Rabu, 05 Oktober 2011

MENGENAL SUFI AGUNG ISLAM: JALALUDDIN RUMI SANG DARWIS

oleh :
Presbyter Rm. Kirill J.S.L.
(Omeц Кирилл Д. С. Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria
SURABAYA
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

1. JALALUDDIN RUMI SANG DARWIS

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau Jalāl ad-Dīn Muḥammad Balkhī (Persia: جلالالدین محمد بلخى), juga dikenal sebagai Jalāl ad-Dīn Muḥammad Rūmī (Persia: جلالالدین محمد رومی) dan secara populer dikenal sebagai Mevlānā di Turki dan Mawlānā (Persia: مولانا) di Iran dan Afghanistan tetapi dikenal di dunia berbahasa Inggris hanya sebagai Rumi (6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 – 5 Jumadil Akhir tahun 672 Hijriah, atau 17 Desember 1273) adalah seorang pujangga dan penyair Muslim Persia, ahli hukum, teolog, dan Mistikus Sufi abad 13. Rūmī adalah nama deskriptif yang berarti "Romawi" karena ia tinggal untuk sebagian besar hidupnya di wilayah yang dinamakan "Rumi" (kemudian dibawah kendali dinasti Seljuq/Seljuk atau Turki Seljuk (dalam Bahasa Turki:Selçuklular; dalam bahasa Persia: سلجوقيان Ṣaljūqīyān; dalam Bahasa Arab سلجوق, Saljūq, atau السلاجقة al-Salājiqa) karena pernah dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur. Dia adalah salah satu tokoh yang berkembang di Kesultanan Rum (Persian: سلجوقیان روم, Saljūqiyān-e Rūm ).

Ia lahir di Provinsi Balkh di Afghanistan sebuah kota kecil yang terletak di sungai Wakhsh di Persia (di tempat yang sekarang dikenal sebagai Tajikistan) pada tahun 1207, yaitu pada masa pemerintahan Mar Yab-Alaha II Bar Qaiyuma (1190-1222), yaitu Katolikos Seleukia-Ktesiphon dan Patriarkh dari Timur ke-76 dari Gereja Orthodox Assyria Timur yang Kudus, Katolik dan Apostolik (Bhs. Syriac: ܥܕܬܐ ܩܕܝܫܬܐ ܘܫܠܝܚܝܬܐ ܩܬܘܠܝܩܝ ܕܡܕܢܚܐ ܕܐܬܘܪ̈ܝܐ) yang adalah Gereja Kristen yang berasal Takhta Suci Babilon yang didirikan oleh St. Thomas Sang Rasul. Pada masa ini Takhta Katolikos Gereja Orthodox Assyria Timur dipindahkan ke Baghdad, Irak.
. Wakhsh termasuk provinsi lebih besar dari Balkh, dan dan pada tahun Rumi lahir, ayahnya adalah sarjana yang ditunjuk disana. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar (bahasa Arab: بو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq; khalifah yang pertama Khulafaur Rasyidin pada tahun 632) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H), bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Kedua kota-kota ini pada masa itu termasuk dalam lingkup budaya Persia Khorasan yang lebih besar, provinsi paling timur Persia dan merupakan bagian dari Kekaisaran Khwarezmian (adalah sebuah dinasti Muslim Sunni Persia asal Turki Mamluk).

Baik tempat kelahiran dan bahasa aslinya menunjukkan warisan Persia. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. Keluarga Rumi melakukan perjalanan ke barat, pertama menunaikan ibadah haji dan akhirnya menetap di kota Anatolia Konya (Kauniyah) (ibukota Kesultanan Seljuk Rum, sekarang dikenal sebagai Turki). Di sinilah dia tinggal untuk sebagian besar hidupnya, dan di sini ia menggubah salah satu keagungan pemahkotaan sastra Persia yang sangat mempengaruhi budaya wilayah tersebut. Dia tinggal untuk sebagian besar hidupnya di bawah Kesultanan Rum, di mana ia menghasilkan karya-karyanya dan meninggal pada 1273 Masehi pada masa pemerintahan Joseph I Galesiotes (1267 – 1275) yaitu Patriarkh ke-136 dari Takhta Suci Rasuliyah Konstantinopel dari Gereja Agung Kristus, Gereja Orthodox Patriarkhat Konstantinopel, Istambul, Turki.

2. RUMI DAN KARYANYA

Karya Rumi ditulis dalam bahasa Persia Baru. Sebuah renaisans sastra Persia (di abad 8th/9th) dimulai di daerah Sistan, Khorasan dan Transoxiana dan pada abad 10th/11th, itu memperkuat bahasa Persia sebagai bahasa sastra dan budaya yang disukai di dunia Islam Persia. Pentingnya Rumi dianggap melampaui batas-batas bangsa dan etnis. Karya aslinya banyak dibaca dalam bahasa asli mereka di seluruh negara yang berbahasa Persia. Terjemahan dari karya-karyanya sangat populer di negara-negara lain. Puisinya telah mempengaruhi sastra Persia dan juga bahasa Urdu, Punjabi dan bahasa Pakistan lain yang ditulis dalam aksara Persia/Arab misalnya Pashto dan Sindhi. Puisi-puisinya telah banyak diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia dan dialihkan ke dalam berbagai format. Pada tahun 2007, ia digambarkan sebagai "penyair paling populer di Amerika."

Karya utama Jalaluddin Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah Matsnawi-i-Ma'anawi (Couplets of Inner Meaning). Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio. Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin, semuanya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajarannya.

Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.

Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide, bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Penggunaan kata-kata Sufistik mereka, berlangsung terus. Ar-Rumi, seperti penulis Sufi lain, menanamkan ajarannya dalam sebuah kerangka yang secara efektif menjabarkan makna batiniah sebagaimana sebuah pertunjukan atau pameran. Teknik ini bermanfaat melindungi mereka yang tidak mampu menggunakan materi pada level eksperimen yang lebih tinggi; membiarkan mereka yang menginginkan puisi, untuk memilih puisi; memberi hiburan kepada orang-orang yang menginginkan cerita; mendorong kaum intelektual yang menghargai pengalaman-pengalaman tersebut. Salah satu pernyataan kalimat-kalimatnya yang terkenal adalah judul dari pembicaraan-ringannya: "Yang ada di dalam ada di dalam" ("Engkau mengeluarkan apa yang ada di dalam untuk dirimu").

Ar-Rumi memiliki kegelisahan Sufistik yang luar biasa dalam kesusastraan dan puisi, melebihi pujangga di zamannya, dan terus menerus menegaskan bahwa pencapaian tersebut adalah sebagian kecil dibandingkan dengan kesufian.

3. SALAH SATU KISAH: RUMI, PEDAGANG DAN DARWIS KRISTEN

Karena berada dalam kesukaran, seorang pedagang yang sangat kaya dari Tabris pergi ke Konia mencari orang yang teramat bijaksana. Setelah mencoba mendapat nasehat dari para pemuka agama, hakim, dan lain-lain, ia mendengar tentang Rumi; iapun dibawa menghadap Sang Bijaksana itu.

Jalaluddin Rumi Sang Sufi Agung
(30 September 1207 – 17 Desember 1273)


Pedagang itu membawa lima puluh keping uang emas sebagai persembahan. Ketika dilihatnya Sang Maulana di ruang tamu, pedagang itu menjadi sangat terharu. Jalaludin Rumi pun berkata kepadanya,

"Lima puluh keping uang emasmu diterima. Tetapi kau telah kehilangan dua ratus, itulah alasan kedatanganmu kemari. Tuhan telah menghukummu, dan menunjukkan sesuatu kepadamu. Sekarang segalanya akan beres." Pedagang itu terheran-heran terhadap yang diketahui Sang Maulana. Rumi melanjutkan.

"Kau mendapat banyak kesulitan karena pada suatu hari nun jauh di negeri Barat sana, kau melihat seorang darwis Kristen (mistikus Kristen) terbaring di jalan. Dan kau meludahinya. Temui dia dan minta maaf padanya, dan sampaikan salam kami kepadanya."

Ketika pedagang itu berdiri ketakutan karena ternyata segala rahasianya telah diketahui, Sang Maulana itupun berkata, "Perlukah kami tunjukkan orang itu padamu?" Rumi menyentuh dinding ruangan itu, dan pedagang itu pun menyaksikan gambar orang suci itu di sebuah pasar di Eropa. Iapun terhuyung-huyung pergi meninggalkan Sang Bijaksana, tercengang-cengang.

Segera saja ia mengadakan perjalanan menemui ulama Kristen itu, dan ditemuinya orang suci tersebut telungkup di tanah. Ketika didekatinya, darwis Kristen itu pun berkata, "Guru kami Jalal telah menghubungi saya."

Pedagang itu melihat ke arah yang ditunjukkan darwis tersebut, dan menyaksikan -dalam gambar- Jalaludin sedang membaca kata-kata semacam ini, "Tak peduli kerikil atau permata, semua akan mendapat tempat di bukitNya, ada tempat bagi semuanya ..."

Pedagang itu pun pulang kembali, menyampaikan salam darwis Kristen itu kepada Jalal, dan sejak itu tinggal dalam masyarakat darwis di Konia.

4. RUMI DAN RELIGIOSITAS

Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi Rumi yang tampaknya berlainan namun nyatanya memiliki kesejajaran makna simbolik. Beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai ma'rifat. Dan memang tokoh-tokoh tersebut terkenal sebagai pribadi yang diliputi oleh cinta Ilahi.

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah :

Jangan tanya apa agamaku.
Aku bukan yahudi.
Bukan zoroaster.
Bukan pula islam.
Karena aku tahu,
Begitu suatu nama kusebut,
Kau akan memberikan arti yang lain
Daripada makna yang hidup di hatiku.

Aku Adalah Kehidupan Kekasihku

Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
Bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku ...

Dia Tidak Di Tempat Lain

Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak ada di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka'bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna ...
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

5. JALALUDDIN AR-RUMI WAFAT

Dalam tahun 672 Hijriah di kawasan Kauniyah terjadi kegemparan yang berlangsung seminggu penuh. Penyebabnya, terbetik berita bahwa Jalaluddin sedang sakit keras. Berbondong-bondonglah orang bertandang menjenguknya sembari meminta do’a. Ia lantas berkata: “Sesungguhnya tanah itu lapar, selalu mencari makanan. Dan ia akan memperolehnya dalam waktu dekat. Lalu cobaan ini akan sirna dari kalian.”

Seorang temannya bernama Syadruddin datang menengok dan mendoa’kan agar ia segera sembuh kembali: “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan. Tidak ada yang bisa mencelakakanmu, apabila tabir antara kekasih dan kekasih telah terangkat.” Ar-Rumi sempat menyahut: “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit.”

Setelah dengan panjang lebar menerangkan makna kebenaran, akhirnya menjelang maghrib rohnya meninggalkan raga. Peristiwa menyedihkan itu terjadi pada tanggal 5 Jumadil Akhir tahun 672 H.

Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Para penduduk agama lainpun ikut menangisi kepergiannya. Orang Yahudi dan Kristen, misalnya, membacakan Kitab Taurat dan Injil. Hadir juga dalam upacara pemakaman para penguasa negeri. Kepada para imam dan rahib Kristen, penguasa negeri sempat bertanya: “Peduli apa kalian dengan suasana berkabung ini? Bukankah yang meninggal ini jenazahnya seorang Muslim yang alim?”. Para rahib dan imam itu menjawab: “Berkat dialah kami mengetahui kebenaran para nabi yang sempurna”.

Pada pagi buta, jenazah Jalaluddin ar-Rumi diberangkatkan, diiringkan para pelayat yang melimpah-ruah. Tangis mereka riuh-rendah menyertai kepergiannya. Mereka saling merebut memikul, atau paling tidak menyentuh usungan jenazahnya. Tidak heran jika iring-iringan jenazah baru sampai di tempat pemakaman pada sore hari, dikebumikan pada malamnya.

Ia dimakamkan di Konya (Kauniyah) dan makamnya menjadi tempat suci dan tempat ziarah. Setelah kematiannya, pengikutnya dan putranya Sultan Walad mendirikan Tarekat Mevlevi, juga dikenal sebagai Tarekat Para Darwis Berputar (the Order of the Whirling Dervishes), terkenal dengan tarian sufi yang dikenal sebagai. upacara Sama. Sebuah tulisan di batu nisan Jalaluddin ar-Rumi berbunyi:

“Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia”.
________________________________________
Catatan

@ Luasnya pengaruh Jalaludin Rumi terhadap pikiran dan sastra Barat sekarang ini semakin jelas lewat penelitian akademis.

@ Tak disangsikan lagi bahwa ia mempunyai banyak pengikut di Barat, dan kisah-kisahnya muncul dalam cerita-cerita Hans Anderson, dalam Gesta Romanorum tahun 1324, dan bahkan dalam karya Shakespeare.

@ Di Timur terdengar pendapat di kalangan luas bahwa ia mempunyai hubungan erat dengan kaum mistik dan pemikir Barat. Versi kisah ini diterjemahkan dari karya Aflaki, Munakib al-Arifin, kehidupan para darwis Mevlevi awal, yang selesai ditulis tahun 1353.

@ Sufisme : Ilmu sufuk (tasawuf) dalam kebatinan Islam; sufi : ahli tasawuf, pengikut kebatinan Islam. Bapak Said Aqil Siradj, Khatib Am PBNU dalam pertemuannya dengan Arkhimandrit Romo DR. Daniel B.D. Byantoro pada bulan Oktober 1999 di kantor beliau membenarkan adanya kaitan awal munculnya Tasawuf dalam Islam itu dengan praktek Kristen Timur ini. Bahkan beberapa Sufi Muslim itu ada yang juga belajar dari para “Hesykhastis” Kristen Orthodox ini. Hanya saja beliau menambahkan bahwa pada akhirnya Ilmu Tasawuf itu unsur-unsurnya sudah terdapat juga dalam Islam itu sendiri, misalnya kebiasaan Nabi menyendiri di gua Hira, kehidupan Nabi yang sederhana, dan lain-lain.

@ Seorang Darwis atau Darvesh (dari bahasa Persia درویش, Darvīsh melalui Turki, Somalia: Daraawiish, Arab: دولة الدراويش) adalah seseorang menapaki jalan pertapa sufi Muslim atau “Tariqah” ("Tarekat"), dikenal karena kemiskinan yang ekstrim dan kesederhanaan mereka, mirip dengan para biarawan pengemis di Kristen Barat (misal Ordo Fransiskan, Karmelit, Dominikan, Agustinian) atau Hindu / Budha / para Sadhu Jain. Kaum Darwis adalah para mistikus Islam. Salah satu mistikus dan darwis terkenal dalam agama Islam adalah Maulana Jalaluddin Rumi.

@ Hesykhasme: suatu aliran spiritualitas dalam Gereja Timur (Gereja Orthodox), yang memusatkan perhatiannya pada “hesykhia” (=diam, kesunyian, ketenangan lahir batin) sebagai sarana untuk menyelam ke dalam doa batin. Ini sebanding dengan “Ilmu Tasawuf” dalam Islam. Banyak sarjana yang meyakini bahwa munculnya Tasawuf dalam islam itu terkait dan dipengaruhi praktek-praktek Gereja Timur ini. Dalam praktek Hesykhasme yang dijumpai juga dalam praktek-praktek Tasawuf, tujuan akhir untuk menggapai kasih ilahi dan untuk mencapai “Insan Kamil”, yang dalam iman Kristen Orthodox dimengerti sebagai “Theosis” yaitu “menjadi sama seperti Kristus” (1 Yoh. 3:2) atau “ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Pet. 1:4) itu yang diperjuangkan. Hesykhasme mengalami masa kejayaannya terutama dalam abad 14, tetapi sampai di zaman sekarang pun Hesykhasme masih besar pengaruhnya.

@ Tradisi Mistisisme Kristen sama tuanya dengan agama Kristen sendiri. Sekurang-kurangnya tiga teks dari Perjanjian Baru menjadi dasar tema-tema yang berulang kali muncul di sepanjang pemikiran para mistikus Kristen yang sempat dicatat. Yang pertama, Surat Galatia 2:20; teks Alkitab kedua yang penting bagi mistisisme Kristen adalah 1 Yohanes 3:2; teks yang ketiga, yang khususnya penting bagi mistisime Orthodox Timur ditemukan dalam Surat 2 Petrus 1:4:

Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.(huruf miring ditambahkan)

Beberapa contoh mistikus Kristen:

• St. Paulus Sang Rasul untuk bangsa-bangsa Goyim (? - l.k. 66)
• St. Yohanes Pembaptis (? - l.k. 36)
• St. Yohanes Sang Rasul (? - l.k.100)
• St. Petrus Sang Rasul (? - l.k.67)
• St. Klemens dari Alexandria (? -216)
• Evagrius Ponticus (345-399)
• St. Gregorius I (590-604)
• St. Symeon Teolog yang Baru (949-1022)
• Mechthild dari Magdeburg (1210-1279)
• Meister Eckhart (l.k. 1260 - 1327/8)
• St. Gregorius Palamas (1296 - 1359)
• St. Bridgeta dari Swedia (1302-1373)
• St. Julian dari Norwich (1342-l.k.1416)
• St. Teresa dari Avila (1515-1582)
• St. Yohanes dari Salib (1542-1591)
• St. Serafim dari Sarov (1759-1833)
• St. Yohanes dari Kronstadt (1829-1908)
• St. Yohanes Maximovich (1896-1966)
• St. Theresa dari Lisieux (1873-1897)
• Thomas Merton (1915-1968)
• St. Padre Pio (1887-1968)
------------------------------------------------------------

Referensi

1. Abul Hasan An-Nadwi. Maulana Jalaluddin Rumi. Al – Mukhtarul Islami lit Tiba’ah wan Nasyr wat Tauzi’, Cairo. Cetakan kedua, tahun 1394 H/ 1974 M. (Jalaluddin Rumi. Sufi Penyair Terbesar. Terjemahan: M. Adib Bisri). Penerbit Pustaka Firdaus. Jakarta. Cetakan Ketiga: April 1997.

2. Episkop Timothy Ware (Penterjemah : Arkhimandrit Daniel Bambang PhD). Mari Mengenal Kekristenan Timur. Sejarah Gereja Orthodox. Satya Widya Graha. Jakarta. 2001.

3. From Wikipedia, the free encyclopedia. Rumi. List of Patriarchs of Babylon, List of Patriarchs of Constantinople.

4. Idries Shah. Kisah-Kisah Sufi. Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau. (terjemahan: Sapardi Djoko Damono). Penerbit: Pustaka Firdaus, Jakarta. 1984.

5. Rm. Arkhimandrit Daniel Bambang D. Byantoro. Seminar Gereja Orthodox Indonesia. “Masih Adakah Gereja Perjanjian Baru?”. Lampiran Listing of Ecumenical Patriarchs ofThe Great Church of Christ, Kepatriarkhan Konstantinopel, Istanbul, Turki. Libra Ball Room, Executive Club. Jakarta Hilton Hotel. 21/ 11/ 1997.

6. Dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN