Selasa, 27 April 2010

Paus Temui Korban Pelecehan Seksual Pendeta di Malta

Malta - Menyusul skandal pelecehan seksual yang melanda gereja Katolik beberapa bulan terakhir, Paus Benedict XVI secara pribadi hari Minggu menemui sekelompok korban pelecehan seksual oleh para pendeta. Paus menyampaikan rasa malu dan duka citanya atas keadaan yang menimpa mereka, kata Vatikan.

"Paus sangat terharu atas cerita-cerita mereka dan menyampaikan rasa malu dan duka citanya atas apa yang dialami para korban dan keluarganya," kata Vatikan dalam sebuah pernyataan setelah Paus bertemu delapan pria Malta yang dilecehkan saat mereka muda dalam sebuah panti asuhan.

"Dia berdoa bersama mereka dan menjamin bahwa gereja akan bertindak, dan akan terus bekerja, dengan seluruh kekuatannya untuk menyelidiki dugaan itu, melaporkan mereka yang bertanggng jawab atas pelecehan dan melakukan tindakan efektif untuk menjaga anak-anak muda di masa depan," kata pernyataan itu.

Gereja menghadapi gelombang tuduhan dalam beberapa bulan ini, yaitu telah menutup-nutupi pelecehan seksual anak-anak oleh pendeta dan gagal mengambil tindakan hukum gereja untuk menghukum para pendeta pedofil dan memindahkan mereka dari pekerjaan bersama anak-anak.

Minggu lalu Vatikan menerbitkan sebuah petunjuk yang menjelaskan prosedur yang harus diikuti uskup dalam kasus-kasus pelecehan.

Namun, hingga Minggu, Paus tidak secara langsung menyebut isu tersebut sejak skandal itu terungkap.

Lawrence Grech, 37, salah satu pria yang bertemu dengan Paus hari Minggu, mengatakan pertemuan itu sebuah penebusan.

"Anda berdoa untuk saya dan mengisi kekosongan yang saya rasakan 25 tahun terakhir," kata Grech kepada Paus. "Saya kehilangan iman, segalanya, karena orang-orang seperti anda telah melakukan kerusakan pada saya."

"Saya bangga dengan anda," kata Paus, menurut Grech. "Saya berdoa untuk anda atas keberanian anda untuk datang dan berbicara."

Grech adalah salah satu dari 10 pria pada 2003 yang mengajukan gugatan kriminal terhadap empat pendeta yang menurut mereka telah melecehkan mereka saat mereka berada di sebuah panti asuhan di Malta. Dia dan lainnya telah mengeluhkan bahwa keuskupan Malta telah menyelidiki kasus itu selama tujuh tahun namun tidak mengambil tindakan terhadap para pendeta. Tiga masih bekerja sebagai pendeta di Malta dan satu sekarang di Italia, kata Grech.

Paus bertemu dengan para korban selama 20 menit dalam kapel Apostolic Nunciature di Malta, jauh dari media. Dua uskup lokal dan beberapa anggota rombongan Paus juga hadir. "Suasananya sangat antusias namun tenang," kata juru bicara Vatikan, Pastor Federico Lombardi, dalam konferensi pers.

Ini merupakan kunjungan keempat Paus yang serupa. Dia juga bertemu dengan korban pelecehan saat mengunjungi Amerika dan Australia tahun 2008, dan di Roma tahun lalu.

Paus Benediktus Akan Ambil Tindakan Soal Pelecehan Pastor


Vatikan -Paus Benediktus untuk pertama kalinya secara terbuka menjanjikan pengambilan tindakan terhadap skandal dunia tuduhan pelecehan seksual para pastor.

Berbicara pada audiensi yang biasa dilakukan di Lapangan Santo Petrus di Roma, Paus menyatakan dirinya dapat merasakan penderitaan korban pelecehan saat baru-baru ini mengunjungi Malta.

"Saya ikut merasakan penderitaan mereka, dan secara emosional berdoa bersama mereka, menjamin adanya tindakan gereja," kata Paus Benekditus. Meski begitu dia tidak berbicara secara rinci tentang aksi yang akan diambil oleh Vatikan.

Setelah melalui sebuah pertemuan tertutup Minggu (18/4), Vatikan mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa gereja, berdasarkan pernyataan Paus Benediktus, akan melakukan semua hal yang berada dalam wewenangnya. Hal itu tak lain guna menegakkan keadilan atas pastor-pastor yang terlibat dalam tuduhan itu.

Pernyataan itu juga menegaskan Vatikan akan menempuh langkah-langkah yang efektif untuk melindungi anak-anak. Dan Rabu (21/4) muncul pernyataan dari Paus, walaupun tanpa rincian lebih lanjut.

Sementara itu kantor berita Associated Press melaporkan bahwa Paus sudah menerima pengunduran diri Uskup James Moriarty dari Irlandia.

Desember tahun lalu Moriarty mengaku tidak mempertanyakan praktek di masa lalu tentang penanganan kasus dugaan pelecehan anak yang dilaporkan polisi. Namun hingga saat ini masih belum ada pengumuman resmi dari Vatikan.

Zeitun: Keajaiban di Gereja Santa Maria

Oleh: Pearl Zaki


Di tanah Mesir, tepatnya di Zeitun, Bunda Tuhan kita Yesus Kristus datang mengunjungi dunia di bulan April 1968. Zeitun, sebuah distrik di pinggiran kota Kairo, membatasi daerah yang pernah menjadi bagian Heliopolis (bangsa Mesir mengenalnya dengan nama On, dalam bahasa Yunani dikenal sebagai Kota Matahari). Sekarang Zeitun memiliki banyak penduduk, padahal beberapa tahun yang lalu, Zeitun merupakan pinggiran kota Kairo yang sebagian besar adalah wilayah gurun pasir dan berlokasi kira-kira 10 mil dari Sungai Nil. Dengan bertambahnya penduduk dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang membawa irigasi, daerah ini menjadi berkembang. Bangunan-bangunan dan taman-taman bertebaran di daerah gurun yang kering ini dan akhirnya dibagi-bagi menjadi beberapa distrik di pinggiran kota Kairo. Zeitun sebagai salah satu distrik kota Kairo dikelilingi oleh daerah Matariya, Ayn Shams dan Heliopolis.

Di persimpangan Jalan Tumanbay (jalan raya utama) dan jalan Khalil di Zeitun, ada sebuah gereja Koptik Ortodoks yang diberi nama Gereja Santa Maria, nama yang diambil untuk menghormati Sang Perawan. Nama Khalil diambil dari nama keluarga Khalil Ibrahim, keluarga yang sangat besar dedikasinya pada gereja ini. Pada tahun 1918, salah satu anggota keluarga kaya raya ini memiliki tanah kecil di Zeitun. Ia sedang mengalami krisis keluarga. Lalu Bunda Maria menampakkan diri dalam sebuah penglihatan atau mimpi dan mengatakan padanya agar membangun sebuah gereja Koptik (Gereja Ortodoks di Mesir berdasarkan tahta Santo Markus) di atas tanah itu untuk menghormati Bunda Maria. Bunda Maria berjanji akan memberkati gereja itu dalam waktu 50 tahun. Maka, dibangunlah gereja itu dengan alasan tersebut. Gereja itu selesai dibangun pada tahun 1924. Jika anda melihat di bagian dalam kubah yang besar dari gereja ini, kita akan menemukan lukisan Perawan Maria.

Sekarang, gereja ini berada di tengah kesibukan sehari-hari. Dari jalan-jalan sibuk disekelilingnya, orang-orang datang dan pergi dengan urusannya, kadang berhenti sebentar, memasuki gereja dan membungkukan kepala mereka untuk berdoa. Pohon-pohon disekeliling gereja memberi keindahan tersendiri. Matahari memperanggun gereja ini dengan kehangatan sinarnya, dan di malam hari, sinar bulan memperindah dengan refleksi bangunannya. Tetapi Tuhan kita memperanggun gereja kecil ini dengan sinar yang lebih terang dari banyak sinar matahari atau bulan. Rahmat-Nya benar-benar telah menghentikan rutinitas sehari-hari Zeitun.

Bisakah anda bayangkan, kebahagiaan apa yang datang ke hati dan pikiran orang-orang beriman di Zeitun saat mereka tidak takut lagi, dan kagum atas fenomena yang terjadi pada tanggal 2 April 1968. Mereka sadar sepenuhnya bahwa dengan rahmat Tuhan, figur bergerak yang mereka lihat dengan mata mereka sendiri di kubah gereja itu adalah transfigurasi dari Bunda Maria sendiri!

Foto yang bisa anda lihat disini diambil oleh Fawzi Mansour, seorang arsitek yang tinggal di Heliopolis, dibuat pada hari-hari awal penampakan Bunda Maria. Lihatlah betapa salib yang terbuat dari semen di depan Bunda Maria sepertinya memancarkan kilatan sinar. Menurut berita di harian Mesir Watani, kejadiannya adalah sebagai berikut: “Hari itu adalah hari Selasa, 2 April 1968, pukul 8.30 malam. Beberapa pekerja di hanggar milik Angkutan Kota yang terletak di seberang gereja sedang melakukan pergantian jam kerja. Ada juga beberapa wanita yang sedang menyeberangi jalan. Tiba-tiba, muncul gerakan-gerakan yang aneh di tengah-tengah kubah gereja dimana terpancang sebuah salib. Gerakan ini menarik perhatian para wanita tadi dan dua dari pekerja yang sedang menikmati secangkir teh di pintu masuk hanggar (mereka adalah kaum Muslim).

Pemandangan yang nampak dalam gelap adalah seperti seorang gadis muda dengan pakaian putih yang berlutut dibawah salib yang terletak di atas kubah gereja. Hal ini sangatlah aneh karena kubah itu begitu bulat, dengan permukaan yang sangat licin. Semua pria dan wanita pejalan kaki terpaku di tempat mereka masing-masing.

Saat mereka semua menunjuk ke kubah, seorang pekerja berteriak kepada gadis muda itu agar tidak melompat turun. Karena ia tidak bisa melihat wajahnya, ia berpikir gadis itu hendak bunuh diri. Pekerja itu lalu berbicara dengan seorang pria disebelahnya dan setiap orang mulai berbisik. Lalu bisikan-bisikan itu berubah menjadi teriakan peringatan. Gadis itupun berdiri.

“Mereka semua melihatnya seperti berpakaian terang cahaya, sama seperti pemandangan yang sering dihubungkan dengan Perawan Maria. Salah satu wanita yang ada di sana berteriak “Za Gha ruta” atau teriakan kebahagiaan. Tanpa sadar, dia berteriak: “Settena Mariam,” yang berarti “Bunda kita, Maria.” Wanita itu lalu meminta berkat dari Bunda Maria.

Seseorang bergegas mencari pastur, yang lain mencoba mencari pasukan penolong. Lalu wanita itu menghilang. Seorang pekerja di hanggar yang telah menunjuk dengan jari telunjuknya yang diperban kepada Bunda Maria dan berteriak: “Ibu, jangan melompat”. Pekerja itu dijadwalkan untuk melakukan operasi amputasi jari esok harinya karena pembusukan, tetapi saat penutup luka dibuka, dokter menyatakan bahwa jarinya sembuh total.

Kejadian-kejadian setelah pemberitaan di koran-koran seperti Egyptian Gazette, Watani dan koran-koran lain tidak akan dapat menceritakan kembali dengan utuh karena akan melibatkan banyak saksi dan keterangan dari jutaan jiwa dan emosi-emosi mereka. Dampak keseluruhan dari penampakan ini tidak dapat begitu saja dilupakan. Penganut Kristen lebih sedikit dari kaum Muslim di Mesir, tetapi doa-doa penganut Kristen tidak pernah putus. Tidaklah mengherankan atau aneh bagi kita - orang-orang di luar Mesir yang mengetahui keadaan di dalam Mesir - untuk menemukan keajaiban yang terjadi di Gereja Santa Maria. Allah Bapa telah memilih Maria karena ketaatan dan kerendahan hatinya untuk menjadi Bunda sang Penebus. Peran Maria dalam Rencana PenebusanNya tidak dapat disangkal. Untuk yang percaya, Maria bukanlah obyek penyembahan. Maria mendapat hormat yang dalam dari orang-orang yang mengetahui kasih Allah dan yang mengetahui bahwa lewat kasih-lah mereka dapat bertahan dalam pengharapan untuk seluruh manusia.

Foto yang lain diambil oleh fotografer dari Jerman yang datang ke Kairo untuk mengambil film bagi stasiun televisi. Foto tersebut mencerminkan bagaimana saya bertemu dengan Perawan Maria pada 13 Agustus 1968, jam 4.30 pagi. (Dalam 3 minggu kunjungan saya ke Mesir di bulan Agustus 1968, saya menghabiskan total waktu 8 hari di Gereja Santa Maria, Zeitun). Saya telah menghabiskan 4 malam pertama di Gereja Zeitun dan tidak melihat apa-apa.

Pada malam kelima, kira-kira pukul 4.15 pagi, saya melihat empat kilatan atau kobaran api berwarna kuning yang menyelimuti depan gereja. Selanjutnya, kira-kira pukul 4.30 pagi, Perawan Maria menampakkan figurnya secara utuh dengan kedua belah tangannya di samping dan kemudian, secara perlahan-lahan, tangan itu bergerak, mengatup dalam sikap doa. Dua meteor atau bintang jatuh yang seolah-olah bergerak turun dari surga, membentuk salib di belakang kepalanya. Dia menghilang dan kembali lagi dalam posisi yang sama sekali lagi. Saya mengucapkan doa Rosario, sesuatu yang tak pernah saya lakukan sebelumnya. Orang banyak dari segala penjuru terus membanjiri gereja Santa Maria, semuanya memohon perantaraan Bunda Maria dalam memuji Allah.

Setelah saya berkunjung tiga kali lagi, pada malam kunjungan yang ketiga, saya melihatnya sebentar. Kali ini, seberkas sinar tampak melingkupi gereja dan dia berdiri disana, di atas tanah di sebelah gereja Santa Maria dengan posisi yang sama seperti yang kita kenal lewat patung penampakan Bunda Maria di Fatima. Dia menampakkan diri, lalu menghilang dan lalu menampakkan diri lagi, setiap kali membungkuk dan bergerak seperti manusia hidup. Anak laki-laki saya, Nagi, pada umur 9 tahun melihat siluet Perawan Maria.

Berikut adalah pernyataan seorang saksi mata yang kata-katanya menggambarkan dengan tepat penglihatan yang saya dapat:

“Saya melihat pemandangan yang bermandikan cahaya terang dengan lingkaran biru yang terbingkai kilatan cahaya. Perlahan-lahan, pemandangan itu menjadi lebih jelas, hingga figur Maria menjadi lebih jelas bagi banyak orang-orang yang berkumpul memenuhi wilayah di sekeliling Gereja Zeitun. Lingkaran kilatan cahaya, bagi saya, sepertinya melambangkan kesempurnaan yang kekal, sebagai perbandingan yang kontras dengan waktu kita yang terbatas di dunia.”

Setelah tanggal 2 April, sejalan dengan pergerakan waktu, banyak saksi yang mengatakan melihat Bunda Maria setiap malam harinya. Sejak awalnya, sepertinya Bunda Maria keluar menemui pria, wanita dan anak-anak dari balik tirai yang tak kelihatan. Sewaktu dia datang, Tuhan kita Yesus Kristus-lah yang membukakan tirai itu baginya. Dia tidak akan melakukannya sendiri. Dua ribu tahun yang lalu, Bunda Penebus kita dan Puteranya, Yesus Kristus, dikenal oleh Santo Markus. Bersama Santo Petrus, Santo Markus melakukan perjalanan dan berakhir di Alexandria, Mesir. Di sinilah tempat pertama kali Santo Markus memulai pewartaan iman Kristiani dan menjadi Uskup pertama Gereja Kristen Mesir (dikenal dengan sebutan Gereja Koptik Ortodoks).

Pada saat ini, Yang Mulia Shenouda III, adalah pengganti Santo Markus yang ke 117 dalam suksesi apostolik. Mesir memiliki kira-kira 40 juta penduduk yang mayoritas beragama Islam. Sepuluh juta penduduknya adalah umat Kristen dan kebanyakan memeluk Koptik Ortodoks. Di seluruh wilayah Timur Tengah, ada kira-kira 20 juta penganut Koptik Ortodoks. Kepada umat Koptik Ortodoks inilah Bunda Maria menampakkan diri sebagaimana ia dilihat oleh banyak umat yang sedang berada di seputar Gereja. Penampakkan Bunda Maria terjadi selama hampir 2 tahun dengan frekuensi 2 hingga 3 kali dalam seminggu. Seseorang harus berada di gereja Santa Maria Zeitun untuk menyaksikan kehadirannya. Waktu penampakannya tidak dapat diperkirakan. Bunda Maria lebih sering menampakkan diri pada hari-hari raya Gereja atau sehari sebelumnya. Ada 32 hari raya Gereja dalam kalender Koptik Ortodoks untuk menghormati Ibunda Yesus, Santa Perawan Maria.

Semburan sinar akan muncul diatas gereja, dan kemudian di dalam sinar tersebut, sang Perawan akan muncul.

Dalam beberapa malam, Bunda Perawan Maria akan menampakkan diri untuk waktu beberapa menit hingga 8 jam. Umat dapat melihatnya dan lalu pulang untuk mengajak keluarganya ke gereja, mengajak teman-teman atau mengambil kamera, dan kembali ke gereja lagi untuk menemui Bunda Maria dalam kemuliaan Allah. Bunda Maria terlihat dalam ujud penuh, bergerak seperti manusia biasa, membungkuk kepada orang banyak. Terkadang, dia memegang pucuk daun palem yang dilambaikannya kepada orang banyak sebagai berkatnya. Terkadang, dia memegang salib yang dipakainya untuk memberkati orang banyak. Dalam waktu lainnya, dia terlihat berseri-seri dan bercahaya, dengan mahkota bintang, melayang-layang melintasi Gereja, kakinya terlihat tidak menyentuh atap gereja.

Setelah beberapa waktu lewat penampakannya yang intensif, banyak yang mencoba membuat fotonya. Tetapi saat penampakan berlangsung, kebanyakan dari mereka begitu terpesona, takjub dan diliputi kebahagiaan tak terhingga sehingga tak mungkin untuk melakukan apa pun. Tangan dan jari tidak dapat digerakkan untuk menekan tombol kamera. Tetapi, dengan rahmat Tuhan, dan juga untuk bukti bagi keturunan kita, foto-foto berhasil juga dibuat.

Pada pagi 13 April, dua buah foto diambil oleh Wagih Risk Matta (yang telah menulis buku yang sangat indah dalam bahasa Arab tentang penampakan Santa Maria yang disertai lebih dari 12 foto-foto). Hanya cahaya disekitar figur Maria di lantai Gereja nampak dalam foto-foto ini. Jika Anda pernah datang ke sana dan melihat penampakannya, Anda dapat melihat figur Bunda Maria di dalam foto-foto itu, meskipun film kamera hanya menangkap sinar disekeliling figur Maria. Lihatlah kepala dalam gambar pertama.

Dalam gambar kedua, kepala terlihat mulai menghilang. Saya teringat akan sebuah bacaan tentang penampakan Maria di Fatima, Portugal tahun 1917. Saat ketiga anak-anak yang telah melihat Perawan Maria ditanya secara terpisah, mereka mengatakan bahwa kepalanya terlihat menghilang dahulu.

Foto-foto ini diambil saat penampakan Maria selama 10 menit dengan selang waktu 5 menit yang diterbitkan oleh koran-koran di Mesir. Foto-foto ini tidak mengundang komentar banyak pihak karena, seperti yang saya katakan sebelumnya, figur Bunda Maria tidak tampak jelas. Kepala Bidang Fotografi dari koran semi-resmi Mesir, Al Ahram, mengatakan bahwa tidak ada permainan dalam pencetakan foto-foto itu. Wagih Risk Matta sendiri memperoleh penyembuhan saat mengunjungi Gereja Zeitun.

Ini adalah foto lain yang dibuat oleh Wagih Risk Matta. Obyek yang menyerupai burung merpati, bulat dan berwarna keemasan terlihat memancarkan cahaya dan biasanya terlihat dengan sayap-sayap yang tidak bergerak. Petugas Kebun Binatang Kairo yang dimintai keterangan dan datang ke Zeitun menyatakan bahwa burung merpati tidak terbang di malam hari. “Jika dipaksakan, mereka akan jatuh ke tanah”. Burung-burung merpati secara spiritual terlihat sebelum dan sesudah penampakan Bunda Maria, setiap jam saat malam hari dan menjelang petang. Terkadang, burung-burung itu muncul dalam hitungan dua atau tujuh ekor yang membentuk salib, terkadang 12 ekor dalam sebuah formasi dan selalu ada seekor yang menjadi pemimpinnya. Jika mereka menghilang, mereka akan kembali dengan formasi yang sama.

Foto ini dikirim oleh editor koran Watani. Michael Takla mengatakan bahwa foto ini diambil oleh “seorang saksi mata yang terpercaya, seorang wanita dari Alexandria.” Saya tidak memiliki namanya. Foto ini sama dengan foto yang diambil oleh pemotret asal Jerman tetapi memperlihatkan rupa dari merpati-merpati atau obyek-obyek sedang terbang yang dilihat oleh saksi mata yang hadir saat itu di Gereja.

Seluruh foto, gambar, lukisan yang diperlihatkan disini telah dibuktikan oleh banyak saksi mata dengan ekspresi berbeda-beda. “Dia nampak sama seperti ini!” “Ya, seperti inilah saat saya melihatnya!” “Dari mana engkau mendapatkan foto ini?” “Ya, beginilah saya melihatnya pada tanggal 1 April 1968!” dan sebagainya dan sebagainya.

Pengkajian dengan komputer oleh pakar-pakar telah pula dilakukan dan hasilnya, mereka menyatakan tidak adanya tipuan kamera.

Para perupa yang hadir saat penampakan di Zeitun menggunakan talenta mereka untuk menggambar apa yang telah mereka lihat, dan tampaknya mereka lebih menangkap keindahan surgawi Bunda Maria dibanding dengan foto-foto yang dibuat. Saat benar-benar bertemu Bunda Maria, sangatlah sukar untuk secara jelas melihat bagian-bagiannya. Tetapi beberapa dari mereka dapat menangkap rambutnya, matanya, tangannya, bentuk tubuhnya dan warna kulitnya. Bunda Maria kebanyakan digambarkan “gelap dan bercahaya” dan “putih kebiru-biruan” atau “biru keputih-putihan”. Terkadang kekuningan dan bersinar, berkilauan, cantik, muda, sehat, seperti seorang ratu. Lukisan di bawah halaman ini dikerjakan oleh Sabri Ibrahim pada tahun 1973. Katanya, beginilah ia melihat Bunda Maria di tahun 1968 di Gereja Zeitun. Lukisan berwarna ini, sedikit lebih besar daripada aslinya, sekarang digantung di pintu masuk Gereja Santa Maria. Bagi yang pertama kali melihatnya, lukisan ini akan mengundang decak kagum.

Gambaran para perupa akan Bunda Maria, Zeitun.

Pastur Morcos, seorang pastur Coptic menjadi saksi mata penampakan Bunda Maria pada tahun 1968. Ia mengatakan, “dan turunlah bias-bias sinar dari tangannya seperti ini!”. Bias-bias sinar itu akan keluar dari tangannya kepada orang-orang dan menembus tanah. Kita tahu dari wahyu-wahyu bahwa cara ini adalah rahmat Tuhan dalam memberikan berkatNya kepada kita lewat saluran rahmatNya, yaitu Bunda Maria, ibundaNya. Seorang saksi mata menggambarkan Bunda Maria seperti “disanalah dia, disudut Gereja, membungkukkan badannya sebatas pinggang kepada kita semua!!!! Saya tak dapat mempercayainya! Tetapi memang dia ada disana, SAYA MELIHATNYA!!”

Kesembuhan juga terjadi. Ini menambah kebahagiaan yang meliputi penampakan Bunda Maria. Masyarakat segera menyadari adanya orang buta yang dapat melihat, orang tuli yang dapat mendengar, orang bisu yang dapat berbicara setelah mereka hadir dalam salah satu penampakan-penampakan Bunda Maria. Mereka yang sakit jasmani, yang cacat, melihat Bunda Maria, dan dengan iman mereka akan Tuhan kita Yesus Kristus, disembuhkan oleh Allah Bapa, lewat penampakan Bunda Maria.

(Perlu juga diketahui, dengan kuasa kudus Tuhan, orang-orang yang sakit jasmani di Gereja Zeitun yang beriman teguh, juga disembuhkan, meskipun mereka tidak melihat penampakan Bunda Maria.)

Juga, di hari-hari Tuhan Yesus tinggal di dunia, Bunda Maria memohon padaNya atas nama orang lain. Maria sendiri tidak memiliki kuasa untuk membuat mukjijat. Hanya dengan kehadirannya bersama Anaknya, Yesus Kristus, dan dalam ketulusan permohonannya, kita mendapatkan mukjijat pertama di Kana. Sekarang, lewat perantaraannya, kita dapat hidup lewat pembaharuan iman, bukan kita yang membuatnya, tetapi Dia yang secara terus menerus memberikan mukjijat dalam cinta yang tak putus-putus.

Kesaksian akan kesembuhan di Zeitun kemudian didata, diuji dan didokumentasikan oleh sebuah komisi yang terdiri dari 7 orang dokter dan profesor. Bapa Suci Kyrollos VI, Paus dari Alexandria. sendiri yang memerintahkan hal ini. Tidak dapat disangkal lagi, mukjijat kesembuhan benar-benar terjadi. Sembuh, tanpa dapat dijelaskan secara medis, memang terjadi dalam setiap penampakan Bunda Maria.

Saya yakin, Maria memiliki setiap nama dan identitas dari orang yang disembuhkan didalam hatinya, didata di dunia, diuji dalam penampakannya dan didokumentasikan di surga. Setiap dari mereka yang sembuh tahu akan dirinya dan kita dapat bersukacita bersama mereka dalam kemuliaan kuasa Tuhan. Dalam tahun-tahun setelah penampakan Maria, mukjijat kesembuhan terus berlanjut di National Shrine of Our Lady of Zeitun. Saat kesembuhan itu diberitakan oleh mereka yang beriman, mereka semua terpesona dan kagum akan kemuliaan Tuhan.

Tetapi, tidak semua yang hadir mengalami mukjijat kesembuhan baik dari sakit jasmani maupun rohani. Sudah tentu, semuanya bergantung dari kehendak Allah yang kudus.

Saat kunjungan saya ke Kairo di tahun 1974, Uskup Gregorius mengatakan pada saya bahwa banyak orang yang dia ketahui mengalami pembaharuan harapan dan kekuatan iman dalam Tuhan setelah melihat penampakan Bunda Maria di Gereja Santa Maria. Banyak yang kembali mengunjungi Gereja itu setelah lama meninggalkan Tuhan karena satu dan lain hal.

“Seorang pria yang cukup terkenal di Gereja karena kemurahan hatinya, kebaikannya dan hidup kekristenannya, tiba-tiba berubah pikiran. Ia mengejek orang-orang yang menghadiri kebaktian sambil bertanya, “apa yang dilakukan orang-orang bodoh ini, membuang-buang waktu?” Ia juga pergi ke Gereja Zeitun dan berbuat hal yang sama. Saat tiba disana, ia melihat ribuan orang sedang berkumpul. Hal ini menambah keyakinannya akan kesia-siaan percaya kepada Allah. “Bagaimana mungkin Bunda Maria menampakkan diri disini?” Tiba-tiba, datanglah Maria dalam kemegahannya di depan mata orang itu. Ia jatuh berlutut dan hingga sekarang ia masih menyesali saat-saat dimana ia jauh dari Tuhan.”

Dalam 2 minggu terakhir bulan April hingga bulan Mei, kami mengalami penampakan yang paling mulia dari Bunda Maria. Sejalan dengan penampakannya, orang-orang yang berkumpul menjadi berlipat ganda. Pada beberapa malam, diperkirakan hampir ¼ juta orang berkumpul diseputar gereja. Seorang kakak ipar saya menuliskan kesaksiannya:

“Kami harus berdiri tegak dengan tangan di samping, hampir-hampir tak dapat bernafas dan terdorong ke depan atau ke belakang karena sesaknya pengunjung. Sesaat setelah kita bergabung dalam keramaian, sangatlah tidak mungkin untuk pergi dari sana. Kita harus menunggu hingga mereka membubarkan diri saat matahari terbit.”

Fawzia, kakak ipar saya yang lain menulis bahwa pada hari saya meninggalkan Kairo setelah kunjungan saya di tahun 1968 (sehari sebelum FEAST OF THE ASSUMPTION), Bunda Maria menampakkan diri selama 10 menit di gereja itu pada pukul 6 sore “sama terangnya seperti berjuta-juta matahari”. Dia melihat Bunda Maria malam itu.

Dikarenakan massa yang semakin membengkak jumlahnya dan sebagian dari mereka menjadi bingung dan menganggap semuanya adalah cerita bohong, pemerintah lalu mencoba melindungi rakyatnya. Beberapa petugas lalu mencopot kabel-kabel listrik dan mengatakan semuanya adalah tipuan. Ada juga yang memanjat pohon untuk naik ke kubah Gereja untuk mencoba memegang bayangan. Petugas melakukan penyelidikan hingga radius 15 mill untuk memastikan bahwa memang digunakan alat-alat elektronik. Tetapi setelah melakukan penyelidikan yang seksama dan berkat pertolongan Bunda Maria yang terus menerus menampakkan diri, para petugas akhirnya percaya bahwa memang Bunda Maria sendiri yang datang mengunjungi mereka. Para petugas lalu membantu mengamankan Gereja untuk dapat menerima kedatangan Bunda Maria secara wajar.

Pemerintah lalu membongkar hanggar yang memakan area sebelah selatan Gereja, sehingga massa dapat tertampung. Dari pintu masuk hanggar inilah pertama kalinya Bunda Maria tampak. Sebenarnya, beberapa orang berpikir bahwa penglihatan yang mereka dapatkan dari atas kubah gereja itu berasal dari refleksi yang datang dari hanggar. Tetapi, setelah hanggar itu dibongkar, Bunda Maria tetap menampakkan dirinya.

Pohon-pohon disekitar gereja juga ditebang sehingga massa tidak dapat memanjat pohon yang dapat mengakibatkan mereka jatuh dan terluka. Yang paling besar pun di pangkas hingga tidak dapat dipanjat lagi. Saat Bunda Maria menampakan diri di dekat pohon palem, beberapa orang mengatakan itu adalah refleksi pohon palem, tetapi setelah pohon palem itu juga di pangkas, Bunda Maria tetap menampakan diri dengan cahayanya.

Pada 5 Mei 1968, sebulan setelah penampakan Bunda Maria yang pertama, Bapa Suci Kyrollos VI menerbitkan Surat Kepausan yang menyatakan keaslian penampakan itu. Bahwa memang benar, Bunda Perawan Maria, Ibu dari Tuhan menampakan dirinya. Kepercayaan ini juga didasarkan bahwa Bunda Tersuci datang kembali sebab dia pernah mengungsi ke Mesir bersama Anaknya, Yesus Kristus, dan Yosef.

Gereja Santa Maria di Zeitun memang terletak di dekat rute perjalanan Keluarga Kudus saat mereka dikejar-kejar Herodes dan melakukan perjalanan ke Mesir. Untuk memperingati perjalanan ini, menurut tradisi, ada 14 perhentian yang dibangun di sepanjang perjalanan. Banyak orang beriman yang telah mendapatkan keteduhan dan rahmat setelah mengunjungi perhentian-perhentian ini.

Komite Kepausan menerima banyak kesaksian dan pernyataan resmi dari orang banyak.

Pastur Constantine, seorang pastur di Gereja Santa Maria, delegasi pemerintah, para saksi mata dari kaum Muslim, para Kristen dari aliran yang berbeda dan para pejabat di dalam hirarki Gereja Coptic. Mereka semua telah menyaksikan penampakan Bunda Maria satu atau lebih kali.

Pada pertemuan saya dengan Bapa Suci Kyrollos VI di tahun 1968, Bapa suci memberitahukan tentang penampakan Perawan Maria dan memberikan berkat pribadinya. Kesaksian oleh Bapa Suci ini melampaui pengetahuannya untuk berkomentar secara pribadi. Bapa Suci menginginkan para orang beriman untuk datang ke Zeitun dan mengalaminya sendiri. Untuk “meyakinkan diri mereka sendiri” tentang kunjungan yang kudus ini. Apa yang diperlihatkan Bapa Suci kepada saya mencerminkan bahwa pada waktunya, Tuhan akan memperlihatkan buah-buah keberimanan kita.

Mengapa Tuhan mengirim Bunda Maria pada waktu itu di tempat yang khusus? Diketahui bahwa Bunda Maria tidak berbicara dan jika ada pesan-pesan lisan yang disampaikan, pastilah tidak akan disebarluaskan. Saya pikir, lewat kebijaksanaan Tuhan, kita di dunia ini sekali lagi diperingatkan akan rahmatNya yang besar saat Ia turun ke dunia 2000 tahun yang lalu. Saat Ia datang ke dunia dan menjadi serupa anak kecil yang digendong Maria. Ia ingin menunjukkan pada kita, bahwa Dia sangat amat menyayangi kita.

Pada tahun 1974, Pastor Xavier Eid, pastor dari Gereja Katolik Santa Maria Pendamai, Garden City, Kairo mengatakan pada saya:

“Penampakan di Zeitun adalah berharga untuk seluruh dunia. Mesir sangat membutuhkan perhatian dan pertolongan Tuhan dalam masa-masa sulitnya. Ini merupakan salah satu bukti bagi rakyat Mesir yang amat sangat religius. Penampakan ini juga membantu Gereja Coptic Orthodox untuk lebih dikenal di seluruh dunia, untuk memperbaiki kesalahpahaman selama ini. Gereja Coptic Orthodox selalu taat menjalani penyembahan, kesalehan doa-doa dari para pastor gurun pasir, pendalaman Alkitab dan puasa yang kesemuanya sudah ditinggalkan oleh dunia barat. Para penganut Coptic Orthodox berpuasa selama 200 hari dalam setahun. Seluruh praktek-praktek ini akan lebih dikenal di dunia. Salah satu cara yang dipilih oleh Tuhan, saya pikir, adalah penampakan Bunda Maria yang telah membawa orang-orang dari seluruh dunia ke Mesir dan ini membuat orang-orang mengerti akan tradisi Coptic Orthodox.

Di bulan Mei 1973, Bapa Suci Shenouda III diundang ke Roma oleh Bapa Suci Paus Paulus VI. Inilah kali pertama dalam kurun waktu 1600 tahun pertemuan dua Bapa Suci dari Roma dan dari Alexandria terjadi. Mereka memperingati Santo Athanasius, Bapa Suci ke-20 dari Alexandria. Dalam kunjungan ini, Bapa Suci Shenouda III mengatakan pada Bapa Suci Paus Paulus VI mengenai penampakan Bunda Maria di Zeitun di tahun 1968 dan 1969.


Awal tahun 1974, dalam surat kepada Yang Mulia Kardinal Stephanos I, saya memohon pendapatnya yang dapat saya bagikan kepada orang-orang lain mengenai penampakan Bunda Maria. Bapa Kardinal mengatakan pada saya tentang penundaan kunjungannya ke Amerika. Bapa Kardinal adalah pemimpin Coptic Orthodox di Mesir yang bergabung kembali dengan Roma. Bapa Kardinal mengunjungi kami di New Jersey, tahun 1974, memberikan berkatnya pada saya untuk apa yang telah saya kerjakan bagi usaha Bunda Maria membawa semua jiwa kepada Tuhan Yesus Kristus dan mengadakan Misa untuk kira-kira 800 anak-anak dari jemaat kami. Pada saat awal penampakan Bunda Tersuci, Bapa Kardinal dimintai tolong oleh teman karibnya yang juga seorang Paus, Bapa Suci Paus Paulus VI untuk mengadakan penyelidikan akan apa yang terjadi di Zeitun. Kata-kata pertama yang tertulis dalam pernyataan Bapa Kardinal adalah : “Tidak diragukan lagi, penampakan ini adalah nyata…” Kunjungan Bunda Maria ke Zeitun sekarang menjadi sejarah gereja. Bunda Maria menampakkan diri paling banyak disekitar Hari-Hari Raya. Pada Hari Raya ke-32, yaitu Hari Raya Bunda Cahaya atau Bunda Zeitun, untuk menghormati penampakan Maria di tempat ini, diperingati setiap tanggal 2 April. Pada perayaan pertama penampakan di tahun 1969, foto dibawah ini digunakan untuk menandai saat penuh rahmat dari kunjungan Bunda Tersuci yang dikirim oleh Allah.

Sejak penampakan Maria yang pertama, yaitu April 1968, beribu-ribu rakyat Mesir, baik yang beragama Kristen maupun Islam, mulai berimigrasi ke Amerika atau tempat lain di belahan dunia. Mayoritas yang datang ke Amerika sekarang telah bergabung bersama komunitas kami dan telah menjadi warga negara Amerika. Di kota-kota yang lebih besar, dimana lebih banyak orang tinggal, gereja-gereja Coptic Orthodox sekarang banyak dijumpai. Banyak dari jemaat di gereja-gereja ini yang pernah menyaksikan penampakan Bunda Maria di Zeitun.

Di tahun 1975, Yang Mulia Uskup Gregorius, salah seorang pemimpin gereja Coptic Orthodox mengatakan pada saya:

“Bunda Maria Perawan Tersuci atau Santa Maria menampakan diri dalam 10 cara yang berbeda. Allah mengirimnya dalam cara-cara yang alamiah yang dapat kita kenal. Saat ia menampakan diri, ia akan menyapa gerombolan orang, membungkuk pada mereka, memberkati mereka dan berbalik menghadap salib. Dalam 9 dari 10 penampakannya, ia akan terlihat dalam sikap berdoa, sepertinya ia ingin mengatakan ‘lakukan seperti apa yang saya kerjakan, dunia perlu doa-doa untuk penebusan’ dan saya percaya, penampakan-penampakannya adalah persiapan selanjutnya dari Kedatangan kembali Tuhan dan Penebus kita, Yesus Kristus.”

Beribu-ribu orang tumpah ruah di Zeitun dan melihat Bunda Maria. Mereka terhibur dan terobati. Saat para beriman menunggu dan berdoa, awan-awan serasa bergerak menyatu, seperti sebuah kilatan cahaya yang memancarkan cahaya tiba-tiba dan menerangi sekitarnya. Disanalah Bunda Maria berdiri, dalam figur yang penuh berarak perlahan-lahan dan anggun di udara, berdiri di atas kubah gereja atau pohon palem dengan satu kakinya seperti menginjak pohon palem, atau terkadang terlihat berdiri di atas tanah. Bajunya dan kerudungnya bergerak tertiup angin. Dia bergerak dari sisi yang satu ke sisi yang lain dan semuanya tampak jelas sekali.

Untuk menggambarkan penampakan Bunda Maria yang membawa rahmat Tuhan secara penuh, kami mengambil kesimpulan dari penampakannya itu, sekali lagi, untuk membawa kepada kita pembaharuan harapan dan penghiburan dalam Anaknya, Yesus Kristus. Sebuah hadiah yang diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan.

Dia memberikan hidupnya untuk kita di gunung Kalvari, bangkit dari mati, sekarang, Yesus Kristus yang telah bangkit mengirim Bunda Maria untuk mengingatkan kita akan kasihNya yang besar.

Kita dapat mengatakan, cerita dari Zeitun adalah sebuah tanda nyata dari peristiwa adikodrati. Dampak dari penampakan-penampakan itu terangkum dalam waktu yang akan terus diingat. Pesan dan arti penampakan itu akan terus berkembang dalam Roh Kudus. Pesan-pesan yang dinyatakan kepada para beriman dan siapa saja mungkin dapat di pelihara dan direnungkan hingga kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus.

Untuk informasi lanjut kunjungi :

Zeitun Apparitions, Virgin Mary on the Roof of the Temple
The Virgin on the Roof of St. Mary's Coptic Church
Our Lady of Light, Zeitoun
The Apparitions to Millions, Christians, Muslims... Photos
Virgin Mary on TV... the Message... without Words! Mary on TV
How The Virgin Made Her Apparition At El-Zeitoun Unusual Phenomena
Our Lord's Mother Visits Egypt When Millions Saw Mary
Zeitun Web Gallery Zeitoun Apparitions
Our Lord's Mother Visits Egypt... on the Bible Site... Zeitoun Gallery
Newspaper Scraps On The Apparition Of The Virgin Mary At Zeitoun, Egypt More Scraps
Scraps and Photos from Arabic Newspapers (Translated to English)
Scraps and Photos from English and French Newspapers
The Virgin Mary's Church At El-Zeitoun Inside The Church At El-Zeitoun
The New Cathedral Of The Virgin Mary At Zeitoun
The Clergy at Zeitun's Coptic Church
The Miracles Of The Virgin's Apparition At Zeitoun (Part 1) (Part 2)
The Message: Why Has The Virgin Made Her Apparition? And Why At El-Zeitoun?
An Outline Of The History Of Virgin Mary: The Holy Family's Journey To Egypt

Kamis, 22 April 2010

HUKUMAN MATI, HUKUMAN PEMISKINAN DAN HUKUMAN PENGUCILAN BAGI KORUPTOR, MANA YANG TEPAT?

Disusun dari berbagai
sumber oleh:
Rm.Kirill JSL

I. Hutang Luar Negeri dan Status Indonesia Sebagai Negara Terkorup di Asia

Hutang luar negeri Republik Indonesia terus membumbung tinggi. Data Bank Indonesia (BI) mencatat, sampai akhir Januari 2010, hutang luar negeri mencapai 174,041 miliar dollar AS. Bila dikonversi ke dalam mata uang Rupiah dengan kurs Rp 10.000 per dollar AS nominal hutang itu hampir mencapai Rp 2.000 triliun.
Nilai hutang ini naik 17,55 persen dari periode yang sama tahun lalu. Akhir Januari 2009, nilai hutang luar negeri Indonesia baru sebesar 151,457 miliar dollar AS. "Dari sisi nominal memang naik, namun jika kita melihat dari persentase debt to GDP ratio, angkanya terus menurun," ungkap Senior Economic Analyst Investor Relations Unit (IRU) Direktorat Internasional BI Elsya Chani di Jakarta, Jumat (16/4/2010).
Nilai hutang tersebut terdiri atas hutang pemerintah sebesar 93,859 miliar dollar AS, lalu hutang bank sebesar 8,984 miliar dollar AS. Lalu, hutang swasta alias korporasi non-bank sebesar 75,199 miliar dollar AS.
Sebagian besar hutang tersebut bertenor di atas satu tahun. Nilai hutang yang tenornya di bawah satu tahun hanya sebesar 25,589 miliar dollar AS. Elsya menuturkan, meski secara nominal nilai hutang luar negeri Republik Indonesia terus naik. Namun, nilai rasio hutang terhadap GDP terus terjadi penurunan. "Debt to GDP ratio tahun 2009 sebesar 27 persen. Sedangkan tahun 2008 masih 28 persen.

Sebuah karikatur: “tangkap tikus koruptor!”

Kalau kita lihat memang hutang Indonesia ini tidak sebanding dengan hutang negara-negara lain yang nilainya melebihi Indonesia. Akan tetapi apa kita gak malu mempunyai hutang sebesar itu ditambah lagi dengan status negara terkorup di Asia. Ini adalah hasil survei pelaku bisnis yang dirilis Senin, 8 Maret 2010 oleh perusahaan konsultan "Political & Economic Risk Consultancy" (PERC) yang berbasis di Hong Kong. Hasil survei itu menyebutkan Indonesia mencetak nilai 9,07 dari angka 10 sebagai negara paling korup yang disurvei pada 2010. Nilai tersebut naik dari tahun lalu yang poinnya 7,69. Responden survei berjumlah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat. Berapa triliuan uang negara yang mereka tilep untuk kesejahteraan dirinya, keluarganya dan kelompoknya. Sementara akibat perbuatan mereka, banyak anak-anak dan anggota masyarakat lainnya menjadi korban sia-sia karena dibelit kebodohan dan kemiskinan.

II. Hukuman Mati Bagi Koruptor

Melihat gelagat bahwa hukuman penjara tidak menimbulkan efek jera bagi para koruptor, belakangan ini muncul desakan dari berbagai kalangan agar koruptor dihukum mati saja. Hukuman mati terhadap koruptor diusulkan karena hukuman untuk koruptor di Indonesia dianggap terlalu ringan. Selain itu ada juga yang mengusulkan supaya para penjahat kerah putih itu dikucilkan dalam pergaulan sosial, serta tindak pemiskinan bagi pelaku korupsi .Berikut pendapat beberapa petinggi negara dan tokoh peneliti yang mendukung hukuman mati bagi koruptor:

1. Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)

Di Surabaya, Jawa Timur, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengakui, korupsi di negeri ini sudah parah dan merajalela. Karena itu, Indonesia perlu belajar dari Latvia dan China yang berani melakukan perombakan besar untuk menumpas korupsi di negaranya. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mendukung hukuman mati bagi koruptor kakap. Mahfud menilai hukuman ini tidak melanggar undang-undang. "Coba dalam waktu dekat ini ada koruptor yang dihukum mati," kata dia kepada wartawan di gedung MK, Selasa 6 April 2010. "Saya setuju."
Sebetulnya, kata dia, hukuman mati dimungkinkan karena sudah diatur dalam undang-undang. Seharusnya, pidana mati bagi korupsi itu bisa diterapkan dengan pertimbangan tertentu.
Hanya saja, Mahfud menilai butuh keberanian dari penegak hukum. "Keberanian hakim dan jaksanya untuk memutus dan menuntut." Saat ini, pidana mati baru siap dilaksanakan pada terpidana narkoba dan teroris. Menurut hukum yang berlaku di republik ini, memang ada pasal-pasal yang memungkinkan para koruptor dihukum mati. Namun ganjaran itu hanya berlaku bagi pelaku korupsi dalam situasi gawat darurat, misalnya bencana alam atau saat negara terlibat perang. Dan ternyata, pasal ini tidak diterapkan kepada para koruptor yang menilep dana bantuan bagi korban tsunami di Aceh.
Saat menjabat Menteri Kehakiman pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Mahfud pernah mengusulkan rancangan UU lustrasi dan UU pemutihan. Namun, usulan itu kandas karena Gus Dur lengser. Mahfud menilai korupsi di Indonesia sedemikian merajalela dan menjadi penyakit kronis, bahkan negara ini sudah rusak. ”Korupsi terjadi di mana-mana, mulai polisi, jaksa, hakim, hingga kantor sepak bola. Ironisnya, korupsi justru merajalela dan menjadi penyakit setelah kita mengamandemen UUD 1945 selama empat kali sejak tahun 1999 hingga 2002,” ujarnya.
Menurut Mahfud, sistem pemberantasan korupsi di Indonesia sudah bagus. Namun, mentalitas dan moralitas masyarakat Indonesia telah rusak. Mahfud juga menyatakan, dia baru mendapat laporan dugaan kasus korupsi dari anggota DPR. Dugaan kasus korupsi yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan korupsi pegawai pajak Gayus Halomoan P Tambunan itu akan dibukanya.
Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hukuman mati ini diatur dalam 2 pasal, yakni Pasal 2 ayat (2). Pasal itu berbunyi 'Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana yang diatur dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan keadaan tertentu dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi.

2. Busyro Muqoddas, Ketua Komisi Yudisial

Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas mendukung penerapan hukuman mati bagi koruptor di Indonesia. Sebab, korupsi sudah menggurita dan menyengsarakan serta memiskinkan rakyat. "Saya mendukung dengan catatan," kata Busyro usai pelantikan Hakim Agung di Gedung MA, Jakarta, Rabu 7 april 2010.
Busyro memberikan tiga catatan untuk penerapan hukuman mati itu. Pertama, pelaku korupsi yang dijerat hukuman mati itu harus sudah memiliki rekam jejak sebagai pelaku korupsi beberapa kali. Kedua, harus dilihat dia kaya raya atau tidak, yang kaya karena hasil korupsi yang layak dihukum. Ketiga, nilai yang dikorupsi massif. "Rp 100 miliar ke atas sudah termasuk massif lah," ujarnya.

Karikatur Hukuman Mati pada April Fool


3. Patrialis Akbar, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham)

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Patrialis Akbar di Jakarta, Senin (5/4), menyetujui penerapan hukuman mati bagi terpidana korupsi dan penyuapan. Patrialis mengatakan, kesetujuannya terhadap penerapan hukuman mati bagi para koruptor di Indonesia bukanlah pendapat pribadinya melainkan sudah tercantum di dalam undang-undang antikorupsi. Hakim harus berani menerapkan hukuman itu karena sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
UU No 31/1999, yang diperbarui dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, mengatur hukuman mati dapat dijatuhkan antara lain pada pelaku korupsi saat negara sedang dilanda krisis, saat bencana alam, atau dalam keadaan tertentu. Yang kini belum ada adalah keberanian majelis hakim untuk menerapkan hukuman mati. Patrialis di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, menyatakan, ”Undang-Undang Korupsi sudah mengatur soal itu dan membolehkan. Saya setuju penerapannya itu. Masa kita harus berdebat terus mengenai itu. Sekarang tergantung bagaimana majelis hakim menafsirkan dan berani memutuskannya.”
Perlunya sanksi yang keras pada pelaku korupsi muncul kembali karena meski sudah banyak pejabat dihukum terkait kasus korupsi, sanksi tidak membuat pejabat atau orang lain jera untuk korupsi. Korupsi, khususnya suap, bahkan kini dinilai sebagai budaya (Kompas, 5/4). Menurut Patrialis, untuk mengikis korupsi dan penyuapan, pemerintah sebenarnya menerapkan aturan yang keras agar membuat kapok pelakunya. ”Jika sekarang masih terjadi, mungkin harus lebih keras lagi cara penerapan sanksinya,” ujarnya.
Patrialis mengatakan, selain hukuman berat, kesejahteraan pegawai juga harus lebih baik dan memadai lagi. ”Kalau ada orang yang seperti Gayus HP Tambunan lagi, tentu harus dihajar dengan hukuman yang lebih berat dan keras lagi,” paparnya. Dia menambahkan, "Ada baiknya suatu saat para koruptor yang luar biasa, yang betul-betul menghancurkan perekonomian negara, perlu kita seperti di Cina itu (hukuman mati-red) agar ada efek jera," kata Menteri Patrialis. Patrialis mengatakan, setidaknya empat UU di Indonesia mencatumkan ancaman hukuman mati untuk perbuatan-perbuatan pidana yang dikategorikan sebagai tindakan yang bisa menghancurkan bangsa dan negara. Salah satu diantara yang empat itu adalah UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam wawancara dengan BBC, Patrialis menegaskan bahwa para koruptor di Indonesia adalah pengkhianat. Sebab, katanya, mereka diberi kepercayaan untuk mengelola keuangan negara, tetapi malahan mereka memakan uang negara itu. Tanpa ragu-ragu lagi, Menkumham mengatakan para koruptor melakukan kejahatan luar biasa yang menghancurkan negara.

4. Hifdzil Alim SH, Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Hukuman mati bagi koruptor tidak melanggar hak asasi manusia karena tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa, kata peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Hifdzil Alim SH. "Korupsi termasuk kejahatan luar biasa karena bagian dari pencurian, perampokan, dan penjajahan terhadap hak seluruh rakyat Indonesia. Artinya, pelaku korupsi atau koruptor melanggar hak asasi manusia (HAM)," katanya di Yogyakarta, Rabu (14/04). Dengan demikian, menurut dia, jika koruptor di negeri ini dijatuhi hukuman mati, vonis tersebut tidak melanggar HAM, karena korupsi secara perlahan-lahan membunuh jutaan penduduk Indonesia.
"Teroris yang meledakkan bom Bali I dan membunuh sekitar 200 orang saja divonis hukuman mati, kenapa koruptor yang membunuh jutaan orang tidak bisa dihukum mati. Padahal terorisme dan korupsi merupakan tindak kejahatan luar biasa," katanya. Selain terorisme dan korupsi, menurut dia, pengedar narkoba dan pembantaian ras juga termasuk tindak kejahatan luar biasa. Tindak kejahatan luar biasa harus ditangani secara luar biasa agar kejahatan tersebut bisa dihentikan.
"Negeri ini pernah menjatuhkan hukuman mati bagi pelaku terorisme dan pengedar narkoba, tetapi belum pernah memvonis mati koruptor. Padahal, hukuman mati bagi koruptor diatur dalam undang-undang (UU)," katanya. Ia mengatakan, UU Nomor 31 Tahun 1999 yang diamendemen menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, memungkinkan pelaku korupsi di negeri ini untuk dijatuhi hukuman mati. Oleh karena itu, menurut dia, hukuman mati bagi pelaku korupsi tidak perlu dipertentangkan dan dikaitkan dengan isu HAM tetapi perlu lebih diperjelas mengenai kriteria korupsi yang bisa dijatuhi hukuman mati.
Ia mengatakan, kriteria korupsi yang bisa dijatuhi hukuman mati antara lain jumlah uang yang dikorupsi, status pelaku, serta berhubungan langsung dengan kepentingan publik. "Kriteria itu perlu didefinisikan secara jelas dan lengkap, kemudian dimasukkan dalam batang tubuh UU. Hal itu perlu dilakukan agar ketentuan UU bisa menjatuhkan hukuman mati bagi koruptor," katanya.

5. Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Muhammadiyah

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Muhammadiyah Din Syamsuddin secara tegas mendukung hukuman mati bagi para pelaku korupsi. Hal tersebut diungkapkan Din Syamsuddin di Bandar Udara Polonia dalam kunjungan kerjanya di Medan, Sumatra Utara, Jumat (23/4) siang. Menurut dia, korupsi saat ini sudah menjadi penyakit masyarakat yang menggurita dan berdampak sistemik. Korupsi adalah bentuk kejahatan terhadap rakyat dan negara. Apalagi, selama ini hukuman bagi koruptor di Tanah Air, masih sangat ringan sehingga membuat korupsi sulit diredam. Bagi Din, seorang koruptor sama saja dengan orang yang telah merampas hak asasi manusia untuk hidup dan membunuh orang banyak. Efeknya cukup luas seperti berdampak pada kebodohan dan kemiskinan. Terkait kasus makelar perkara korupsi pajak yang dibongkar Susno Duadji, Din berharap pemerintah dan seluruh aparat penegak hukum mendukung demi tegaknya hukum di negeri ini. Untuk itu, siapa pun yang bersalah dalam kasus harus ditindak secara tegas tanpa pandang bulu.

III. Beberapa Data Seputar Hukuman Mati dan Cara Lain Menghapus Korupsi di Beberapa Negara

Di antara beberapa negara yang serius dan keras dalam menjalankan program pemberantasan korupsi, baru Cina yang benar-benar menjalankan hukuman mati. Di RRC ada fakta mengerikan dalam menjujung tinggi nilai - nilai keadilan , dimana sesesorang yang terbukti melakukan korupsi,langsung dieksekusi didepan regu tembak.Di Negara ini tidak ada istilah tebang pilih biarpun orang itu pejabat atau rakyat hukum tetap berlaku, bagi mereka yang melanggar apalagi sampai terbukti melakukan tindakan korupsi, sudah pasti regu tembak yang akan mengeksekusi.
Dari berbagai laporan mengenai pelaksanaan program tersebut dapat disimpulkan, penerapan hukuman mati telah berdampak menurunkan secara drastis tindak pidana korupsi di Cina. Di China dilakukan pemutihan semua koruptor yang melakukan korupsi sebelum tahun 1998. Semua pejabat yang korupsi dianggap bersih, tetapi begitu ada korupsi sehari sesudah pemutihan, pejabat itu langsung dijatuhi hukuman mati.
Inilah data-data tentang keberhasilan eksekusi mati terhadap koruptor di China:
1. Hukuman tembak mati berhasil membuat efek jera koruptor.
2. Kini China akan melaksanakan eksekusi hukuman mati melalui suntikan.
3. Hingga Oktober 2007, sebanyak 4.800 orang pejabat China dijatuhi hukuman mati.
Sekarang China menjadi negara bersih korupsi.
Sedangkan di Latvia, penaggulangan terhadap koruptor sedikit berbada:
1. Sebelum tahun 1998, Latvia Negara Terkorup.
2. Pemerintah Latvia menerapkan UU Lustrasi Nasional atau UU Pemotongan Generasi untuk memberantas korupsi. Pejabat, Tokoh Politik yang aktif sebelum tahun 1998 dilarang aktif kembali.
Sebelum tahun 1998, Latvia adalah negara yang korup. Untuk memberantas korupsi yang parah, negara itu menerapkan UU lustrasi nasional atau UU pemotongan generasi. Melalui UU itu, semua pejabat eselon II diberhentikan dan semua pejabat dan tokoh politik yang aktif sebelum tahun 1998 dilarang aktif kembali. Sekarang, negara ini menjadi negara yang benar-benar bersih dari korupsi.

IV. Hukuman Pemiskinan Bagi Koruptor

Pakar Hukum Pidana dari Universitas Andalas Unand Padang Fadillah Sabri,SH,MH mengatakan, selain memberlakukan hukuman mati untuk tindak pidana korupsi, pemberlakuan penyitaan harta hasil korupsi dan pemiskinan pelaku korupsi juga efektif menekan tindak pidana korupsi. Menurutnya pemiskinan pelaku korupsi akan mencegah tindak penyuapan pada penegak hukum oleh pelaku korupsi seperti penyuapan untuk pemberian fasilitas mewah di dalam lembaga permasyrakatan. Pakar Hukum Pidana dari Universitas Andalas Unand Padang Fadillah Sabri,SH,MH mengatakan, dalam menangani kasus tindak pidana korupsi, Indonesia perlu mencontoh Negara China yang tegas menetapkan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi. Menurutnya hukuman bagi tindak pidana korupsi tersebut tidak diukur dari besar kecilnya korupsi yang dilakukan, karena besar kecilnya korupsi, tetap merupakan sesuatu tindakan yang merugikan Negara.
Hal senada dikatakan oleh Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar yang berwacana mengupayakan pemiskinan bagi narapidana yang terlibat tindak pidana korupsi. "Selain hukuman mati, napi korupsi harus dimiskinkan,"papar Patrialis, Kamis (8/4). Pilihan hukuman pemiskinan itu agar para koruptor itu sadar harta yang didapat bukan haknya.

V. Hukuman Pengucilan Bagi Koruptor

Bagaimana dengan hukuman pengucilan dalam pergaulan sosial ? Bisa dipastikan metode ini tidak akan jalan. Pasalnya, masyarakat bangsa ini sudah terlanjur dikuasai budaya materialisme, yang melahirkan sikap pragmatis di tengah-tengah masyarakat. Bukan rahasia lagi bahwa tokoh yang paling dihormati dan disegani masyarakat kita bukanlah sosok yang bersih dan jujur, melainkan orang kaya - tanpa mempersoalkan bagaimana caranya orang itu menjadi kaya. Pendek kata, mayoritas warga bangsa ini sebenarnya tidak antikorupsi, tapi malah mendukungnya secara diam-diam. Orang-orang berteriak antikorupsi bukanlah karena menganggapnya perbuatan jahat, tapi karena tidak atau belum kebagian. Yang paling menarik adalah usulan agar para koruptor dihukum dengan cara Soeharto mengucilkan orang-orang yang didakwa PKI, yaitu menerakan inisial ET (eks tapol) di KTP mereka. Para pengusul menyarankan agar pada KTP para koruptor diterakan inisial EK (eks koruptor). Apakah cara ini akan efektif kalau ternyata masuk penjara saja mereka tidak takut, dan tidak merasa malu aibnya dibeberkan secara telanjang oleh media massa ?
Apakah Anda setuju kalau para koruptor di negeri ini dihukum mati ?

Referensi:

1. BBC Indonesia: http://www.bbc.co.uk: Pendapat Anda tentang hukuman mati. 9 April 2010 - 17:27 GMT

2. Blak-blakan.com: http://www.blak-blakan.com: Hutang Luar Negeri Indonesia, Dekati Rp 2.000 Triliun.

3. Erabaru.net: http://erabaru.net/: Koruptor Tidak Langgar HAM. Rabu, 14 April 2010

4. Kompas. Amanat Hati Nurani Rakyat. http://cetak.kompas.com: Hukuman Mati bagi Koruptor . Selasa, 6 April 2010 | 04:32 WIB

5. Liputan 6.com: http://berita.liputan6.com: Din Syamsuddin Setuju Hukuman Mati Koruptor. 23/04/2010 16:16

6. Matabumi For You For Reality: http://www.matabumi.com: Korupsi Di China , Hukumannya Mati!. Wed, 02/04/2008 - 11:19

7. RRI Pro 3 Jaringan Berita Nasional: http://www.pro3rri.com/: Pemiskinan Koruptor Dinilai Efektif Untuk Kurangi Tindak Korupsi Selain Hukuman Mati. Senin, 12 April 2010 15:51

8. Republika. co.id: http://www.republika.co.id: Menkumham: Wacana Upaya Pemiskinan Koruptor. Kamis, 08 April 2010, 10:43 WIB

9. Viva News: http://forum.vivanews.com: Indonesia Negara Terkorup di Asia (Join Date: Feb 2010), Setujukah Anda Kalau Koruptor Dihukum Mati ? (Last edited by AndreA; 22 December 2009 at 15:20), Eksekusi Hukuman Mati Bagi Koruptor di Beberapa Negara (Mar 2010), Mahfud MD Dukung Hukuman Mati Bagi Koruptor (Selasa, 6 April 2010, 16:53 WIB), Busyro Setuju Hukuman Mati Untuk Koruptor (Rabu, 7 April 2010, 19:01 WIB), "Pak Menteri, Apa Gayus Bisa Dihukum Mati?" (Rabu, 7 April 2010, 19:01 WIB)

10. Video Vivanews: http://video.vivanews.com: Usulan Hukuman Mati Terhadap Koruptor, Minggu, 11 April 2010, 10:53 WIB

Senin, 12 April 2010

Ruang Kadaver : Fenomena Lorong Cahaya Jelang Kematian


Fenomena Lorong Cahaya Jelang Kematian

LONDON, KOMPAS.com — Mereka yang punya pengalaman mendekati kematian kerap kali bercerita melihat sinar yang sangat terang atau berjalan melintasi lorong cahaya sebelum akhirnya mereka tersadar dan kembali ke dunia nyata. Fenomena yang masih diselimuti kabut misteri itu mulai sedikit terkuak.
Satu dari 10 pasien penyakit jantung yang mendapat serangan jantung dilaporkan sering mengalami fenomena cahaya atau merasakan rasa damai dan ketenangan yang luar biasa.
Para ahli dalam laporannya di jurnal Critical Care mengatakan, fenomena cahaya tersebut diduga berasal dari karbondioksida. Hasil uji pada 52 pasien penyakit jantung didapati bahwa kadar gas buang gas dalam tubuh orang yang hampir meninggal rata-rata lebih tinggi dari 11.
Pengalaman bersentuhan dengan "dunia sana" itu, menurut para ahli, disebabkan karena matinya sel-sel otak akibat kekurangan oksigen (anoxia). Pendapat lain menyebutkan, hal itu terjadi karena tingginya kadar karbondioksida dalam tubuh orang yang hampir mati.
Studi sebelumnya menemukan bahwa pemberian napas bantuan dengan karbondioksida bisa menimbulkan rasa halusinasi yang mirip dengan pengalaman orang-orang yang mati suri tersebut. Studi lain menyebutkan, efek pembiusan dalam operasi juga bisa menimbulkan halusinasi.
Namun, belum diketahui mengapa dalam tubuh pasien serangan jantung terdapat kadar karbondioksida yang tinggi. "Ini adalah bagian lain dari teka-teki yang harus dipecahkan," kata Zalika Klemenc-Ketis, salah seorang peneliti.
Ahli jantung Dr Pim van Lommel, yang juga pernah mengalami mati suri, mengatakan, fenomena cahaya adalah misteri besar dalam hidup manusia. "Sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang bisa menjelaskannya secara memuaskan," katanya.

Sumber:
Kompas.com - Sabtu, 10 April 2010

Minggu, 11 April 2010

BID’AH NASRANI / NASHARA (SEKTE NASRANI BUKAN KRISTEN)

APAKAH NASRANI SAMA DENGAN KRISTEN?

Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

1. Etimologi Nama Nasrani

Sekte Nasrani (Nazarene; ἡ τῶν Ναζωραίων αἵρεσις; Nazôraios hairesis; nazôraiôn aireseôs; Latin: sectae Nazarenorum; Arami: Natsoraya; Arab: Nashara; نصارى), dari bahasa Ibrani נזרים), yang digunakan dalam Kitab Kisah Para Rasul, jelas merujuk pada Yahudi dan bukan Yahudi pengikut Rasul-rasul Yesus. Istilah Talmud bagi orang Kristen dalam bahasa Ibrani adalah “Notzrim” ("נוצרים"; "Nasrani") atau secara sederhana “Pengikut Jalan Tuhan” (“ha Derekh”) (Kis. 22:4), yang aslinya berasal dari kenyataan bahwa Yesus datang dari kota Nazaret (bhs. Arab: الناصرة an-Nāṣirah; bhs. Ibrani: נָצְרַת) di Israel. Kata yang sama, "Ναζωραῖοι" (“Nazoraioi”), yang digunakan dalam kasus genitif dalam kalimat "ἡ τῶν Ναζωραίων αἵρεσις" digunakan dari sebuah sekte Kristen Yahudi awal mirip dengan Ebionit, dalam arti bahwa mereka mempertahankan ketaatan mereka pada Taurat, tapi tidak seperti Ebionit, mereka menerima kelahiran perawan dari Yesus. Nasrani atau Nasranee dapat juga merujuk kepada orang-orang Nasrani Suriah Malabar, kelompok etno-religius Kristen dari Kerala, India, mungkin mereka berasal dari etnis Yahudi.
Menurut referensi standar untuk bahasa Yunani Koine, Leksikon bahasa Yunani-Inggris dari Perjanjian Baru: Ναζωραῖος / Nazoraios (jamak: Nazoraioi) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai:

"Nazoraean, Nazarene, cukup didominasi dengan penunjukan Yesus, dalam Injil Matius, Yohanes, Kisah Para Rasul dan Lukas 18:37, sementara Markus menulis Ναζαρηνός ("datang dari Nazaret "). Dari dua tempat di mana bentuk yang kemudian terjadi di Lukas, satu-satunya, Luk. 4:34, rupanya berasal dari Mrk. 1:24, yang lain, 24:19, mungkin dari sumber khusus. Dimana penulis Lukas-Kisah Para Rasul menulis tanpa pengaruh dari sumber lain menggunakan Ναζωραῖος (Nazoraios). Matius mengatakan secara tegas dalam 2:23 bahwa Yesus disebut demikian karena ia dibesarkan di Nazaret. Selain itu, penulis Perjanjian Baru lain yang menyebut Yesus sebagai Ναζωραῖος, tahu asalnya adalah Nazaret. Tapi secara linguistik transisi dari Ναζαρέτ (Nazaret) menjadi Ναζωραῖος (Nazoraios) adalah sulit ... dan adalah harus diingat bahwa Ναζωραῖος berarti sesuatu yang berbeda sebelum terhubung dengan Nazaret ... Pada mulanya, menurut Kisah Rasul 24:5, orang-orang Kristen disebut Nasrani".

Dalam terjemahan New American Standard Bible, Yesus disebut orang Nazaret dalam Matius 2:23; Markus 10:47; 14:67; 16:6; Lukas 24:19, Yohanes 18:5; 18:7; 19:19; Kis 2:22; 3:6; 4:10; 6:14; 22:8. Menurut Kisah Para Rasul 24:1-9, Paulus dari Tarsus itu ditangkap dan dituduh oleh pengacara dari Yerusalem, Imam Besar Ananias dan kaum Yahudi Farisi menjadi "seorang pemimpin dari sekte orang Nasrani".

* Kisah Para Rasul 24:5

Alkitab Terjemahan Lama:

Karena orang ini hamba sekalian dapati seperti sampar, yaitu seorang penggerak huru-hara kepada sekalian orang Yahudi di seluruh dunia, dan menjadi kepala mazhab Nasrani

Alkitab ITB : Indonesia Terjemahan Baru:

Bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani.

KJV : King James Version:

For we have found this man a pestilent fellow, and a mover of sedition among all the Jews throughout the world, and a ringleader of the sect of the Nazarenes

GNT-BYZ+ : Robinson/Pierpont Byzantine Greek New Testament w/Strong’s Numbers:

ευροντες γαρ τον ανδρα τουτον λοιμον και κινουντα στασιν πασιν τοις ιουδαιοις τοις κατα την οικουμενην πρωτοστατην τε της των ναζωραιων αιρεσεως

eurontes gar ton andra touton loimon kai kinounta staseis stasin pasin tois ioudaiois tois kata tên oikoumenên prôtostatên te tês tôn nazôraiôn {Nasrani} aireseôs {Mazhab/sekte/bid’ah}

RST : 1876 Russian Synodal Text:

живущими по вселенной, и представителем Назорейской ереси (Nazoreiskoi eresi)

Kemungkinan asal kata Nasrani telah diusulkan sebagai berikut:
• Nama tempat “Nazara” (yang kemudian menjadi Nazaret), seperti dalam bentuk Yunani: Iesous Nazarenos. Ini adalah penafsiran tradisional dalam Kekristenan arus utama, dan masih tampak interpretasi yang jelas bagi banyak orang Kristen modern. Dalam Matius 2:23 terbaca bahwa "dan ia pergi dan tinggal di sebuah kota bernama Nazaret. Jadi ini terpenuhi apa yang dikatakan melalui para nabi: “Ia akan disebut Orang Nazaret" (NIV) (bhs. Yunani adalah Ναζωραῖος / Nazoraios).
• Kata ”nazur” berarti ”terpisah” dalam bahasa Aram. Kata tersebut berkaitan dengan Nazir. Ada sejumlah referensi Nazirites/Nazarites/Nazir di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Seorang Nazir (Nazirites, Nazarites) (נְזִיר) adalah seorang Israel yang telah mengambil kaul khusus dalam pengabdian kepada Yahweh di mana dia berpantang untuk jangka waktu tertentu dari penggunaan produk alkohol dan anggur, tidak memotong rambut, dan tidak mendekati mayat, yaitu sebutan untuk orang yang menyerahkan hidupnya untuk Allah seperti Samson (Hakim-hakim 13:5) dan Samuel (1 Raja-raja 1:11). Pada akhir masa berpantang ini, dia diharuskan untuk membenamkan diri dalam air. Dengan demikian baptisan Yesus (Matius 3:13-15) oleh Yohanes Pembaptis relatif bisa saja dilakukan "untuk memenuhi seluruh kehendak Allah" di bagian akhir dari sebuah kaul Nazir. Namun, setelah baptisan-Nya, kitab-kitab Injil tidak memberikan alasan untuk menganggap Yesus mengambil kaul Nazir lain hingga Perjamuan Malam Terakhir, (lihat Markus 14:25). Lukas 1:15 menggambarkan St. Yohanes Pembaptis sebagai Nazir sejak lahir. St. Yakobus yang Benar digambarkan sebagai seorang Nazir di Panarion 29.4.1 dari St. Epiphanius dari Salamis (kira-kira 310/320 – 403). Menurut keterangan St. Hegesippus (Ἅγιος Ἡγήσιππος) dari Palestina (kira-kira 110 – 7 April 180 AD) yang dikutip oleh Eusebius dari Kaisaria (275–30 Mei 339), seorang Bapa Sejarah Gereja, Yakobus pemimpin kaum Nasrani hidup sebagai seorang nazir, tidak minum anggur, tidak makan daging dan tidak mencukur rambut (Historia Ecclesia II,xxiii). Praktek menahirkan diri nampaknya dilakukan oleh para pengikut Yesus mula-mula seperti yang terlihat dalam Kisah Para Rasul 21:23. Dalam Kisah 21:23-26 St. Paulus dari Tarsus disarankan untuk menemani empat orang yang "berkaul pada mereka" (kaul Nazir) untuk Bait Suci Herodes dan untuk menyucikan diri agar bahwa hal itu bisa terlihat bahwa "Paulus sendiri juga berjalan tertib; ... maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat" (Kis. 21:24). Kejadian ini adalah alasan mengapa dalam Kisah 24:5-18 Paulus dituduh sebagai "pemimpin dari sekte orang Nasrani" (dan selanjutnya membuktikan bahwa istilah Nasrani (Nazarene) terhubung dengan istilah Nazarite/Nazir). Namun, khusus Epiphanius menolak hubungan antara istilah Nasrani (Nazarene) dan Nazir (Nazarite).
• Kata Nazara, "kebenaran", konsep gnostik lain dipopulerkan melalui Injil Filipus: "Para rasul yang datang sebelum kami memanggilnya Yesus Kristus orang Nazaret ...". Nazara adalah "Kebenaran". Oleh karena itu ”Nazarenos” adalah "Salah satu Kebenaran ..." (Injil Filipus, 47)

Disamping tiga penjelasan tradisional di atas, dua penjelasan yang lebih baru telah disarankan:

• Kata ”nosri” yang berarti "orang yang memelihara (menjaga)" atau "orang yang menonton". Nama yang sama digunakan oleh para pemimpin spiritual (lihat misalnya Yeshu Ha-Notzri) dari sebuah sekte gnostik pra-Kristen yang berkembang menjadi agama mandaean (seperti dalam Yeremia 31:5-6 נֹצְרִים). Penjelasan ini telah menjadi populer di kalangan Protestan menjelang akhir abad ke-20. Namun, huruf Yunani ζ (zeta) selalu digunakan dalam transliterasi dari Koine ז (Zayin) tetapi tidak pernah צ (tsade) yang selalu diwakili oleh σ (sigma) sebagai gantinya.

• Ναζαρηνος transliterasi Yunani (Nazareinos, berasal dari kata Inggris "Nazarene") dari Neitzër (נצר), yang adalah istilah Ibrani yang berarti "cabang (cabang-cabang)", terutama dari cabang-cabang pohon zaitun (bukan merujuk ke sebuah anyaman dalam bahasa Ibrani). yang muncul dalam Yesaya bab 11.1 dan 60,21. Derivasi ini sangat populer di antara beberapa kelompok Yahudi Mesianik akhir abad ke-20. Tetapi sekali lagi, muncul masalah yang sama dengan huruf Yunani ζ (zeta) menjadi transliterasi Koine ז (Zayin) tetapi tidak pernah צ (tsade) (selalu diwakili oleh σ (sigma) sebagai gantinya).

2. Sejarah Nasrani

Sebenarnya julukan 'Sekte Nasrani' sudah ada sebelum nama itu digunakan untuk mengkaitkan Yesus dengan kota asalnya Nazareth, dan sekte itu adalah sebuah sekte Yahudi, dan kemudian nama itulah yang dipakai untuk memberi 'stigma' pada orang-orang Kristen yang disalah-artikan sebagai 'sekte' itu. Dalam Talmud (Ta'an.27b); Tertulianus (kira-kira 160 – 220 A.D): Marcion IV.3; Tafisran St. Jerome (St. Hieronimus) (sekitar 347 – 420) atas Yesaya 5:18; sekte ini jelas menunjukkan ciri suatu sekte Yahudi yang kemudian bersinkretisasi dengan ajaran Kristen tetapi berbeda dengan kekristenan pengikut Yesus.
Sekte Nasrani adalah sekte mistik gnostik orang-orang Mandae yang diikuti oleh orang orang Yahudi dan ini sudah ada sebelum kehadiran nama Kristen. Tidak mustahil bahwa dengan kehadiran kekristenan ada juga orang Yahudi sekte Mandean ini yang juga menganut beberapa ajaran Yohanes Pembaptis yang sesuai dengan faham mistik mereka, tetapi kehadiran sekte pra-Kristen ini memang tetap berbeda dengan kekristenan pengikut Yesus, tetapi orang Yahudi memberikan julukan dan menyamakan 'orang Kristen' dengan 'sekte Nasrani' ini. 'Sekte Nasrani disebutkan dalam Epiphanius Panar.I, Haer.29,6 dan Tafsiran Jerome atas Yesaya 11:1, dan dengan jelas Epiphanius (Panar.I, Haer.18) dalam tulisannya membedakan antara 'sekte Nasrani' kelompok Mandean itu dengan 'kaum Kristen.'
Sebutan Nasrani (Ibrani: Natzrim atau Netsarim) berasal dari kalangan Yahudi untuk menyebut para pengikut Yesus. Kata ini muncul dua kali dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 24:5, 14) dan juga di dalam Talmud (Shabbath 116a, Gittin 57a, Avodah Zarah 48a).
Berdasarkan data Kitab Suci dan sejarah Gereja Mula-mula, ada 2 corak Kekristenan mula-mula:

(1). Kekristenan-Yahudi (Jewish Christianity) di Yerusalem yang berdiri pada hari Pentakosta tahun 33 yang dipimpin oleh Rasul St. Yakobus yang Benar (kematian Yesus – 62), saudara Kristus atau dikenal juga sebagai Ya’qub Asy Syidiq (Ya’qov ha-Tsadiq; James the Just), episkop/uskup pertama Yerusalem; dan kaum Kristen Yahudi pengikut Yesus di Yerusalem ini biasanya disebut Nasrani (Arami: Natsoraya) atau menurut ejekan Yahudi: ”tôn nazôraiôn {Nasrani} aireseôs {Mazhab/sekte}” yaitu ”mazhab/sekte/heretik/bid’ah orang Nasrani”.

(2). Kekristenan non-Yahudi (Gentile Christianity) di Antiokhia, Syria yang berdiri kira-kira tahun 37, yang fondasinya diletakkan oleh St. Petrus Sang Rasul (37-67), uskup pertama di Antiokhia. Tentang Kekristenan non-Yahudi ini, Kitab Suci mencatat di Kis. 11:26 dimana kaum Kristen non-Yahudi pengikut Yesus di Antiokhia ini: ”… en Antiocheia tois mathaytes khristeeanos ” yaitu ”Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (bhs. Yunani: Χριστιανός ; khristeeanos; christianos).

Di kota Antiokhia di negara Syria, kaum Kristen, pengikut-pengikut Yesus berasal dari latar belakang non-Yahudi, sebab di kota ini berbaur berbagai bangsa, selain penduduk aslinya yaitu bangsa Aram. Misal bangsa Yunani, Roma, Afrika dari Kirene, Mesir, Ethiopia dan suku-suku Arab, disamping kaum Yahudi pendatang, yaitu kaum Yahudi diaspora (perantauan) yang berbahasa Yunani atau dikenal sebagai kaum Yahudi Helenis. Jadi di Antiokhialah untuk pertamakalinya Injil dan Kekristenan mulai tersebar melintasi batas – batas kebangsaan Yahudi dan wilayah Israel. Ini sesuai dengan perintah Yesus Krsitus, Sang Kepala Gereja sendiri:

”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa [παντα τα εθνη = panta ta ethni ; Vulgata: omnes gentes = semua ras, suku, bangsa-bangsa non-Yahudi (gentile; goyim)] murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus; ...dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi [εσχατου της γης = eskhatou tis gis; Latin Vulgata: ad ultimum terrae]." (Mat. 28:19; Kis. 1:8).

Setelah kematian syahid St. Stefanus, Protomartir (martir pertama) dalam Kekristenan, seorang diakon dari kaum Yahudi Helenis yang dihukum rajam pada kira-kira antara tahun 34-35 Masehi (Kis. 7:58), maka unsur legalistik Yudaisme dalam Kekristenan di Yerusalem semakin menonjol. Lebih-lebih dengan banyaknya imam-imam Farisi yang menjadi Kristen (Kis. 6:7; 15:5). Hal ini membuat terjadi konflik dan jarak kultural antara Gereja induk di Yerusalem dan Gereja Antiokhia di Syria semakin melebar, bahkan nyaris terjadi skisma diantara kedua Gereja ini jika tidak diadakan Konsili Apostolik di Yerusalem pada tahun 49 (Kisah 15).
Konsili Yerusalem memutuskan, kaum Kristen Yahudi tetap mewajibkan sunat dan mentaati syari’at Taurat, tetapi tidak boleh memaksakan tuntutan yang sama bagi kaum Kristen non-Yahudi, dan sebaliknya menuntut kaum Kristen non-Yahudi agar memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada keberatan-keberatan Kristen Yahudi, demi persatuan antara kedua gereja ini. Namun demikian keputusan Konsili Yerusalem dalam mengijinkan pelaksanaan syari’ah Taurat pada Gereja Kristen Yerusalem, tidak membebaskan kaum Kristen Yahudi ini dari kecurigaan tidak loyal kepada harapan nasional Yahudi. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa dibunuhnya Ya’qub Asy Syidiq (Yakobus yang Benar), Sang Rasul dan saudara Yesus, uskup pertama Gereja Yerusalem ”menurut hukum Yahudi” atas bantuan imam besar Ananias pada tahun 62. Menurut Flavius Josephus (37 – kira-kira 100 AD), ahli sejarah Yahudi, imam besar Ananias memerintahkan agar Ya’qub dihukum mati dengan dirajam batu. Namun Hegesippus, penulis Kristen awal, mengutip ahli sejarah abad ke-3 Eusebius, berkata bahwa Ya’qub dilemparkan dari menara Bait Allah. Versi tentang kematiannya lebih lanjut menyatakan bahwa ia tidak mati setelah dijatuhkan, jadi kepalanya dipukul dengan pentung yang lebih padat, yang mungkin adalah pentung yang digunakan untuk memukul pakaian, atau pukul besi yang digunakan oleh tukang besi. Suksesi Apostolika episkop berikutnya kemudian digantikan oleh Simeon I (Simon bin Kleopas) (62 – 107), yang masih saudara sepupu Yesus juga. Suksesi Rasuliyah berikutnya adalah Yustus I (107 – 113), yang juga adalah sepupu Yesus, dan seterusnya.
Beberapa tahun kemudian, yaitu ketika pecah perang dengan Kekaisaran Romawi, Gereja Yerusalem dari kaum Kristen Yahudi ini berakhir. Menurut sejarahwan gereja, Eusebius, pada tahun 70 A.D. sebelum Yerusalem digempur oleh tentara Romawi di bawah pimpinan panglima Titus, banyak orang Kristen Yahudi ini secara berbondong-bondong meninggalkan Yerusalem, menyeberangi sungai Yordan dan bermukim di Decapolis (Pella) di Transyordan, di seberang Yordan. Mereka melarikan diri ke Pella, Perea (yang adalah timur laut dari Yerusalem, sebuah kota kecil yang kini dikenal dengan sebutan Arab: Fahil, terletak di sebelah tenggara Jebel Abu el-Khan, Yordania), dan akhirnya menyebar ke luar ke Berea dan Bashanitis (Cocabe), di mana mereka menetap secara permanen.
Selanjutnya fakta sejarah mencatat, dari Gereja Nasrani di Yerusalem ini, beberapa puluh tahun setelah hijrahnya mereka ke Pella di Transyordan, lahirlah kelompok sempalan Kristen Yahudi legalis lainnya. Kelompok bid’ah baru ini menyebut diri mereka sebagai kaum Ebionit (Ibrani : Ebyonim ; Arami : Ebyonayya). Jika kaum Nasrani setia memelihara Taurat untuk diri mereka sendiri dan bersikap toleran terhadap kaum Kristen non-Yahudi, maka golongan Ebionit mewarisi pandangan Yahudi yang sangat keras tentang syari’at Taurat. Karena itu kelompok Ebionit juga menolak Rasul Paulus, yang mereka anggap salah karena membebaskan kaum Kristen non-Yahudi dari kewajiban melaksanakan syari’at Taurat. Sebagian dari kaum Ebyonayya ini, mungkin karena pengaruh Yahudi, akhirnya menolak kelahiran Yesus dari seorang perawan dan menyangkal keilahian Yesus Kristus, suatu aqidah yang jelas membedakannya dengan gereja Nasrani induk di Yerusalem, yang meyakini pra-eksistensi Messiah sebagai Putra Allah sendiri. Kaum Ebyonayya ini sebagian besar musnah karena sifatnya yang eksklusif dan sebagian masih bertahan sebagai minoritas-minoritas kecil, termasuk di Mekkah menjelang dan pada waktu kelahiran Islam.
Pada awal perkembangan kekristenan dikalangan Yahudi, masih banyak yang memelihara Taurat seperti yang dijumpai dalam persidangan di Konsili Yerusalem dan murid-murid Yakobus (Kisah 21:20), tetapi kita mengetahui bahwa kemudian mereka mengikuti ajaran Kristus melalui pengajaran Petrus dan Paulus untuk mengikuti jalan pertobatan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus. Jadi dapat dimaklumi kalau para orang Kristen yang masih dalam proses transisi 'Taurat menuju Injil' itu kemudian disamakan oleh para pemimpin Yahudi dan dianggap “sekte Nasrani“ juga (Kisah 24:5). Tetapi dengan berkembangnya waktu dan ajaran para rasul maka makin jelas beda antara mereka yang mengikuti “sekte Nasrani“ dengan yang mengikuti ajaran Yesus yang kemudian disebut sebagai “Kristen“ (Kisah 11:26; 26:28; 1 Petrus 4:16).
Dalam pengertian Yahudi, ibadat adalah mengikuti sepenuhnya ajaran Taurat Perjanjian Lama secara lahir, tetapi bagi jemaat Kristen yang mula-mula yang berada dilingkungan agama Yahudi Perjanjian Lama, sekalipun masih terlihat transisi dimana ajaran-ajaran Yahudi (Taurat) masih diikuti dengan ketat, tetapi dalam perkembangannya kita kemudian melihat bahwa sekalipun semula orang-orang Yahudi Kristen masih menjalankan Taurat Perjanjian Lama dengan beribadat di Baitul Maqdis (Bait Allah ; bhs. Ibrani: Beit HaMikdash ; בית המקדש), memberikan korban bakaran, upacara pembasuhan, sunat, memelihara sabat, perpuluhan dan lainnya), berangsur-angsur ajaran Injil Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama dengan memberi pengertian hukum Allah dengan benar yang dilandaskan 'Kasih' karena itu umat Kristen kemudian tidak lagi beribadat di bait Allah tetapi di rumah-rumah, mereka tidak lagi menjalankan 'upacara basuhan tetapi Perjamuan Kudus', mereka tidak lagi disunat melainkan bertobat (sunat hati), mereka tidak lagi memelihara Sabat melainkan berkumpul di hari pertama dalam minggu (Minggu) untuk memperingati kebangkitan Yesus, dan mereka tidak lagi melakukan perpuluhan sebagai keharusan tetapi persembahan hidup sebagai buah-buah kasih.
Jadi sebutan Nasrani (Nazarenes) sebenarnya adalah kata-kata ejekan orang-orang Yahudi kepada Gereja Kristen, tetapi kemudian dipakai oleh orang-orang Kristen Yahudi. Awalnya orang Yahudi menjadi mualaf Nasrani karena para Rasul yang melarikan diri dari Yerusalem karena peringatan Yesus tentang datangnya pengepungan. Di tanah pelarian itulah, mereka dan murid-murid lain mengambil nama "Jessaeans (Isaian)" dan mulai membedakan diri dari mereka. Mereka mengambil nama ini karena Isai, ayah Daud, untuk memenuhi Mazmur 132:11, atau dari nama Yesus sendiri. Hal ini sesuai dengan kesaksian St. Epiphanius yang mencatat bahwa pengikut Yesus yang mula-mula juga disebut dengan sebutan Iessaioi - Tunas Isai (Panarion 29 1, 3-9; 4,9).
Begitu istilah Kristen (Χριστιανός ; Khristeeanos; Christianos) diaplikasikan pada para pengikut Yesus di Antiokhia, kaum Nazorean ini membuang nama Jessaean dan Kristen, dan memakai kembali nama Nasrani (Nazarene). Pada mulanya orang-orang Nasrani (Nazarenes) ini, telah membuang segala kebiasaan agama yang bersifat syari’ah dari agama Yahudi, tetapi kemudian anak cucu mereka memegang kembali kebiasaan agama Yahudi. Sebab itu ajaran Nasrani ini hampir sama dengan Ebionit. Mereka memegang Taurat Musa dan segala tata ibadah orang Yahudi, seperti sunat, hari Sabat, menolak keputusan Konsili Yerusalem yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 15:1-21. Mereka mengakui Yesus sebagai Anak Allah, dilahirkan oleh anak dara Maria, menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, mati dan dikuburkan, pada hari yang ketiga bangkit dari kematian. Mereka menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, tetapi menolak sifat ilahi Yesus Kristus. Mereka menitik beratkan tata-cara ibadah yang bersifat tradisi dan lahiriah saja.
Kaum Nazarenes/Nasrani ini dengan giat menyebarkan ajarannya di Gereja-Gereja sekitar Pella, meskipun pengaruh mereka tidak begitu besar untuk Gereja Mula-mula, tapi ajaran mereka dapat bertahan sampai pada abad IV. Ada bukti yang kuat bahwa beberapa kaum Nasrani dari Gereja Yerusalem ini bergabung ke Gereja Orthodox Syria, selain ada juga yang bersinkretisasi dengan sekte Gnostik Manichean di Mandae, Syria dan ada juga yang menyebar ke tanah Arab, yaitu kaum Nasrani Ebyonayya.
Meskipun mereka telah membedakan diri dari orang-orang Kristen, dan meneruskan praktek Yahudi mereka, mereka dianiaya oleh orang-orang Yahudi karena mereka percaya kepada Yesus. St. Epiphanius dari Salamis menulis:

"Namun sejauh ini sangat banyak musuh-musuh orang Yahudi. Tidak hanya orang Yahudi memiliki kebencian di antara mereka; mereka bahkan berdiri pada waktu fajar, pada tengah hari, dan menjelang malam, tiga kali sehari ketika mereka membacakan doa-doa mereka di sinagoga, membacakan kutukan dan meng-anathema mereka. Tiga kali sehari mereka berkata, 'Allah mengutuk Nazoraeans (Nasrani)’. Karena mereka menaruh dendam tambahan terhadap mereka, yaitu karena meskipun mereka Yahudi, mereka memberitakan bahwa Yesus adalah Kristus - kebalikan dari mereka yang masih orang-orang Yahudi penganut agama Yudaisme, karena mereka tidak menerima Yesus ".

Pada versi tertua dari Shmoneh ’Esre (bhs. Ibrani: שמנה עשרה, ”Doa Delapan Belas”) yang juga dinamakan Amidah (bhs. Ibrani: תפילת העמידה, Tefilat HaAmidah "Doa Berdiri") yang ditetapkan atas usulan rabbi dan sang Nasi (ketua) sanhedrin, Gamaliel II dari Yavneh (50 – 149) pada Muktamar Yahudi di Jabneh (Yavneh/Jamnia; bhs. Ibrani: יַבְנֶה‎; bhs. Arab: ياڨني‎ atau يبنة, Yibnah; bhs. Latin: Iamnia, kota Yavneh terletak di antara Jaffa dan Ashqelon, adalah pusat rohani Yahudi sejak jatuhnya Yerusalem tahun 70 M sampai dengan kira-kira tahun 135 M, terkenal dengan madrasah-madrasah para rabbinya yang termasyhurnya) tahun 80, sebagai reaksi atas atas Kekristenan setelah kehancuran Baitul Maqdis, kaum Yahudi menganathema (mengkutuk) kaum Nasrani. Kutuk ini menurut rabbi Nosson Schermann ditujukan juga bersama golongan Yahudi lain yang dianggap bid’ah, yaitu sekte Saduki, Essena dan Boethusian. Bunyi anathema Muktamar Jabneh tersebut adalah:

”Semoga orang-orang Nasrani dan kaum bid’ah dengan tiba-tiba dibinasakan dan dihapuskan dari Kitab Kehidupan”.

Atas permintaan rabbi Gamaliel II, rabbi Shmuel ha-Katan, salah seorang Yahudi Babilonia dan generasi kedua dari Tana’im (ahli-ahli Kitab), sarjana besar Kitab Talmud, Kitab Hukum dan Tradisi Yahudi, menyusun doa "Birkat ha-Minim" atau "ha-Ẓadduḳim" yaitu doa melawan kaum bid’ah dan orang Saduki (dan pengumpat (”Malsyinim”), pengadu, dan pengkhianat, kaum murtad), yang disisipkan pada Shmoneh ’Esre:

”We lam Notzrim al tehiy tiqrah, we kol ha-isye’ih kerqa’ toabed”

["Semoga tidak ada harapan ditinggalkan kepada para pengumpat (”Malsyinim”; Nasrani), dan semoga kejahatan mereka binasa pada masanya; semoga semua musuh-Mu akan segera berakhir, dan cepat Engkau mencabut dan menghancurkan yang tinggi hati dan merendahkan mereka dengan cepat pada masa sekarang. Maha Suci Engkau, O Tuhan, yang turun memukul hancur musuh-musuh dan merendahkan yang tinggi hati"]

Rabbi Nosson Schermann mengatakan bahwa kata Notsrim (Nasrani) dalam bentuk sekarang sudah diganti dengan ”Malsyinim” (pengumpat). Anathema dan doa ini tidak lagi didaraskan oleh orang Yahudi setelah perpecahan definitif kaum Nasrani dari sinagog pada abad berikutnya.

3. Pandangan dan Praktek-praktek Kaum Nasrani


3.1. Tidak menyebut diri mereka sebagai Kristen


Tetapi sekte ini sebagaimana yang sekarang aku tulis, mengabaikan nama Yesus, dan tidak menyebut diri mereka Jesseans (Isaian), memakai nama Yahudi "Nazoraeans” (Nasrani), atau istilah mereka sendiri ”Kristen” - dari nama-tempat, "Nazaret," jika engkau berkenan! (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.7.1)

3.2. Percaya Yesus adalah Mesias

Orang Nasrani...yang menerima Mesias sedemikian rupa namun tanpa meninggalkan Hukum yang lama. (Jerome, On Isaiah 8:14)

3.3. Taat pada Hukum Taurat

Mereka tidak setuju dengan orang Yahudi karena mereka telah datang kepada iman di dalam Kristus; tapi karena mereka masih terbelenggu oleh Hukum - sunat, hari Sabat, dan lainnya - mereka tidak selaras dan sama dengan orang-orang Kristen. (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.7.4)

3.4. Menggunakan baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Mereka menggunakan tidak hanya Perjanjian Baru namun juga Perjanjian Lama, seperti orang Yahudi lakukan. (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.7.2)

3.5. Menggunakan teks-teks sumber Perjanjian Baru Ibrani dan Aram

Mereka memiliki Injil menurut Matius dalam keseluruhannya dalam bahasa Ibrani. Untuk itu jelas bahwa mereka masih melestarikan ini, dalam abjad Ibrani, seperti yang awalnya ditulis. (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.9.4)

Dan ia [Heggesippus orang Nasrani] mengutip beberapa bagian dari Injil menurut orang Ibrani dan dari Syria [Aram], dan beberapa istilah khusus dari bahasa Ibrani, menunjukkan bahwa ia seorang mualaf dari Ibrani, dan ia menyebutkan hal-hal lain sebagai diambil dari tradisi lisan orang-orang Yahudi. (Eusebius dari Caesarea, Ecclesiastical History 4,22)

3.6. Percaya Yesus adalah Anak Allah

Matius, juga disebut Lewi, Rasul dan pemungut cukai, menyusun Injil Kristus yang pertama kali diterbitkan di Yudea dalam bahasa Ibrani untuk orang-orang bersunat yang percaya, tetapi Injil ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh penulis yang tidak jelas. Injil bahasa Ibrani itu sendiri telah dipelihara hingga hari ini di perpustakaan di Kaisarea yang dikumpulkan dengan rajin oleh Pamphilus. Saya juga berkesempatan memiliki sejumlah volume yang dijelaskan kepada saya oleh orang Nasrani dari Berea, kota di Suriah (Syria), yang menggunakannya. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa dimanapun Penginjil, apakah perbendaharaannya sendiri atau dalam diri Tuhan kita sebagai Juruselamat mengutip kesaksian Perjanjian Lama ia tidak mengikuti otoritas dari para penerjemah Septuaginta tetapi Ibrani. Oleh karena itu ada dua bentuk "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku," dan "karena Ia akan disebut Orang Nazaret." (Jerome, Lives of Illustrius Men Ch.3)

Mereka tidak memiliki ide yang berbeda, tetapi mengakui semuanya sama persis dengan pernyataan Hukum itu dan dalam kebiasaan Yahudi - kecuali untuk kepercayaan mereka dalam Kristus! Sebab mereka (Nasrani dan Kristen) mengakui kebangkitan orang mati dan penciptaan ilahi dalam segala sesuatu, dan menyatakan bahwa Allah adalah satu, dan bahwa Putra adalah Yesus Kristus. (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.7.2)

Adalah menarik untuk dicatat apa keyakinan Epiphanius, pertentangan antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena orang-orang Yahudi secara keseluruhan, tidak termasuk orang-orang Saduki, menegaskan kebangkitan orang mati dan penciptaan ilahi segala sesuatu. Hal ini cukup mungkin bahwa perbedaan antara mereka adalah keyakinan mereka bahwa Yesus menjadi satu-satunya yang membangkitkan orang mati (lihat Yohanes 6:40,44,54) dan menciptakan segala sesuatu (lihat Kolose 1:15-16), jadi menyebutNya Ilahi sekaligus Anak Allah.

3.7. Percaya pada Kelahiran Perawan

Pengikut sekte ini dikenal luas sebagai kaum Nasrani, mereka percaya bahwa Mesias, Anak Allah, lahir dari perawan Maria, dan mereka berkata bahwa Ia yang menderita di bawah Pontius Pilatus, dan bangkit lagi, adalah orang yang sama seperti yang kita percayai. (Jerome, Jerome 75 Surat kepada Agustinus)

3.8. Frekuensi Paskah

Dia [Philo dari Alexandria] tiba saat Paskah dan mengamati kebiasaan mereka, dan bagaimana beberapa dari mereka terus memelihara pekan kudus dari Paskah (hanya) setelah penundaan itu, tetapi yang lain dengan makan setiap hari - meskipun orang lain, memang, makan setiap malam. (Epiphanius dari Salamis, Panarion 29.5.1)

4. Perkembangan Sejarah dan Pandangan Patristik untuk "Nasrani"

Tahun 30 AD - 325 AD


Dalam bahasa Ibrani, tampaknya bahwa selama bertahun-tahun istilah "Nasrani" dapat merujuk kepada baik Yahudi atau non-Yahudi yang percaya pada Mesias. Ini juga telah digunakan untuk keduanya dalam bahasa Yunani. "Kanon Gereja dari Alexandria" (abad ke 2-3 M) menggunakan istilah “Nasrani” untuk merujuk kepada non-Yahudi yang beriman kepada Mesias. Dalam "Kanon Gereja dari Alexandria" (abad ke-2 - 3 M), kanon ke-10 juga disebut "Untuk mereka yang ingin untuk menjadi Nasrani" dan konteksnya dengan jelas termasuk bangsa-bangsa lain non-Yahudi, dan dengan demikian mewakili tempat lain dimana istilah "Nasrani" tidak harus merujuk kepada kaum Yahudi yang percaya pada Mesias, tetapi dapat merujuk kepada kaum non-Yahudi. Catatan-catatan sejarah kuno lain: St. Irenaeus (±130-202), St. Klement dari Alexandria (wafat 215) dan St. Epiphanius (wafat 403) menjelaskan bahwa orang-orang Nasrani membaca Injil menurut orang-orang Ibrani, yang kemungkinan adalah ”kumpulan leksionari dari Injil Matius dalam bahasa Ibrani/Aram, yang disana-sini dibubuhi dengan corak penghayatan iman komunitas mereka.

Setelah Tahun 325 Masehi


Barulah setelah masa Konstantinus Agung (27 Februari 272 – 22 Mei 337) maka kita menemukan catatan tentang frase "Nasrani" digunakan untuk merujuk kepada kaum Kristen Yahudi atau lebih umum untuk orang Yahudi yang percaya dalam catatan sejarah setelah Kisah Para Rasul. St. Epiphanius, sejarawan dan Bapa Gereja pada abad keempat, mencatat ada tujuh sekte, yaitu Saduki, ahli Taurat, orang Farisi, Hemerobaptis, Ossaean, Nazaraean (Nasrani) dan Herodian. Istilah "Nasrani" digunakan oleh Jerome dan Epiphanius untuk membedakan cabang bersaing orang Yahudi yang percaya di dalam sang Mesias. Jerome (abad ke-4 Masehi, Surat 79) dan Epiphanius (sekitar 370 AD, Panarion 29) keduanya menggambarkan dua kelompok orang Yahudi yang percaya di dalam sang Mesias:

1 . Nasrani - yang menerima Ketuhanan dari Yesus, kelahiranNya dari sang perawan, dan semua 27 kitab Perjanjian Baru.
2 . Ebionit - yang menerima Yesus sebagai Mesias, tetapi bukan sebagai Tuhan, dan menolak tulisan-tulisan Paulus.

St. Jerome (St. Hieronimus) dan St. Epiphanius, keduanya menulis bagaimana sekte Nasrani ada dalam masa mereka hidup, pada akhir abad keempat. Namun, sedikit yang tahu bagaimana sekte ini menghilang. St. Hieronimus mengisahkan pertemuannya dengan seorang Nasrani yang membaca Injil berbahasa Ibrani/Aram di Beroea, sebuah kota di Syria. Kota Beroea sekarang dikenal dengan sebutan Arab sebagai Halab (yang waktu itu menjadi nama lain dari kota Aleppo).
Tentang bid’ah Nasrani ini, Bapa Gereja St. Epiphanius dari Salamis dan Metropolitan Siprus (sekitar 310/320 – 403) mengatakan ini:

”Namun sekte ini…tidak menyebut diri mereka sendiri sebagai Kristen, melainkan ”Nasrani”…akan tetapi, mereka seutuhnya adalah orang-orang Yahudi. Mereka tidak hanya menggunakan Kitab Perjanjian Baru namun juga Kitab Perjanjian Lama sebagaimana mestinya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi…Mereka tidak memiliki pemikiran yang berbeda namun mengakui segala sesuatu secara jelas sebagaimana Hukum agama menerangkannya dan dalam pola pikir Yahudi - terkecuali kepercayaan mereka terhadap Mesias, jika engkau berkenan! Sebab mereka mengakui baik kebangkitan orang mati maupun penciptaan ilahi segala sesuatu, serta keesaan Allah dan Putra-NyaYesus Kristus. Mereka dilatih untuk teliti hal sekecil-kecilnya dalam bahasa Ibrani. Bagi mereka, baik Taurat, Kitab Para Nabi dan Tulisan hikmat dibaca dalam bahasa Ibrani sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada umumnya. Mereka berbeda dengan orang-orang Yahudi maupun dengan orang-orang Kristen, hanya dalam cara pelaksanaanya saja. Mereka tidak sependapat dengan orang Yahudi dikarenakan mereka beriman pada Kristus; namun dikarenakan mereka tetap mengikatkan dirinya melalui Taurat – sunat, Sabat dan hari perhentian – mereka tidak termasuk dalam Kristen…mereka adalah orang-orang Yahudi…Mereka memiliki Kitab Injil Kabar Baik menurut Matius yang keseluruhannya berbahasa Ibrani. Hal ini jelas bahwa mereka memelihara kitab ini, dalam aksara Ibrani sebagaimana ditulis sejak semula”.(Epiphanius; Panarion 29)

Dari deskripsi Epiphanius, yang diberikan dalam abad keempat Masehi ketika kaum Nasrani sudah ada selama beberapa ratus tahun, maka dapat ditentukan bahwa kaum Nasrani itu sangat bergantung pada dunia Yahudi dan tradisi-tradisinya. Pada abad ke-4 Bapa Gereja Latin St. Jerome dari Stridonium atau dikenal juga sebagai St. Hieronimus (kira-kira 347 – 30 September 420) juga merujuk kepada orang-orang Nasrani sebagai "... yang menerima Mesias sedemikian rupa sehingga mereka tidak berhenti untuk mengamati Hukum lama (Taurat)”. Dalam Epistle 79-nya, kepada Agustinus, ia berkata:

"Apa yang harus saya katakan dari kaum Ebionit yang berpura-pura menjadi orang Kristen? Sampai saat ini masih ada di antara orang Yahudi di seluruh sinagoga (rumah-rumah ibadat Yahudi) dari Timur, kesesatan yang disebut bahwa dari Minæans [berasal dari bahasa Ibrani “minim”; yaitu istilah khusus rabinik untuk heretik (ajaran sesat), terutama orang Kristen yang mengikuti tradisi Yahudi (orang Yahudi Kristen, baik Nasrani atau Ebionit) atau perpecahan agama karena roh melanggar hukum], dan yang masih dikutuk oleh orang-orang Farisi; [pengikutnya] yang biasanya disebut 'Nasrani'; mereka percaya bahwa Kristus, Anak Allah, dilahirkan oleh Perawan Maria, dan mereka berpegang bahwa Dia yang menjadi orang yang menderita di bawah Pontius Pilatus dan naik ke surga, dan kepada siapa kita juga percaya. Tetapi sementara mereka berlaku menjadi orang Yahudi dan Kristen, mereka tidak".

Jerome melihat perbedaan antara Nasrani dan Ebionit, sekte Yahudi yang berbeda, tetapi tidak berkomentar apakah orang Yahudi Nasrani (Nazarene) menganggap diri mereka sebagai "Kristen" atau tidak atau bagaimana mereka memandang diri mereka sebagai sepatutnya ke dalam deskripsi yang ia gunakan. Kritiknya terhadap orang Nasrani adalah terlihat lebih langsung dan kritis daripada Epiphanius.
Sedangkan berikut ini adalah sebuah Kredo Gereja di Konstantinopel pada periode yang sama:

"Aku meninggalkan semua adat istiadat, upacara, legalisme, roti tidak beragi dan pengorbanan anak domba dari kaum Ibrani (Yahudi), dan semua perayaan lain Ibrani, pengorbanan, doa-doa, kata-kata kutuk, pemurnian, pengucian dan pendamaian-pendamaian dan puasa Yahudi, dan bulan-bulan baru, dan Sabat, dan takhayul, dan pujian dan nyanyian dan peringatan dan sinagoga-sinagoga, dan makanan dan minuman dari Yahudi; dalam satu kata, aku meninggalkan segala sesuatu yang Yahudi, setiap hukum, ritual dan kebiasaan dan jika setelah itu aku akan ingin menolak dan kembali ke takhayul Yahudi, atau akan ditemukan makan dengan orang-orang Yahudi, atau berpesta dengan mereka, atau diam-diam bercakap-cakap dan mengutuk agama Kristen bahkan secara terbuka menyangkal mereka dan mengutuk iman mereka dengan sia-sia, kemudian membiarkan Gehazi memecah-belah, maka hukuman sah yang diakui dapat dijatuhkan padaku. Dan aku akan dilaknat (anathema) di dunia yang akan datang, dan mungkin jiwaku akan diserahkan dengan setan dan iblis-iblis."

Abad Pertengahan dan Abad-abad Berikutnya


Pada abad pertengahan dan abad-abad berikutnya istilah "Nasrani" selanjutnya digunakan untuk bangsa non-Yahudi yang menjadi Kristen dibeberapa bagian dunia, termasuk Israel, Arab Saudi, dan mungkin di tempat lain. Tapi tampaknya terputus penggunaannya pada bahasa-bahasa Eropa sebagai sebuah istilah untuk orang Kristen non-Yahudi dan digunakan sebagian besar untuk orang Yahudi yang percaya di dalam Sang Mesias (Kristen Yahudi) dalam kebanyakan bahasa-bahasa Eropa. Jacobus de Voragine (1230-1298) menggambarkan Yakobus sebagai "Nasrani" dalam The Golden Legend, vol 7. St. Thomas Aquinas (1225-1274) mengutip St. Agustinus dari Hippo (lahir 13 November 354 – meninggal 28 Agustus 430 pada umur 75 tahun) yang diberi sebuah kitab apokrif berjudul Hieremias oleh seorang "Yahudi dari sekte Nasrani" dalam Catena Aurea - Injil Matius, bab 27. Jadi, terminologi ini tampaknya telah ditetapkan setidaknya melewati abad ke-13 dalam diskusi-diskusi di Eropa dan tetap digunakan untuk orang Kristen non-Yahudi dalam bahasa Ibrani, Arab, dan beberapa bahasa-bahasa lain, bahkan sampai hari ini.

5. Gerakan Nasrani Modern: Neo-Nazarene atau Neo-Nasrani

Gerakan Nasrani Modern, yaitu gerakan Neo-Nazarene atau Neo-Nasrani dikenal sebagai gerakan Yehudim Meshiachim; Yehudim Meshihi'im (bhs. Ibrani modern: יהודים משיחיים); gerakan Yahudi Mesianik (Messianic Jew Movement) atau gerakan Mesianik Yudaisme (Messianic Judaism Movement). Gerakan Yahudi Mesianik percaya bahwa mereka adalah para pengikut pertama Yesus dari Nazaret yang disebut Nasrani (dalam bahasa Ibrani, Notzrim; "נוצרים") atau "Pengikut Jalan". Mereka adalah sebuah sekte Kristen modern.
Dimulai pada abad kesembilan belas, sejumlah gerakan modern telah menghidupkan kembali istilah "Nasrani (Nazarene)" di kalangan masyarakat berbahasa Inggris, biasanya untuk alasan berikut:

• Untuk menolak Kekristenan modern, yang menurut gerakan Nasrani modern ini telah disesatkan dari "normatif" Yudaisme oleh Rasul Paulus dari Tarsus.

• Untuk mengklaim dasar Taurat yang autentik dan struktur Yahudi dalam keyakinan-di mana kadang-kadang beberapa bagian Kitab Suci ditolak dan ada pula yang lebih ditekankan dalam jalan "non-normatif".

• Karena keyakinan bahwa istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan baik Yahudi dan Non-Yahudi yang percaya pada Yesus di zaman dahulu, meskipun mereka percaya bahwa mereka berada dalam kesatuan dengan iman Kristen modern.

Gerakan Nasrani Modern ini dimulai ketika sejumlah 40 orang Yahudi Kristen di Inggris pada tahun 1813 mendirikan perkumpulan dengan nama Benei Avraham (Anak-anak Abraham). Kemudian warisan keyahudian, kesaksian dan kepercayaan mereka dipersatukan dalam organisasi bernama Hebrew Christian Alliance (Aliansi Kristen Yahudi) oleh Dr. C. Schwartz dari Trinity Chapel. Mesianik Yudaisme Modern didirikan pada tahun 1960. Diakhir tahun 1993 ada 165 denominasi perkumpulan Yahudi Mesianik di seluruh dunia dan berbagai pelayanan dan persekutuan Yahudi. Banyak dari perkumpulan Yahudi Mesianik bergabung menjadi asosiasi yang besar. Diantaranya berbagai asosiasi tersebut antara lain the Union of Messianic Jewish Conggregations, the Canadian Fellowship of Messianic Jewish Conggregations and Ministries, the Southern Baptist Messianic Fellowship, dan lain-lain.
Mesianik Yudaisme adalah istilah yang dipergunakan untuk merumuskan bentuk dari gaya hidup dan penyembahan yang mengekspresikan secara utuh dengan kebiasaan dan tradisi Yahudi yang menurut mereka juga dianut Yesus dari Nazaret yaitu Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Suci Yahudi. Pada saat yang sama, Gerakan Mesianik Yudaisme ini memegang secara mengesankan bahwa dirinya adalah bagian dari tubuh universal Mesias, yaitu Gereja, namun mengklaim berhak untuk mengekspresikan dirinya sendiri, baik dalam kehidupan sehari-hari dan tata cara penyembahan (ibadah), dalam hal mana cocok dengan warisan Yahudi. Mereka memelihara semua hari-hari raya firmaniah, seperti Hari Raya Pesakh (Paskah), Hari Raya Syawu’ot (Pentakosta), Hari Raya Sukot (Pondok Daun), Hari Raya Purim (Pesta Undi-undian), Hari Raya Rosh Hashanah (Tahun Baru) dan Hari Raya Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat), dan lain-lain. Karakteristik lain dari gerakan ini adalah mengasihi dan mendukung negara Israel.
Ada banyak kasus orang-orang Yahudi yang percaya pada Mesias dan tetap setia memelihara tradisi sebagai orang Yahudi namun tetap secara formal tergabung dengan gereja-gereja tradisional. Perkumpulan Mesianik Yahudi biasanya disebut ”Sinagog Mesianik Yahudi”, memiliki karakteristik khas sebagai berikut: beribadah pada hari Sabat, musik dan tarian Davidic dan masih banyak tradisi Yahudi lainnya.
Dalam bahasa kontemporer Yahudi orang Israel saat ini, istilah "Notzri" (נוצרי), "notsrim" atau "netzerim" - kemungkinan akan berasal dari atau terkait dengan "Nazarene" (“Nasrani”) - adalah kata umum untuk "Kristen".Istilah "Nasrani" digunakan di Israel hari ini untuk merujuk kepada orang Kristen non-Yahudi. Hal ini juga digunakan seperti di sebagian besar masyarakat berbahasa Arab. Istilah itu tidak digunakan terlalu banyak untuk merujuk kepada orang Yahudi yang percaya pada Mesias dan istilah "Yehudim Meshiachim" atau "Yahudi Mesianik" digunakan lebih sering di Israel sebagai gantinya. Mengapa? Tidak ada catatan bahwa non-Yahudi yang percaya pada Mesias pernah disebut Yahudi Nasrani dengan istilah "Nasrani". Catatan sejarah menunjukkan bahwa Gereja menggunakan istilah ini dan ini dilakukan oleh Gereja untuk membedakan antara Yahudi Nasrani dan Yahudi Ebionite. Yahudi Mesianik di Israel hari ini merasa perlu untuk membedakan diri mereka baik dari orang Yahudi Ortodoks (agama Yudaisme) dan juga dari Kristen non-Yahudi. Istilah "Yahudi Mesianik" melakukan pekerjaan itu yang lebih baik daripada istilah "Nasrani" karena orang Kristen non-Yahudi disebut "Nasrani", jadi istilah "Nasrani" tidak akan membedakan mereka dari Kristen non-Yahudi, melainkan mengasosiasikan sangat kuat mereka dengan orang Kristen non-Yahudi. Tapi mereka juga ingin membedakan diri dari Yahudi Ortodoks (kaum Yahudi pemeluk agama Yudaisme), sehingga mereka menyebut diri mereka "Yahudi Mesianik" sebagai gantinya. Sedangkan secara literal, Kristen berarti "pengikut Kristus" atau "pengikut Mesias" (Mesianik), sehingga sekte Nasrani boleh juga disebut sebagai Yahudi Mesianik, untuk membedakannya dengan Yahudi Rabbinik (agama Yahudi modern).
Walaupun Gerakan Nasrani Modern ini mengklaim sebagai berasal dari Gereja dari Kekristenan Yahudi di Yerusalem, namun gerakan ini terputus dari rantai Suksesi Apostolik (Successio Apostolica) dengan Rasul St. Yakobus yang Benar, Uskup pertama Yerusalem. Suksesi Apostolik adalah doktrin dalam Gereja Orthodox dan Gereja-Gereja Purba yang berasal dari jaman para Rasul, bahwa suksesi para uskup, yang tak pernah terputus, secara historis dapat ditelusuri kembali sampai pada Keduabelas Rasul mula-mula. Suksesi apostolik adalah salah satu dari empat unsur yang membentuk ”Gereja Yesus Kristus yang sejati" dan melegitimasi jabatan-jabatan sakramental yang ada, karena suksesi apostolik dipandang perlu dimiliki oleh seorang uskup guna melaksanakan penahbisan (yang sahih) imam, diakon, dan uskup lain. Juga, walaupun Gerakan Neo-Nasrani berusaha memelihara secara utuh warisan dan tradisi Yudaisme dan Tradisi Rabbinik, tetapi mereka tidak memelihara Paradosis Kudus (Tradisi Kudus) para Rasul, sebagaimana kebiasaan Gereja Orthodox yang merupakan kesinambungan tanpa putus dari Gereja Perjanjian Baru dan Gereja Purba itu sendiri. Paradosis Kudus (Tradisi Kudus) adalah ‘penerus-sampaian’ atau ‘pengoper-alihan’ dari satu orang ke orang berikutnya secara mata-rantai dan dari satu generasi ke generasi berikutnya, berita atau ‘Kerygma’ dari para Rasul kepada Gereja.

6. Sekte Nasrani (Nashara; Nazôraios) bukan Kristen (Khristeeanos; Masihi)

Di semua negara-negara Arab, kaum Kristen disebut "Nashara" "نصارى" (Jamak dari Nasrani نصراني). Istilah "Nashara" digunakan berkali-kali dalam Al Qur'an ketika mengacu kepada orang Kristen. Contoh, Surat Al Baqarah (Ayat No 113) mengatakan:

Orang-orang Yahudi berkata: "Al-Nashara (Kristen) telah sia-sia (untuk berdiri) di atas;" dan Al-Nashara (Kristen) berkata: "Orang-orang Yahudi telah sia-sia (Untuk berdiri) di atas." Namun mereka (mengaku) mempelajari Kitab (sama). Seperti kepada kata-kata mereka adalah apa yang dikatakan orang-orang yang tidak mengetahui, tetapi Allah akan mengadili di antara mereka dalam pertengkaran mereka pada hari kiamat. (Al-Qur'an Terjemahan Yusuf Ali, Al-Baqarah 2:113)

“dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya”. (Al Qur’an in Word; Al-Baqarah 113)

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat imam-imam dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Al Qur’an Terjemahan Mohammed Marmaduke Pickthall; Sura Al Maa-idah 5:82)

Dalam Al-Quran pengikut Yesus disebut sebagai “Nasrani” (”Nashara”, Sura.5:82) Ini bisa dimaklumi mengingat bahwa latar belakang Islam banyak berinteraksi dengan agama Yahudi (terutama di Medinah) dan menggunakan julukan orang Yahudi kepada orang Kristen sebagai julukan mereka juga. Orang Yahudi tidak menerima “Yesus sebagai Kristus” (Mesias) itulah sebabnya label Nasrani yang mereka pakai. Sebenarnya Al-Quran sudah menggunakan nama “Al-Masihi” (QS 4:157) yang artinya ”Messiah” untuk menyebut Yesus (Isa), sedangkan pengikut Yesus disebut sebagai ”Masihi” (bhs. Arab: مسيحي). Penggunaan nama ini menurut Ensiklopedia Islam disebut disebarluaskan oleh misionaris Kristen menggantikan istilah ”Nasrani” (Nashara, QS.5:82) (lihat Cyril Glasse, dibawah kata ”Masihi”).
Dalam budaya berbahasa Arab, dua kata yang umum digunakan bagi orang Kristen: Nasrani (نصراني) secara umum dipahami sebagai berasal dari kata Nazaret melalui bahasa Syria (Aram); dan Masihi (مسيحي) berarti pengikut Mesias. Dimana ada perbedaan, Nasrani merujuk kepada orang-orang dari budaya Kristen dan Masihi artinya siapa saja dengan iman religius dalam Yesus. Di beberapa negara negara Arab dan negara Islam, kata Nasrani cenderung digunakan secara umum untuk orang kulit putih non-muslim. Tetapi ada juga negara-negara Arab, maupun Gerakan Perlawanan Islam yang menyebut kaum Kristen sebagai kaum Masihi, sebagai contoh adalah di Pakistan dan Palestina. Khaled Ahmed menulis, bahwa banyak penerbitan di Pakistan mengadopsi kata Masihi dalam menghormati perasaan komunitas Kristen di Pakistan. Kata Arab lainnya kadang-kadang digunakan untuk orang Kristen, khususnya dalam konteks politik adalah kata Salibi, seperti dalam Piagam Hamas (Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah) (bahasa Arab:حركة المقاومة الاسلامية , secara harfiah "Gerakan Pertahanan Islam" dan kata Arab untuk 'ketekunan'), yaitu sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis, dalam bab empat, bagian B tentang Gerakan Nasional di Arena Palestina, pasal 25 dikatakan kata Salib mengacu pada Tentara Salib, yaitu Kristen Barat dan mempunyai konotasi negatif, tidak seperti istilah Masihi atau Nasrani, sebagai referensi untuk orang Kristen sebagai agama minoritas. .
Catatan pertama penggunaan istilah "Kristen" ditemukan dalam Perjanjian Baru, dalam Kisah 11:26, yang menyatakan "... di Antiokhia murid-murid pertama disebut orang Kristen (bhs. Yunani: Χριστιανός; Khristeeanos; Christianos)". Penyebutan kedua dari istilah Kristen terdapat dalam Kisah 26:28, di mana Herodes Agripa II atau Marcus Julius Agrippa (27/28 AD), raja ketujuh dan terakhir dari keluarga Herodes Agung, menjawab Rasul Paulus, "Apakah engkau berpikir bahwa dalam waktu sesingkat itu engkau dapat membujuk aku untuk menjadi seorang Kristen (Χριστιανός; Khristeeanos; Christianos)?". Referensi Ketiga dan terakhir dari Kitab Perjanjian Baru untuk istilah ini terdapat dalam 1 Petrus 4:16, yang mendorong orang-orang percaya, ”…, jika ia menderita sebagai orang Kristen (Χριστιανός; Khristeeanos; Christianos), maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu".

* Kisah Para Rasul 11:26

Alkitab ITB : Indonesia Terjemahan Baru:

”... Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Khristeeanos; Christianos)”. (Kis. 11:26)

GNT – BYZ + : Robinson/Pierpont Byzantine Greek New Testament w/Strong’s Numbers:

“… εν αντιοχεια τους μαθητας χριστιανους “
[ ”… en Antiocheia tois mathaytes Khristeeanos (Christianos)” ]

Latin Vulgate:

... primum Antiochiae discipuli Christiani

Kejadian paling awal istilah Kristen dalam literatur non-Kristen meliputi Flavius Josephus atau dikenal juga sebagai Yosef Ben Matityahu (37 – kira-kira 100 AD), sejarahwan Yahudi abad pertama, merujuk kepada "suku bangsa Kristen, sehingga dinamakan dari padanya”. Dan Plinius Muda atau Gaius Plinius Caecilius Secundus (61 AD - sekitar 112 AD), seorang pengacara, penulis dan hakim dari Roma Kuno dalam korespondensi dengan Kaisar Trajan atau Marcus Ulpius Nerva Traianus (18 September 53 – 8 August 117) dan Publius (atau Gaius) Cornelius Tacitus (56 –117 AD), senator dan sejarahwan Kekaisaran Romawi, dalam Annals (Latin: Annales), yang mengidentifikasikan orang-orang Kristen sebagai kambing hitam Kaisar Nero Claudius (15 Desember 37 – 9 Juni 68 AD) untuk Kebakaran Besar Roma. Jadi kata Nasrani sendiri sebetulnya tidak mengarah kepada pengikut Yesus Kristus, sebab sebelumnya pengikut Yesus disebut dengan nama ”Kristen” atau ”Kristiani” (Khristeeanos; Christianous).
Dari semua keterangan di atas maka penyebutan yang umum kita dengar “Nasrani” bagi kaum Kristiani sebenarnya “kurang tepat”, sebab Nasrani dalam ajarannya lebih menunjukkan kepada kecenderungan pada ajaran bid’ah Nasrani seperti yang diterangkan dari kesaksian para Bapa Gereja di atas, sehingga Nasrani bukanlah termasuk Gereja Kristen yang sejati, yang legitimasi dan kesahihannya dapat ditelusuri melalui Suksesi Apostolika dan Paradosis Kudus para Rasul yang diwarisi melalui penahbisan rohaniwannya sejak jaman para Rasul Yesus Kristus itu sendiri.

Referensi

1. Bambang Noorsena. Beberapa “Meeting Point” antara Kekristenan Syria dan Islam: Sebuah Perspektif Sejarah. Disajikan dalam seminar yang diselenggarakan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Jati. Bandung, 25 September 1999. Studia Syriaca Orthodoxia. Malang.

2. Cyrus Adler. Shemoneh ‘Esreh: The Birkat ha-Minim. http://www.jewishencyclopedia.com.

3. David Sedaca, M.A. The Rebirth Of Messianic Judaism. http://www.imja.com.

4. Drs. R.C. Musaph-Andriesse. Sastra Para Rabi Setelah Taurat. Karangan Para Rabi Dari Taurat Sampai Kabbala. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta. 1991.

5. Epiphanius. Saint., Bp. Of Constantia in Cyprus. (Translated by Frank William). The Panarion Of Epiphanius Of Salamis. Book I (Sects 1-46). Nag Hammadi studies, ISSN 0169-9350; 35. Copyright 1987 and 1997 by Koninklijke, Brill, Leiden, The Netherland.

6. From Wikipedia, the free encyclopedia: Nazarene (sect), Christian, Council of Jamnia, Amidah.

7. Herlianto. Nasrani atau Kristen?. www.melsa.net.id/~yba atau www.in-christ.net/yba

8. Khaled Ahmed. Word For Word: Appropriate name Mansura. http://www.dailytimes.com.

9. Kathryn Tsai. A Timeline Of Eastern Church History. Divine Ascent Press. PO Box 563, Point Reyes Station, CA 94956. Copyright 2004.

10. Pdt. Paulus daun M.Div.,M.Th. Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Serie Buku Teologia. 1989.

11. Rm. Arkhim. Daniel Bambang D.B. Ph.D. Sejarah Gereja I. STT. Salib Kudus. Solo. (Tahun?).

12. Society for internet research (sofir). The Hamas Charter: Analysis, Translation and Arabic Source [pg.3.4]. Posted on 22 March 2006. http://www.sofir.org/sarchives/005539.php

13. Yohannes/Biblika. Definisi sekte Nasrani menurut kalangan Yahudi Mesianik.http://www.sarapanpagi.org.