Jumat, 25 November 2011

Puasa Kelahiran Kristus (Shoum Maulid Al-Masih)

Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

Tentang Puasa Kelahiran Kristus (Shoum Maulid Al-Masih)

Puasa dalam bahasa Ibrani disebut sebagai ‘’sum’’ (bhs. Ibrani: צום ; ”tzum” sebanding dengan kata ‘’shoum’’ dalam bahasa Arab: صوم ; “saum”). Kata ‘’sum’’ (puasa) ini sering digabungkan dengan kata ‘’innah nefesy’’ (‘’merendahkan diri’’) - Imamat 16:29, 31. 23:27, 32, Bilangan 29:7; Yesaya 58:3, Mazmur 35:13. Kata ‘’sum’’ dalam bahasa Ibrani Perjanjian Lama ini berbunyi ‘’neestia/ nistia’’ (bhs. Yunani: νηστεία ; “nēsteia”) dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru.

Puasa Advent (nama di Gereja Barat) yang dilakukan hanya 4 Minggu, atau Puasa Kelahiran Kristus (Shoum Maulid Al-Masih) di Gereja Orthodox yang dilakukan selama 40 hari itu dimulai tanggal 15 November untuk mereka yang menggunakan kalender baru (Gregorian) sampai 25 Desember, atau tanggal 28 November untuk mereka yang menggunakan kalender lama (Yulian) sampai tanggal 6/7 Januari. Puasa Kelahiran Kristus ini juga disebut Puasa Filipus. Puasa ini disebut puasa Filipus karena Puasa Kelahiran Kristus ini dilakukan langsung sesudah Perayaan St. Filipus Sang Rasul Kudus dan Terpuji pada tanggal 14/27 November.

Shoum Maulid Al-Masih ini bersifat tarak artinya tak berpuasa penuh hanya pantang makanan yang berasal dari binatang hidup, dan lain-lain, yaitu tidak makan daging dan produk daging, ikan dan produk ikan, susu dan produk susu, telur dan produk telur, anggur dan produk anggur, serta tidak minum yang beralkohol, dan minyak zaitun. Hari Sabtu karena itu Hari Sabat yaitu hari perhentian dan Hari Minggu karena itu Hari Tuhan yaitu Hari Perayaan kita diijinkan makan ikan dan hasil laut.

Mengapa Berpuasa sebelum Pesta Kelahiran Yesus (Natal)?

"Perjalanan Gereja menuju kelahiran Kristus, Tuhan, dikemudikan oleh kapal yang adalah puasa Kelahiran Kristus (Natal). Gereja melakukannya dengan pengetahuan bahwa jika ia berjuang mendaki gunung yang sangat terlalu curam baginya untuk memanjat, dia tidak akan pernah tahu luasnya karunia itu yang adalah tingkat gunung melalui tangan Allah. Kebangkitan bagi kehidupan adalah karunia utama dari Inkarnasi, tetapi jika seorang manusia mengerti bahwa ia sudah mati, ia tidak akan pernah tahu arti dari kebangkitan.

Puasa adalah alat suci dan terberkati yang membawa kita lebih dekat kepada kesadaran diri seperti itu. Ini menunjukkan kepada kita siapakah kita, mungkin lebih penting bukan siapa kita, dan membuat kita lebih secara sadar menyadari akan dimana kita berdiri itu yang diperlukan. Kemudian dan hanya kemudian, dengan mata terbuka - bahkan hanya sebagian saja yang - oleh upaya laku-tapa (hidup asketik), kita akan benar-benar mengetahui terang yang memberi hidup dari Kelahiran Kristus. Kita akan mendengar dengan kagum proklamasi pada kidung Sembahyang Senja, mengenakan misteri yang hadir di dalamnya sebagai bersatu langsung dengan kita:

Datanglah, marilah kita sungguh bersukacita dalam Tuhan seperti yang kita beritakan tentang misteri kehadiran ini. Dinding tengah sekat telah dihancurkan; pedang berapi berbalik kembali, kerubim menarik diri dari pohon kehidupan, dan aku mengambil bagian dari kegembiraan Surga dimana aku diusir oleh karena ketidaktaatan. Karena menyatakan Gambar dari Bapa, Tindasan yang tepat keabadian-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan tanpa mengalami perubahan Dia datang keluar dari Sang Bunda yang tidak mengenal nikah. Karena Dia, Dia tetap menjadi Allah yang benar: dan apa yang Dia bukan, Dia telah mengambil bagi dirinya sendiri, menjadi manusia melalui kasih bagi umat manusia. Kepada-Nya mari kita berseru keras: Allah (Sang Firman) lahir dari seorang Perawan, kasihanilah kami! (Sticheron dari Sembahyang Senja Kelahiran Tuhan)

Ikon Kelahiran Kristus dari Sang Perawan Suci, Maria Sang Theotokos

Kita tidak akan pernah sepenuhnya memahami misteri tak terkatakan ini, beberapa pengetahuan adalah direncanakan, diatur dan tersembunyi bagi Allah sendiri. Tetapi dengan kasih karunia-Nya melalui upaya laku-tapa (hidup asketik), kita akan datang untuk memahami - mungkin, kebanyakan dari kita, hanya setitik - namun misteri ini adalah misteri kita sendiri, bagaimanapun kehidupan-Nya adalah kehidupan kita sendiri, dan betapa keselamatan dari Hari Natal, sungguh, keselamatan kita sendiri. Dan dengan menyadari hal ini, kegembiraan: kegembiraan yang jauh lebih besar dari sekadar pintu masuk ke gereja pada Hari Natal yang bisa membawa kita. Ini adalah sukacita dari perjalanan kuno manusia, perjalanan kita sendiri, datang untuk pemenuhan dalam misteri menakjubkan dari Allah sendiri yang menjadi manusia. Dengan sukacita dalam hati kita, kita akan menerima kata-kata kidung sebagaimana kita sendiri:

Hari ini Sang Perawan datang ke gua untuk melahirkan tak terkatakan pada Sang Firman pra-kekal. Mendengar ini, layaklah bersorak-sorai, hai penghuni bumi, dan dengan para malaikat dan para gembala muliakanlah Dia yang akan dinyatakan seorang Anak muda, Allah pra-kekal. (Kontakion dari Permulaan Pesta)"

Referensi

1. Bahan-bahan email dari Arkhimandrit Rm. Daniel Bambang Dwibyantoro, Pendiri dan Ketua Umum Gereja Orthodox Indonesia (GOI).

2. Hieromonk Irenei. Why Fast before Nativity? www.monachos.net

3. Arkhimandrit Rm. Daniel B.D.B. Kehidupan Gereja Orthodox (2): Pesta Perayaan, Puasa, dan Sakramen Perjamuan Kudus. Materi Katekisasi Gereja Orthodox Indonesia, Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya.

Rabu, 23 November 2011

Gereja Orthodox Indonesia: Menjadikan Bumi Seperti Surga

Oleh : Web Warouw
Sinar Harapan 2003

Semua agama seharusnya mencintai kedamaian. Islam berarti damai, demikian halnya shalom bagi umat Kristiani dan santi bagi umat Hindu. Pada dasarnya, semua orang ingin damai. Visi dasar semua agama adalah perdamaian. Dalam Gereja Orthodox, perdamaian adalah inti dari ajaran, karena Firman Allah yang adalah Allah menjadi manusia mendamaikan dua yang bertentangan, yaitu yang ilahi dan yang manusiawi, yang ada dalam diri Yesus Kristus. Pesan damai yang dibawa Yesus Kristus merupakan pesan utama pada situasi krisis perdamaian seperti saat ini.

Ajaran memang tidak bisa dikompromikan, tetapi dalam ajaran pasti terkandung pesan-pesan damai. Untuk itu, kita harus rela merangkul perbedaan paham, karena dalam kesadaran, kita ini satu bangsa dan satu entitas manusia. Di bawah ini cuplikan wawancara SH dengan Ketua Umum Gereja Orthodox Indonesia (GOI) Romo Arkhimandrit Daniel Bambang Dwi Byantoro.

Sekarang orang meributkan perbedaan, bagaimana pendapat Anda?
Pluralisme di Indonesia adalah kenyataan. Kalau kita menekankan pada ekslusivitas masing-masing, yang terjadi adalah konflik. Kalau kita bertengkar sendiri, negara kita akan ambruk, dunia akan hancur. Masing-masing pimpinan masyarakat seharusnya mendahulukan kepentingan umum ketimbang kepentingan kelompok atau pribadi.

Bagaimana masa depan Indonesia?
Tergantung pada komitmen kita kembali. Satu-satunya jalan adalah kembali pada Pancasila. Kita harus rela berdampingan dengan mengedepankan persatuan dengan mengutamakan kepentingan bersama. Bayangkan kalau masing-masing memaksakan hukum agamanya yang berlaku, tidak akan ada harmonisasi.
Kita harus merumuskan kembali Pancasila agar tidak semu seperti dulu. Founding fathers sudah menegaskan komitmen ini. Walaupun berbeda agama, budaya, dan suku bangsa, kita sepakat harus hidup bersama dan tidak saling mengganggu.

Bagaimana dengan soal agama dan politik?
Agama harus menyadari tempatnya sebagai pemberi suara hati nurani, suara moral, dan suara kenabian. Sebagai pemimpin spiritual pada umat. Agama tidak bisa dicampur dengan politik. Kalau politik sudah berjalan miring, agama harus meluruskan atau menyerukan untuk berhenti. Kalau agama memberikan suara moral, negara harus mendengarkan, bukan menjadikan agama sebagai alatnya, atau mengatur bagaimana orang beragama.

Beragama adalah hak yang diberikan Tuhan, bukan pemberian pemerintah. Pemerintah jangan bermain menjadi Tuhan. Pemerintah harus menjalankan hukum Tuhan sesuai dengan perikeadilan, kemanusiaan, dan kebebasan serta damai sejahtera, bukan dengan paksaan dan kekerasan. Lima sila dalam Pancasila itu universal ada di semua agama. Pancasila adalah universal sudah mencakup semua agama dan keyakinan yang kita semua setujui.

Bagaimana dengan SKB dan Forum Komunikasi Umat Beragama?
Seharusnya agama adalah masalah hati nurani individu. Biarkanlah orang memilih agama dan jangan diatur oleh pemerintah. Sepertinya, pemerintah tidak percaya kedewasaan orang beragama. Kita dianggap murid taman kanak-kanak yang harus diatur oleh negara.

Di Amerika tidak ada seperti ini dan tidak ada konflik agama. Kalau pemerintah tidak mencampuri, tidak ada konflik. Kalau diberikan kebebasan bangsa ini cukup dewasa untuk beragama. Peraturan dari pemerintah inilah yang selalu menimbulkan konflik, seperti di Ambon dan Poso. Semua akibat campur tangan oknum pemerintah. Agama dicampur dengan politik dan agama dipolitisasi. Ini kacau.

Pada tahun 1970-an kehidupan beragama di Indonesia lebih rukun. Keluarga saya ada yang Islam, Buddha, Hinddu, dan Protestan, tapi kami saling mengunjungi, dan saling menyalami pada hari raya masing-masing sebagai rasa hormat. Dalam tatanan akar rumput, saya yakin umat lebih rukun dan saling menghormati.

Kekacauan terjadi di elite pimpinan agama, dibumbui dengan politik. Elite politik dan agama kalau punya kepentingan untuk memaksakan kehendak, konflik yang muncul. Semua pemimpin agama sebenarnya bisa menuntun umat pada kedamaian dan keadilan. Kalau demikian bangsa ini akan kuat kembali.
Bangsa ini tidak bisa eksklusif, bangsa ini harus inklusif. Kita harus rela dengan perbedaan suku, agama, dan golongan budaya. Kita harus rela kembali pada bangsa Indonesia yang semula, yang merupakan persatuan bangsa-bangsa kecil menjadi bangsa yang besar. Kita harus menghormati perbedaan-perbedaan di dalamnya.

Bagaimana sebenarnya asal gereja Orthodox?
Gereja Orthodox berpegang pada prinsip gereja mula-mula yang didirikan Kristus sendiri. Orthodox berasal dari kata Orthos yang berarti lurus, dan doxa artinya pengajaran, arti Orthodox adalah pengajaran yang lurus. Kata Orthodox muncul untuk membedakan dengan Heterodox, yaitu bidat-bidat (ajaran yang menyimpang).

Jadi Ortodox bukan berarti kaku, terbelakang, atau kuno, tetapi adalah jalan yang lurus sebagai lawan dari ajaran yang tidak lurus yang muncul pada waktu itu. Sejak zaman Yesus, para rasul menyebarkan Injil dari Yerusalem, ke Siria, Turki, Yunani, dan akhirnya masuk ke Roma.

Jadi kekristenan itu berasal dari timur, tepatnya Asia Barat meluas ke barat, Eropa. Pada zaman itu, ada dua kekristenan, yaitu kekristenan timur dan kekristenan barat yang berpusat di Roma dan akhirnya ke Eropa. Kekristenan timur pusatnya di Konstantinopel (sekarang Istambul) Turki, Alexandira di Mesir, Antiokia di Siria, dan Yerusalem, di tanah Palestina.

Dari situlah gereja Timur dan Barat berjalan sendiri-sendiri dengan tradisi masing-masing. Gereja di timur disebut Gereja Orthodox, yang berkembang ke Eropa timur, yaitu Rusia, Rumania, Yugoslavia, dan daerah Timur Tengah.

Perkembangannya di Indonesia?
Gereja Orthodox Indonesia yang sekarang tidak ada hubungannya dengan orang-orang Orthodox yang masuk pada tahun 1930-an. Awalnya, saya belajar di Korea Selatan. Dan pada tahun 1978 dibantu oleh Gubernur Sulawesi Utara, Willy Lasut untuk belajar tentang sistem gunung doa untuk bisa dipraktikkan di Manado. Di Korea, tahun 1983 saya bertemu dengan Misi Gereja Orthodox Korea dan meyakini ini yang saya cari.

Tahun 1988 saya pulang ke Indonesia. Pertama saya mendekati Dirjen Katholik, tetapi mereka mengatakan hanya melayani tradisi Roma. Saya berpuasa dan berdoa 30 hari dan atas pertolongan Tuhan saya ditemukan dengan Kakanwil Depag di Semarang, Bapak Prawoto dan Bapak Sutarno, dari Solo. Merekalah yang meletakkan Gereja Orthodox di bawah Dirjen Bimas Kristen-Protestan untuk perlindungan hukum pada tahun 1991, di bawah Depag sampai sekarang.

Apa yang khas dari ajaran Kristen Orthodox?
Di Katholik ada pengatur ajaran, di Orthodox tidak ada. Pilihan berselibat (tidak menikah) pada pelayan Tuhan tidak diatur dalam Orthodox. Jadi pelayan boleh menikah boleh tidak.

Gereja Orthodox mengenal dogma, yaitu dogma Tritunggal Maha Kudus. Tritunggal bukan dogma yang mati, tetapi menjadi progam sosial bermasyarakat dan menjadi landasan di muka bumi karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Posisi Yesus Kristus?
Manusia jatuh ke dalam dosa dan dikuasai kematian bukan hanya fisik, tetapi juga rohani. Kematian fisik adalah akibat kematian rohani. Manusia sebenarnya diciptakan bukan untuk mati. Manusia diciptakan untuk mengalami kekekalan Allah. Tetapi kerena manusia gagal, Allah ingin memulihkan kembali dengan jalan menyingkirkan kematian.

Yang bisa melakukan ini adalah Dia yang tidak terkalahkan oleh kematian, yaitu Firman-Nya. Allah mengirimkan Firman-Nya dan masuk ke dalam perut Maria dan mengambil kemanusiaannya, disatukan dengan FirmanNya. Maka lahirlah manusia Yesus Kristus.

Manusia Yesus bukan setengah Allah dan setengah manusia, Yesus adalah Firman Allah yang mempunyai esensi di dalam Allah. Sebagai manusia, Dia sama dengan kita dalam segala hal. Dari sisi keilahian Dia adalah Allah. Dengan demikian, yang Ilahi sudah merangkul yang duniawi-daging, berasal dari dunia.

Maka dari itu, kehidupan rohani tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan duniawi. Dengan prinsip itu, moral dan spiritual dari sorga tidak dipisahkan dengan di bumi, karena landasannya adalah Firman Allah menjadi manusia. Tujuannya adalah untuk memulihkan kodrat manusia yang rusak.

Maka kerajaan di surga datang ke bumi untuk memulihkan kerusakan di bumi sehingga di bumi ini bisa mengalami pemulihan yang berdasarkan inspirasi dari surga. Maka tidak ada dikotomi antara rohani dengan jasmani atau sosial.
Dikotomi artinya menolak inkarnasi, Firman jadi manusia, padahal inkarnasi itu adalah menyatukan yang berseberangan antara manusia di bumi dan diri Allah. Di bumi harus bekerja secara harmoni dengan surga. Kita tidak bisa memisahkan kerajaan surga dan bumi sendiri.

Kemulian yang Illahi itu harus mempengaruhi bumi. Maka bunyi doanya, jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di surga. Ini tugas kita semua untuk memuliakan bumi seperti surga. Tidak ada politik!

Referensi

Christian Studies for Peace. Gereja Orthodox Indonesia: Menjadikan Bumi Seperti Surga. http://christianforpeace.blogspot.com. 5 Desember 2010.

Jumat, 04 November 2011

Delegasi Gereja Orthodox Rusia Menghadiri Pertemuan Internasional di Assisi

Diterjemahkan dan
diedit oleh :

Presbiter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

Pada tanggal 27 Oktober 2011, adalah hari refleksi, dialog dan doa untuk perdamaian dan keadilan di dunia yang diadakan di Assisi, Italia, di bawah motto 'Para Peziarah Kebenaran, 'Para Peziarah Perdamaian'.

Lebih dari 300 perwakilan dari gereja-gereja dan komunitas-komunitas Kristen serta perwakilan-perwakilan dari agama-agama lainnya mengambil bagian dalam pertemuan itu untuk mengungkapkan solidaritas mereka dalam mencari co-eksistensi hidup berdampingan penuh damai diantara peradaban dan masyarakat.

Tidak ada doa bersama. Singkat kata sambutan dari peserta bergantian dengan saat-saat tenang, musik atau refleksi dalam keheningan, di mana para penganut humanisme atheistik juga ikut ambil bagian.

Dialog difokuskan pada tantangan dunia dewasa ini, kebutuhan bagi orang-orang yang berkehendak baik untuk menyatukan upaya mereka dalam menentang dampak merusak dari berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi, sekularisme militan, ketidakstabilan ekonomi dan fundamentalisme.







Gereja Orthodox Rusia diwakili oleh Metropolitan Filaret dari Minsk dan Slutsk, Exarch Patriarkal untuk Seluruh Belarusia, Metropolitan Alexander dari Astana dan Seluruh Kazakhstan, Uskup Vladimir dari Dneprodzerzhinsk dan Tsaritsyno, Protopresbiter Dimitry Sizonenko sekretaris DECR untuk hubungan-hubungan antar-umat Kristen, Protopresbiter Nikolay Danilevich, sekretaris pusat peziarahan DECR, Romo Anthony (Sevryuk), sekretaris paroki-paroki Patriarkat Moskow di Italia, Protopresbiter Igor Vyzhanov dari gereja St Katherina di Roma, Protopresbiter Nikolay Korzhich, sekretaris administrasi diosesan Minsk, Victor Shevtsov, sekretaris untuk Exarch Patriarkal untuk Seluruh Belarus, dan Romo Diakon Alexy Dikarev sekretariat DECR untuk hubungan-hubungan antar-umat Kristen.


Catatan:

1. ) Dalam Gereja-Gereja Kristen Timur (Eastern Orthodox, Oriental Orthodox dan Katolik Timur), istilah exarch memiliki dua penggunaan yang berbeda:

a. Wakil Patriarkh, atau seorang uskup yang memegang otoritas atas uskup-uskup lainnya tanpa menjadi seorang Patriarkh (dengan demikian, posisi antara patriarkh dan metropolitan)

b. Seorang uskup yang ditunjuk lebih dari sekelompok umat beriman yang belum cukup besar atau cukup terorganisir untuk membentuk suatu daerah eparkhi/dioses/keuskupan (dengan demikian setara dengan vikaris Apostolik).

2. ) DECR: Department for External Churh Relations, yaitu Departemen untuk Hubungan-hubungan Luar Negeri Gereja

Referensi:

1. Russian Orthodox Church. Official Website of The Department For External Chuch Relations. Russian Orthodox delegation attends international meeting in Assisi. DECR Communication Service. Friday, November 4, 2011.

2. From Wikipedia, the free encyclopedia. Exarch.

Ruang Kadaver: Meditasi Tentang Kematian “Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita!”

Inilah Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita!

Sesaat sebelum mati, Anda akan merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan dan badan bergetar. Anda merasa dingin ditelinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.

0 Menit:
Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.

1 Menit:
Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.

3 Menit:
Sel-sel otak mati secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.

4 – 5 Menit:
Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 – 9 Menit:
Penghubung ke otak mulai mati.

1 – 4 Jam:
Rigor Mortis (fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.

4 – 6 Jam:
Rigor Mortis Terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam:
Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.

8 Jam:
Suhu tubuh langsung menurun drastis.

24 – 72 Jam:
Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.

36 – 48 Jam:
Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina.

3 – 5 Hari:
Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.

8 – 10 Hari:
Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.

Beberapa Minggu:
Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas.

Satu Bulan:
Kulit Anda mulai mencair.

Satu Tahun:
Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang menyedihkan. Jadi, tidak ada yang bisa disombongkan?

BAGUS UNTUK DIRENUNGKAN.....Kita tak membawa apapun juga saat kta meninggalkan dunia yang fana ini...

Jadilah manusia sebiasanya dan jangan merpersulit hidup orang lain, saling menghargailah..Kasihilah orang disekitarmu dan jangan merpersulit hidup orang, apalagi berbuat jahat...carilah Tuhan & melekatlah pada Dia yang menyelamatkanmu.

Refernsi:
http://www.kaskus.us/ Inilah Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita!