Minggu, 09 Agustus 2009

Yesus pernah ke India, Cina dan Tibet?



Dongeng Khayalan Injil-Injil Apokrifa

Injil memang tidak menceritakan apa yang terjadi dengan Tuhan Yesus pada saat Ia berumur 13th s/d 30 th, sehingga pada abad kedua timbul macam-macam spekulasi tentang hal itu. Akibatnya untuk menjembatani kekosongan cerita masa kehidupan Yesus selama masa tujuh belas tahun itu dikaranglah macam-macam Injil Apokrifa, diantaranya adalah: Injil Masa Kanak-Kanak Yesus, Injil Tomas Mesir, dimana diceritakan Yesus membuat burung dari tanah lalu dihembus dan akhirnya menjadi burung sungguh, kisah yang mana masuk dalam Al-Qur'an, Injil Awal Yakobus, dan lain-lain. Isi Injil-Injil ini banyak bersifat dongeng-dongeng yang aneh yang semacam dongeng khayalan untuk memuaskan rasa ingin tahu orang saja, Tetapi Gereja menolak Injil-Injil Apokrifa semacam itu karena tidak sesuai dengan ajaran Injil Kanonik, tidak sesuai dengan Paradosis (Tradisi) Rasuliah, dan hanya bersifat dongeng khayalan sesuai dengan alam pemikiran abad kedua.

Apokrifa dari Timur dan Sumber Ajaran Yesus

Nah pada zaman modern ini, dengan makin banyaknya pertemuan antara agama-agama besar dunia dengan pusat-pusat spiritual agama-agama banyak diketahui orang, misalnya di India, di Cina dan di Tibet, maka rasa ingin tahu orang mulai mengarang lagi bentuk Kisah Apokrifa baru mengenai "Masa Senyap" Yesus antara umur 13th/30th itu. Karena Yesus banyak melakukan mukjizat maka itu disamakan dengan tenaga dalam dan sihir, maka dikaranglah bahwa Yesus pernah belajar sihir di Mesir dan di Lhasa Tibet, tempat pusat tenaga dalam. Tetapi ini bukan hanya karangan baru, karena dalam Talmud (Kitab Keagamaan Yahudi) mukjizat Yesuspun diejek sebagai sihir yang ia pelajari dari Mesir. Mengapa Tibet dan Cina serta India yang disodorkan sebagai tempat Yesus berkunjung? Karena banyak ajaran Yesus terutama tentang kasih itu mirip dengan ajaran Buddha mengenai "Metta-Karuna" (Welas Asih Tanpa Batas). Tetapi persamaan ajaran Yesus dengan ajaran Buddha ini jelas ini tidak benar. apalagi kalau sampai dianggap Yesus belajar dari para biarawan Buddhist, Karena ketika Yesus mengajarkan tentang cintakasih (Markus 12:30) kepada Allah itu Dia mengambil dari Ulangan 6:5, sedangkan ketika Ia mengajarkan tentang cintakasih kepada sesama (Markus 12:31) Ia mendasarkannya dari Torah/Taurat (Imamat 19:34). Juga Perjanjian Lama mengajarkan tentang belas-kasihan Allah yang tanpa batas yang disebut

sebagai "hesed" seperti yang tercermin dalam Kitab Hosea dimana cinta-kasih Nabi Hosea kepada isterinya yang suka serong itu digambarkan sebagai cinta kasih Allah yang tanpa batas kepada umatNya yang suka serong juga (Hosea 1). Dengan demikian ajaran cintakasih Yesus itu berlatar-belakangkan ajaran Perjanjian Lama sebagai sumbernya, bukan dari ajaran Agama Buddha. Lagipula agama Buddha mengajarkan tentang "Metta-Karuna" landasannya adalah ajaran "re-inkarnasi" ("penitisan kembali") dimana orang tak boleh makan daging, dengan demikian harus menyanyangi binatang, karena takut jangan-jangan si bintang itu titisan kakeknya. Juga ajaran hukum karma diyakini akan berlaku bagi setiap orang, sehingga kalau seseorang nanti menitis jadi kambing ia takut disembelih dan dimakan orang. Makanya harus mengasihi semua termasuk binatang supaya tidak terkena hukum karma, dan supaya waktu menitis tidak mengalami derita. Padahal ajaran Yesus tentang Cinta-kasih itui landasannya adalah karena "hesed" dari Allah, dan karena semua manusia itu diciptakan "menurut gambar dan rupa Allah". Yesus tidak mengajarkan penitisan, karma ataupun pelepasan diri dari kungkungan tubuh. Yesus malah mengajarkan bahwa tubuh tak akan bisa dilepaskan dari roh, itulah sebabnya ada kebangkitan (Yohanes 5:28-29). Lepasnya roh dari tubuh oleh kematian pada saat ini adalah merupakan keadaan tidak normal karena adanya dosa dan itu hanya bersifat sementara. Demikian pula yang diajarkan Buddha adalah bagaimana manusia lepas dari lingkaran "dukkha" melalui meditasi agar masuk keadaan "bukan ada dan bukan tiada" yang disebut sebagai "Nirwana", sedangkan Yesus mengajarkan tentang "Kerajaan Allah" dimana tubuh dan jiwa manusia sekaligus akan dimuliakan menjadi bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Allah akibat hadirat kuasa Kerajaan Allah (Matius 13:43) yaitu berkuasaNya Roh Kudus atas kehidupan. Dengan demikian jelas tak ada pengaruh ajaran Buddha ataupun Hindu sedikitpun dalam ajaran Yesus. Ajarannya bersifat Semitik-Ibrani, jadi Yesus memang tidak pernah menginjakkan kaki keluar dari Israel.

Tempat Yesus Berkarya pada Usia 13th s/d 30 th

Alkitab mengatakan "Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya..." (Lukas 2:52), dan Alkitab mengatakan : "Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka (Maria dan Yusuf) (Lukas 2:51) serta Alkitab juga mengatakan "Nazaret tempat Ia dibesarkan" (Lukas 4:16) dan Ia "menurut kebiasaan-Nya .....masuk ke rumah ibadat" (Lukas 4:16). Dan di Synagoga itu orang-orang mengatakan "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (Lukas 4:22) serta "tentang orang ini kita tahu darimana asanya" (Yohanes 7:27). Dari ayat-ayat ini jelas bahwa sejak umur tiga belas tahun itu "Yesus makin besar dan makin berhikmat" serta hidup-Nya di "Nazaret" hidup dalam "asuhan Maria dan Yusuf" dan di Nazaret itu "Ia dibesarkan" berarti Ia tak pernah pergi kemana-mana, buktinya Ia punya "kebiasaan" ini berarti Ia hidup ditempat yang sama melakukan kegiatan yang sama, yaitu setiap Sabat Ia masuk ke Synagoga. Dan orang dapat segera tahu bahwa Ia adalah anak Yusuf dan tahu Dia berasal darimana. Apa yang dilakukan di Nazaret itu? hidup dalam "asuhan" Yusuf yang bekerja sebagai "Tukang Kayu" (Matius 13:55), sehingga sebagaimana kebiasaan orang Yahudi waktu itu anak selalu menggantikan pekerjaan bapaknya, maka Yesuspun akhirnya menjadi "tukang kayu" juga (Markus 6:3). Ini menunjukkan Yesus selalu tekun di Nazaret mengikuti pendidikan bapak angkatnya. Kalau ia pernah pergi keluar Nazaret apalagi sampai keluar Israel tentu orang sekampungnya di Nazaret tak akan terheran-heran dan mengatakan "Darimana diperoleh-Nya hikmat dan kuasa...itu" (Matius 13:54). Kalau memang Ia pernah pergi ke Tibet pasti mereka sudah tahu karena mereka tinggal sekampung, dan dari Palestina ke Tibet itu memakan waktu bertahun-tahun sehingga tak mungkin disembunyikan dari orang-orang sekampung itu. Dan jika mereka tahu bahwa memang Yesus pernah ke Tibet pasti mereka akan menjawab sendiri : "O hikmat itu diperolehnya dari Kaum Buddhist aliran Lama di Tibet: atau "O Hikmat itu diperolehNya dari kaum Brahmin Hindu di India" atau "O Hikmat itu didapatnya dari para Ahli Mistik Tao di Cina" dan "O Kuasa itru didapat dari belajar Sihir di Mesir dan Tibet". Bahwa mereka tak mengatakan satupun dari hal-hal ini berarti jelas Yesus selama kecil sampai pemuda "dibesarkan" hanya di "Nazaret" saja. Ini terbukti lagi semua ajarannya dan terutama perumpamaannya itu diambil dari latar belakang pertanian di Israel (Penabur Benih, Pohon Ara), kehidupan disekitar Nazaret dan agak turun ke bawah di Kapernaum (danau Galilea) (Penjala Ikan, Perumpamaan tentang Pukat) dan sebagainya. Kalau Ia memang pernah ke Tibet mengapa Ia tak menyebutkan tentang Gunung Himalaya? Ia sebutkan semua Nabi-Nabi Perjanjian Lama, mengapa Ia tak sebutkan Krisna, Buddha, Kong Hu Cu, atau Lao Tze, sungguh aneh sikap yang begitu itu kalau Ia memang pernah pergi ke negara-negara itu. Jadi berdasarkan bukti Alkitab Yesus tidak pernah pergi kemana-mana pada saat selama 17 tahun masa senyap itu, Ia besar di Nazaret tekun dalam asuhan Yusuf dan Maria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN