Haritsa Sang Syuhada Agung dalam Gereja Orthodox Rusia dikenal sebagai Мученик Арефа Негранский, градоправитель (transliterasi: Muchenik Arefa Negranskiĭ, gradopravitel’) atau Martir Arethas dari Najran, Sang Penguasa Kota. Martir kudus ini menderita bagi Iman Kristen dengan lebih dari empat ribu orang Kristen yang meliputi para imam, biarawan dan biarawati, pria, wanita dan anak-anak. Dia berusia sembilan puluh lima tahun ketika ia menderita.

Ikon Martir Arethas Sang Penguasa Kota - Мученик Арефа Негранский, градоправитель(Muchenik Arefa Negranskiĭ, gradopravitel’)

Yusuf Dhu Nuwas atau Dzu Nawwas, (bhs. Arab: يوسف ذو نواس)(juga Yusuf Asar Dhu Nuwas atau Dunaan; memerintah Sekitar 517-525) adalah raja terakhir dari Kerajaan Himyar (dalam bhs. Arab: مملكة حِمْيَر mamlakat ħimyâr) (110 sM–520 M) di Yaman dan memeluk agama Yudaisme (agama Yahudi). Raja Arab (atau Omir), Dzu Nawwas (Dunaan), yang adalah seorang Yahudi yang kejam penganiaya kaum Kristen, memutuskan untuk menghapuskan Kekristenan dari tanah itu. Dia mengeluarkan sebuah dekrit bahwa semua pengikut Kristus itu harus dibunuh. Karena penduduk Najran tetap setia kepada Tuhan Yesus, Dzu Nawwas datang dengan tentara yang besar untuk menghancurkan kota itu. Ia mengepung kota Kristen Najran. Pada tembok kota Najran bentara raja mengumumkan bahwa Dzu Nawwas hanya akan membebaskan dan membiarkan tetap hidup mereka yang menyangkal dan meninggalkan Kristus dan Salib-Nya sebagai "tanda kutukan dan laknat". Warga kota menutup gerbang-gerbang kota, dan Dzu Nawwas menyerang tembok kota untuk waktu yang lama tanpa hasil.

Ikon St. Arethas Sang Martir (Мученик Арефа - Muchenik Arefa)

Tidak berani untuk menyerang kota Kristen itu dengan kekerasan, Dzu Nawwas mengambil jalan sebuah tipu muslihat. Maka Gubernur bengis itu bersumpah kepada penduduk kota itu bahwa ia tidak akan melakukan apapun untuk mereka, jika saja mereka akan membuka pintu baginya untuk masuk dan menerima upeti yang mana mereka berhutang padanya-dan bahwa ia akan mengambilnya dan segera menarik diri. Dzu Nawwas bersumpah bahwa ia tidak akan memaksakan orang-orang Kristen memeluk agama Yudaisme, tetapi hanya akan mengumpulkan upeti dari Najran.

Penduduk kota itu tidak mengindahkan nasihat dari St. Arethas, dan menempatkan kepercayaan mereka pada Dzu Nawwas, mereka membuka gerbang kota. Kaum Kristen percaya padanya dan membuka gerbang. Kemudian orang Yahudi itu melanggar sumpah dan berusaha untuk memaksakan penduduk kota itu untuk meninggalkan Kristus. Pada hari berikutnya Dzu Nawwas memberi perintah untuk menyalakan api yang sangat besar dan melemparkan semua imam dari kota itu ke dalam api untuk untuk menakut-nakuti seluruh umat Kristen. 427 pria dibakar. Dipimpin oleh St. Arethas, ratusan para martir, termasuk para wanita, anak-anak dan bayi, dengan gagah berani melawan ancaman-ancamannya itu. Dia juga melemparkan prefek Arethas dan para pemimpin kota lainnya ke dalam penjara dan Dzu Nawwas memerintahkan agar Arethas tua, kaum rohaniwan (klerus) dan warga negara terhormat lainnya dipenggal semua dengan pedang.

Ikon Martir Arethas dan bersama dia 4299 Martir - Мученик Арефа и с ним 4299 мучеников (Muchenik Arefa i s nim 4299 muchenikov)

Kemudian para penindas mengirim utusannya di seluruh kota untuk mengubah orang-orang Kristen menjadi pemeluk agama Yudaisme. Dzu Nawwas sendiri berbicara dengan penduduk yang dibawa dari penjara, dengan berkata, "Aku tidak meminta bahwa kalian harus meninggalkan Allah surga dan bumi, aku juga tidak ingin kalian menyembah berhala, aku hanya ingin kalian tidak percaya dan beriman pada Yesus Kristus, karena Yang Tersalib itu adalah hanya seorang pria, dan bukan Allah".

Para martir kudus menjawab bahwa Yesus adalah Allah Sang Firman, Pribadi Kedua dari Tritunggal Maha Kudus, yang untuk keselamatan umat manusia telah menjelma (inkarnasi; nuzul) dari Sang Roh Kudus dan Sang Perawan Maria. Orang-orang yang menderita berkata, "Kami tidak akan menyangkal Kristus, karena Dia adalah Hidup bagi kami. Mati demi Dia adalah untuk menemukan Kehidupan".

Dia kemudian melakukan suatu pembantaian mengerikan di dalam kota itu. Setelah para pria dibunuh, semua wanita Kristen Najran yang terlahir bebas itu dibawa ke hadapan tiran itu dan diperintahkan untuk meninggalkan Kristus atau mati, namun mereka menegur penganiaya itu dengan penuh keberanian yang dikatakan bahkan para pria-pun tidak pernah menghina Dhu Nuwas dengan begitu merendahkan seperti itu. Begitu besar iman mereka sehingga tak seorang wanitapun ditemukan menyangkal Kristus di seluruh Najran, meskipun beberapa dari mereka menderita siksaan yang lebih pahit dan menyakitkan daripada kebanyakan pria. Lebih dari empat ribu orang Kristen, pria, wanita, baik tua dan anak-anak, dari kota Najran dan desa-desa sekitarnya menderita kemartiran bagi Kristus.

Penganiayaan ini rupanya dijelaskan dan dikutuk dalam al-Qur'an (al-Buruuj 85:4-10):

binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit.
yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya,
sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.
dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1568] kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.


Yang dimaksud para penggali parit yaitu pembesar-pembesar Najran di Yaman yang berdasarkan perintah Dzu Nawwas menggali lubang besar yang dalam. Sedang yang dimaksud dengan mendatangkan cobaan ialah, seperti menyiksa, mendatangkan bencana, membunuh dan sebagainya. Di dalam lubang besar itu ditimbunkan kayu api yang mersik kering. Dengan kayu bakar yang kering itu, lalu api dinyalakan sebesar-besarnya. Penduduk Najran ditangkap semuanya dikumpulkan dalam sebuah perkampungan di dekat lobang besar itu, lalu masing-masing mereka tua-muda, besar-kecil, lelaki perempuan dengan berganti-ganti dan bergilir diperintahkan terjun ke dalam lobang besar dengan api yang sedang bergejolak-gejolak itu, untuk menutup riwayat hidup mereka. Semua itu dijalankan oleh penduduk Najran yang beriman itu, dengan tenang dan sabar, tidak seorang juga yang merasa takut dan sedih. Karena keimanan yang demikian matang sempurna, gejolakan api begitu panas, mereka rasakan sebagai angin yang berhembus sepoi-sepoi bahasa saja. Bahkan mereka berlomba-lomba dan berebut-rebutan untuk menjatuhkan dirinya masing-masing ke dalam api besar itu; kerana mereka yakin, bahawa di bawah gejolak api yang panas itu, telah menanti Syurga Jannatun-Naim yang dijanjikan Tuhan kepada mereka..

Sedang Raja Zu Nuwas dengan segala tentera dan pembesar-pembesarnya duduk berbaris di atas bangku-bangku dan kursi-kursi yang sudah tersedia buat mereka, menonton bangsa Najran yang sedang mengorbankan jiwanya. Dengan senang hati dan tertawa terbahak-bahak, mereka senang melihat orang mati teraniaya dan merasa senang karena dengan jalan begitulah katanya, mereka dapat mempertahankan agama mereka. Kisah ini dalam agama Islam dikenal sebagai “Kisah Ashabul Ukhdud” yang ada di al-Qur'an Sura 85:4-10. Sedang kisahnya ada di Sirah Nabawwiyah dari Ibnu Ishaq.

Beberapa sumber mengatakan bahwa Dus Dhu Tha'laban dari suku Saba adalah hanya satu-satunya orang yang mampu melarikan diri dari pembantaian Najran, yang melarikan diri ke Konstantinopel untuk mencari bantuan dan segala sesuatu kejadian itu segera dilaporkan. Ini membawa kemurkaan Kaisar Byzantium, Justinus I (bhs. Latin: Flavius Iustinus Augustus, bhs. Yunani: Ἰουστίνος; kira-kira 450 – 1 Agustus 527; menjadi Kaisar Byzantium: 518 – 527) yang sebagai pelindung agama Kristen mendorong sekutunya, Raja Abyssinia St. Ella-Atsbeha atau St. Elesbaan dari Aksum (meninggal kira-kira 540), untuk menyerang negara itu, membunuh Dhu Nuwas-, dan menganeksasi (merebut dan menduduki) Himyar pada tahun 525.

Dalam aliansi-kerjasama dengan Kekaisaran Byzantium, Raja Ethiopia Elesbaan membebaskan Najran dari Dhu Nuwas tak lama setelah itu. Setelah mempelajari masalah pembantaian ini, Kaisar Byzantium Justinus I sangat sedih, dan menulis surat kepada Raja Ethiopia, Elesbaan, meminta dia untuk berangkat bersama pasukan melawan Dzu Nawwas untuk membalas darah tak berdosa orang-orang Kristen itu. Elesbaan mematuhi Justinus, menyerang Gubernur Omir itu dengan pasukannya, mengalahkan dia, membunuh seluruh pasukannya, dan memenggal kepalanya.

Kemudian Raja Ethiopia Elesbaan membangun gereja-gereja untuk menghormati para Martir itu. Najran menjadi tempat ziarah sampai munculnya Islam satu abad kemudian. Pada akhir hidupnya Raja Elesbaan, yang juga disebut Kaleb dari Axum, mengundurkan diri dalam keheningan sebagai seorang pertapa eremit, ia mengirim mahkotanya ke Yerusalem sebagai persembahan kepada Gereja Makam Kudus. St. Elesbaan, Orang Kudus dan Raja Ethiopia juga diperingati pada 24 Oktober/6 November sebagai seorang kudus.

Ikon St. Elesbaan, Raja Ethiopia dan Pertapa - Елезвой Эфиопский, царь, затворник (Yelezvoĭ Efiopskiĭ, tsar’, zatvornik)

Dengan sebuah wahyu dari Allah, seorang saleh yang bernama Abramius diangkat sebagai gubernur Omir, dan kembali oleh wahyu Allah, St Gregorius (Gregentius) dari Omir (meninggal tahun 552; pesta peringatan: 19 Desember/1 Januari) telah dipilih sebagai Uskup Agung. Orang-orang Kristen membangun kembali Gereja Tritunggal Kudus di Najran yang pernah dibakar oleh Dzu Nawwas, dan juga membangun sebuah gereja yang didedikasikan kepada Martir Kudus Arethas dan para martir lainnya dari Najran. St Arethas dan yang lain menderita dan menerima rangkaian bunga martir dari Tuhan pada tahun 523 Masehi.

Dalam Gereja Orthodox Timur, pesta peringatan St. Arethas atau St. Haritsa adalah 24 Oktober (6 November Old Calender - OC atau Kalender Lama Yulian). Di Monologion Yakobit pada tanggal 31 Desember, dalam Pesta-psta perayaan Arab dari kaum Melkit pada 2 Oktober, dalam Synaxarium Armenia pada 20 Oktober, dan di Senkesar Ethiopia pada 22 November. Daftar Synaxarium (Sinaksarion) Ethiopia dari para martir Najran pada tanggal 26 bulan ketiga (7 November - 6 Desember). Para Orang Kudus itu ditambahkan ke Martirologi Romawi (kalender Katolik Roma) pada abad keenambelas oleh Kardinal Baronius, juga terdaftar pada 24 Oktober, meskipun fakta bahwa Najranites (kaum Kristen Najran) itu mungkin secara teknis Monofisit, karena Gereja Ethiopia kemudian sebagian besar Monofisit, dan karenanya dianggap bidat. Sedang Gereja Katolik Roma memperingati pesta perayaan St. Arethas setiap 27 Juli. Sementara para martir Najran tidak disebutkan pada setiap kalender Anglikan. Gereja-gereja Anglikan dapat menggunakan yang umum "Tentang Martir" dalam Buku Doa Umum jika mereka ingin untuk mengamati hari, atau untuk fokus pada orang kudus tahun tertentu.

III. Kemartiran St. Syncletica dari Najran dan Dua Anak Perempuannya, St. Elizabeth dari Najran, serta para Wanita Martir Lainnya

Diantara 4.299 matir lain dari Najran yang dibunuh bersama St. Arethas Sang Syuhada Agung adalah St. Syncletica dari Najran dan dua anak perempuannya, St. Elizabeth dari Najran, serta para wanita martir lainnya. Berikut ini kisah para wanita kudus dan martir dari Najran.

Martir Syncletica dan dua putrinya menderita di bawah raja Arab Dzu Nawwas. St Syncletica adalah keturunan dari sebuah keluarga yang terkemuka. Ia ditinggalkan menjanda pada saat masih muda, ia mencurahkan dirinya dalam membesarkan putrinya secara Kristen, dan dia sendiri menyandang kehidupan yang berbudi luhur dan suci.

Raja Dzu Nawwas mulai menganiaya orang Kristen, dengan bertujuan untuk menghapuskan mereka. Dia memanggil St Syncletica dan putri-putrinya dihadapannya, dan mendesak dia untuk meninggalkan "kebodohan" nya, berjanji untuk membawanya ke rumah istrinya. Tapi Syncletica menjawab, "Bagaimana bisa anda tidak takut, O Raja, untuk berkata jahat kepada Dia yang telah memberikan pada anda baik mahkota kerajaan dan kehidupan?"

Dzu Nawwas memberi perintah mengarak St Syncletica dan putri-putrinya melewati kota seolah-olah mereka para penjahat. Melihat aib yang dialami sang orang kudus ini, perempuan-perempuan mulai menangis, tapi ia memberitahu mereka bahwa "malu" ini baginya adalah lebih berharga daripada kehormatan duniawi.

Dia dibawa lagi kehadapan Dzu Nawwas yang berkata, "Jika engkau ingin tetap hidup, engkau harus meninggalkan Kristus". "Jika aku lakukan itu, maka siapa yang akan melepaskan aku dari kematian kekal?," ia bertanya. Dengan marah, Raja Dzu Nawwas memerintahkan agar anak-anak perempuan St Syncletica yang pertama dibunuh, dan kemudian St Syncletica dipenggal dengan pedang.

Ikon Theotokos “Sukacita dari Semua yang Berduka”,St. Arethas dan St.Syncletica

Ada lagi seorang kudus tambahan, seorang diakon wanita yang berada dalam kelompok 4.000 martir yang terdaftar pada kalender Gereja Orthodox Timur (Eastern Orthodox Church), pada setidaknya satu kalender Gereja Orthodox Oriental, dan pada kalender Katolik Roma. Jumlah yang besar dari para martir sering dicurigai sebagai digelembungkan, atau disalin secara salah, tetapi dalam kasus ini ada setiap alasan untuk percaya bahwa angka itu adalah benar, karena jumlah mengerikan itu adalah secara luas terbukti kebenarannya pada saat itu. Kelompok martir itu juga disebutkan kemudian dalam Al-Qur'an. Para martir ini hidup pada kuartal pertama abad keenam di jazirah Arab Selatan (sekarang: Yaman). Di antara mereka adalah St Elizabeth, seorang diaken wanita yang melayani di Gereja di kota Najran. Tulisan tentang St Elizabeth, Wanita Kudus dari Gereja Orthodox Oriental Syria ini diperkenalkan dan diterjemahkan oleh Sebastian P. Brock dan Susan Ashbrook Harvey. Pada kenyataannya tentu ada kemungkinan, bahwa ada nama diaken wanita lainnya yang tidak disebutkan di antara 4.000 martir dari Najran itu. Dari sejak saat itu pembantaian para martir ini telah diperingati di Afrika, Syria, dan di tempat-tempat lain.

Materi tentang St Elizabeth adalah salah satu dari dokumen-dokumen historis yang dapat diandalkan dari era yang telah hilang namun baru-baru ini ditemukan, seperti yang dijelaskan pada tahun 1971 oleh Irfan Shahid dalam “Para Martir dari Najran: Dokumen-dokumen Baru”. St Elizabeth disiksa dengan beberapa cara karena menolak menyangkal iman Kristennya, kemudian ia diseret hingga mati di belakang seekor unta liar yang dilepas lari ke padang gurun. Jejaknya kemudian diam-diam diikuti dan tubuhnya ditemukan.

Dokumen-dokumen kemartiran untuk kelompok-kelompok martir itu secara luas diterjemahkan dan beredar, unsur-unsur khas penghormatan orang-orang kudus dikembangkan, dan kelompok orang-orang kudus akan segera muncul di sejumlah kalender liturgis Gereja. Mereka dikanonisasi untuk metode dari hari pesta peringatan mereka. Digunakan judul "Orang Kudus (Santa)" untuk Elizabeth karena ia termasuk dalam kelompok yang dikanonisasi. Meskipun karya Brock dan Harvey melansir penerjemahan dokumen-dokumen kemartiran ke dalam bahasa dari beberapa Gereja-gereja Orthodox Oriental (termasuk Syria, Arab, Ethiopia, dan Armenia), di antara kalender dari Gereja-gereja Orthodox Oriental yang berbeda, tulisan tentang St. Elizabeth dari Najran ini hanya memeriksa kalender Ethiopia.

St Elizabeth ini tidak disebutkan dalam teks-teks liturgis, mungkin karena dia hanya satu dari 4.000 martir, dan karena dokumen dengan rincian kemartiran pribadinya hilang begitu lama. Tapi pada abad kesembilan belas seorang biarawati Orthodox Rusia, Taisiia menulis teks-teks liturgis untuk pesta St Simeon Sang Penerima Allah, meskipun pestanya sudah memiliki teks, mungkin sudah saatnya bagi seseorang untuk menulis beberapa teks untuk hari pesta perayaan St Elizabeth dari Najran.

Beberapa rincian sumber utama lain yang mengerikan, tapi sangat bermakna dan indah:

"Dengan suratnya bertahun 524 Masehi yang menggambarkan penganiayaan Najran secara rinci, pendebat Syria Barat Simeon, uskup Beth Arsham mendeskripsikan bagaimana para martir wanita bergegas untuk bergabung dengan 'orang tua dan saudara-saudari kami yang telah meninggal demi Kristus Tuhan kita '. "

"Surat Kedua Simeon dari Beth Arsham memelihara satu lagi episode mengerikan yang dengan tak mudah terlupakan itu. Setelah melihat saudara-saudara Kristennya dibakar hidup-hidup, Ruhm, seorang wanita bangsawan agung dari Najran, membawa putrinya di depan raja Himyar dan memerintahkan kepadanya: "Potong kepala kami, sehingga kami bisa pergi bergabung saudara-saudara kami dan ayah dari putri-putriku". Para algojo mematuhi, menyembelih anak dan cucunya di depan mata Ruhm dan memaksa dia untuk minum darahnya. Raja kemudian bertanya, Bagaimana merasakan darah anakmu bagimu?". Sang Martir menjawab, "Seperti persembahan murni tak bernoda: seperti itulah yang terasa di dalam mulutku dan jiwaku".

Alangkah kasih yang tak terkatakan dan total bagi Kristus! Semoga kita dapat meniru kesaksian mereka, semangat mereka dan kasih mereka bagi Kristus dalam hidup kita, bahkan jika hanya dalam cara yang sangat kecil.

Troparion - Irama 1

Melalui penderitaan dimana para martir kudusMu Arethas dan para sahabatnya bertahan demiMu, ya Tuhan,
kami memohon kepadaMu, wahai Kekasih umat manusia:
menyembuhkan semua kelemahan kita.

Kontakion – Irama 4

Hari ini pesta pancaran Sang Pengemban Sengsara Kudus Kristus, Arethas dan para sahabatnya datang kepada kita sebagai seorang bentara pembawa berita sukacita;
Karena dengan kita merayakannya, kita memuliakan Tuhan di tempat Maha Tinggi.

“St. Arethas dan para Martir Kudus Kristus dari Najran, doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin!“

Referensi

1. ____________, Kisah Ashabul Ukhdud dalam Surah Al-Buruj. Tazkirah & Informasi Islam Najahudin's Homepage. http://najahudin.8m.com/tafsir.html

2. ____________, Kisah Ashabul Ukhdud. Surau Al-Hakim. alhakimbestari.org

3. ____________, Martyr Arethas. Life of the Saint, Troparion and Kontakion. Orthodox Church in America. http://oca.org/

4. ____________, Saint Herman Calender 2006. Saints of the German – Speaking Lands. Printed with the blessing of His Grace  Longin, Serbian Orthodox Bishop of the U.S.A. and Canada, New Gracanica Metropolitanate, and Bishop Adminstrator of Serbian Orthodox Diocese of Western America. Thirty-fourth year of publication. Copyright 2006 by the St. Herman of Alaska Brotherhood. 2006.

5. ____________, The Holy Martyr Arethas - Celebrated Oct. 24. by Facebooks Orthodox Church of St. Stephen the Protomartyr on Wednesday, October 26, 2011.

6. Antiochiam Orthodox Christian Archdiocese of North America. St. Syncletica with her two daughters. http://www.antiochian.org/

7. Cluster Paul. St. Arethas the Holy Martyr and those with him. Posted 2nd October by CFC Cluster 2 Chapter D http://clusterpaul.blogspot.com/2011/10/st-arethas-holy-martyr-and-those-with.html#!/2011/10/st-arethas-holy-martyr-and-those-with.html

8. From Wikipedia, the free encyclopedia. Arethas (martyr), Najran, Christian community of Najran, Dhū Nuwas, Abyssinian, Axum, etc

9. Irfan Shahid. Byzantium and the Arabs in the Sixth Cenrtury. Volume 2 Part 2. Copyright @ 2009 by Dumbarton Oaks Trustess for Harvard University, Washington, D.C. All rights reserved. Printed in the United States of America. All map by K. Rasmussen (archeographics.com), @ 2009 by Dumbarton Oaks, Trustess for Harvard University.

10. Kathryn A. Piccard. Saint Elizabeth of Najrân. Another Woman Deacon Saint. http://www.womenpriests.org

11. Rev. Oeconomos Christopher Klitou. Icon of the Great-martyr Arethas. The Orthodox Pages. Feasts and Saints. http://www.christopherklitou.com/

12. Православие.Ru. Арефа Негранский, градоправитель, мч. Православный Календарь. Иконы. http://days.pravoslavie.ru/