Minggu, 15 Mei 2011

SINAKSARION (Kisah Orang Kudus): St. Tarcisius, Sang Akolit (Putera Altar) dan Martir-Anak dari Ekaristi

Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I. Biografi St. Tarcisius, Sang Akolit

St. Tarcisius (Tarsicius atau Tarsisius) (Italia dan Spanyol: San Tarsicio atau Tarcisio) adalah seorang martir dari Gereja Kristen awal yang hidup pada abad ke-3. St. Tarcisius adalah orang kudus Romawi Pra-Skisma yang dihormati oleh Gereja Orthodox dan Gereja Katolik Roma. Dia adalah Martir Kudus muda yang meninggal karena melindungi Sakramen Perjamuan Kudus pada masa awal Gereja sebelum Edik Milan (tahun 313).

Sedikit yang diketahui tentang dirinya berasal dari sebuah prasasti metrikal (“Damasi epigrammata”) oleh Paus St. Damasus I (Paus Gereja Roma Pra-Skisma ke-37, Oktober 366 – 11 Desember 384; orang Spanyol), yang menjadi Paus setidaknya satu abad kemudian. Tradisi ini secara positif ditegaskan oleh Damasus dan tidak diragukan lagi secara historis. Tidak diketahui pasti mengenai pribadi Sang Martir Ekaristi ini. Dia mungkin sudah Diakon, karena Damasus membandingkan dia dengan Rasul dan Diakon Agung St. Stefanus Sang Protomartir (Sang Matir Kristen Pertama; martir sekitar tahun 35 M).

Dalam “Penderitaan dari Paus Stefanus I (254 – 2 Agustus 257; orang Romawi)” (”Passion of Pope Stephen”), yang ditulis pada abad keenam, Tarcisius dikatakan menjadi Akolit (Putera Altar) dari Paus sendiri dan, jika demikian, ini menjelaskan penghormatan agung di mana ia ditahan dan alasan mengapa ia dipilih untuk sebuah misi sulit. Penambahan ini, bagaimanapun, adalah didasarkan pada puisi Damasus tersebut. Jelaslah bahwa kematian martir ini terjadi di salah satu penganiayaan yang terjadi antara pertengahan abad ketiga dan awal keempat.

Tarcisius adalah Akolit berumur dua belas tahun selama masa penganiayaan Romawi yang dahsyat dari abad ketiga, mungkin selama pemerintahan Kaisar Valerianus (253–260). St. Tarcisius juga dianggap sebagai Diakon karena tugas Diakon-lah membagikan Sakramen Ekaristi Kudus pada kesempatan-kesempatan khusus serta mengantar Sakramen Perjamuan Kudus dari gereja ke gereja.

Setiap hari, dari tempat pertemuan rahasia di katakombe di mana orang-orang Kristen berkumpul untuk merayakan Liturgi Suci (Misa Kudus), seorang Diakon akan dikirim ke penjara untuk membawa Ekaristi untuk orang-orang Kristen yang dihukum mati. Pada suatu saat, tidak ada Diakon untuk dikirim dan dengan demikian St Tarcisius, seorang Akolit, dikirim membawa "Misteri-misteri Kudus" (Sakramen Perjamuan Kudus) bagi mereka di penjara.

Dalam perjalanan, ia dihentikan oleh anak-anak laki yang seusia dirinya sendiri, yang tidak beragama Kristen tapi mengenal dia sebagai kawan bermain dan pecinta permainan-permainan. Dia diminta untuk bergabung dengan permainan-permainan mereka, tapi kali ini ia menolak dan kerumunan anak laki-laki menyadari bahwa dia membawa sesuatu. Entah bagaimana, ia juga dikenali sebagai seorang Kristen, dan gang kecil anak laki-laki itu ingin sekali melihat "Misteri-Misteri" Kristen. Ia tidak rela membiarkan Sakramen Perjamuan Kudus dipermainkan dan dimusnahkan oleh para berandal itu, oleh karenanya ia berkelahi dengan mereka. Ia lebih suka mati di tangan massa daripada menyerahkan kepada mereka Sakramen Mahakudus, yang ia bawa. Kumpulan orang banyak itu menjadi massa beringas-tak terkendali dan berbalik pada Tarcisius dengan kalap dan marah. Ia terjatuh dibawah pukulan-pukulan banyak orang, dan diyakini bahwa seorang teman Kristen berhasil melepaskan diri dari massa dan menyelamatkan sang Akolit muda. Tubuh hancur dari Tarcisius dibawa kembali ke katakombe, namun anak itu meninggal dalam perjalanan akibat luka-lukanya.

II. Kisah St. Tarcisius, Sang Akolit

Sebagai perbandingan Paus Damasus I membandingkan dia dengan St Stefanus, yang dilempari batu sampai mati, ini mungkin menjadi cara akhir hidupnya. Kisahnya adalah sangat diperluas oleh Kardinal Nicholas Patrick Stephen Wiseman (1802–1865), Uskup Agung pertama Westminster pada pembentukan kembali hirarki Katolik Roma di Inggris dan Wales pada tahun 1850, yang menggambarkan dia sebagai Akolit (putera Altar) muda di novelnya Fabiola, atau Gereja di Katakombe (Fabiola or The Church of the Catacombs). Melalui karya ini, kisahnya kemudian menjadi dikenal secara luas:

Pada masa itu, Kekristenan mengalami penindasan oleh para pagan. Banyak dari orang Kristen yang dibunuh, ada yang diracun, maupun diumpankan kepada singa di Colloseum. Untuk menghindari para pagan, kaum Kristiani membuat jalur-jalur dan ruang-ruang bawah tanah, yang disebut Katakombe. Di tempat ini mereka mengadakan ibadah Liturgi Suci, di mana setiap orang Kristiani menerima Perjamuan Kudus dan juga menerima petunjuk dari uskup dan Imamnya. Pada saat itu, para tawanan Kristen merindukan menerima Perjamuan Kudus, sehingga mereka menyampaikan pesan kepada uskupnya agar mereka dapat menerimanya. Setelah usukupnya mendengar, lalu dipikirkan siapa yang akan membawanya. Para uskup dan Imam jelas tidak bisa, karena resikonya mereka dapat ditangkap dan dipenjarakan; juga banyak dari orang-orang Kristen yang ada. Ketika itu, seorang anak yatim-piatu bernama Tarcisius, berlutut dekat kaki uskup dan memohon agar ia diperbolehkan membawanya. “Aku masih kecil, orang-orang pagan akan berpikir bahwa aku hanyalah anak kecil pengantar pesan, dan membiarkan aku lewat.”

Di jalan, Tarcisius bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Mereka akan memulai permainan, namun membutuhkan satu orang lagi agar jumlahnya genap. Ketika dilihatnya oleh mereka Tarcisius yang sedang berjalan, mereka mengajaknya untuk bermain. Tarcisius menolaknya, berkata bahwa ia sedang membawa suatu pesan penting. Anak-anak itu, yang melihat Tarcisius membawa sesuatu, mencoba merebutnya. “Dia orang Kristen. Dia menyembunyikan sesuatu misteri Kristen padanya”. Mereka menendang, memukul, berusaha sekuat tenaga untuk merebut yang ia lindungi, namun tangan kecil itu tetap tak bergerak, tangan itu begitu kerasnya memegang erat apa yang ia bawa dengan penuh kepercayaan. Sepertinya ia mendapat kekuatan yang begitu kuat sehingga dapat menahankan semua serangan itu. Pemandangan itu menarik perhatian orang-orang yang lewat, mereka menanyakan apa yang terjadi. Mengetahui bahwa Tarcisius adalah seorang Kristen, melayanglah pukulan dan serangan kepada anak kecil itu.

Lalu datanglah seorang prajurit, Quadratus, memisahkan gerombolan itu. Quadratus juga seoarng Kristen, Tarcisius mengenalinya karena mereka sering bertemu di katakombe. Ia menyerahkan Sakramen Mahakudus kepada Quadratus, dan dalam senyum kemartirannya ia pun meninggal.

Quadratus lalu membawanya ke pemakaman Santo Callistus, di mana ia dibaringkan di tengah kekaguman kaum beriman lainnya yang lebih tua, dan di kemudian hari Paus Damasus yang suci memberikan epitaph kepadanya, di mana tak seorang pun yang membaca tak dapat menarik kesimpulan bahwa kepercayaan terhadap kehadiran sejati Tubuh Tuhan kita dalam Sakramen Kudus waktu itu adalah sama seperti yang dipercayai Gereja sekarang.

Dia awalnya dimakamkan di Katakombe San Callisto [Paus St. Calixtus I atau St Kalistus I (217 – 222; orang Romawi)] yang terletak di Via Appia, dan sebuah prasasti oleh Damasus kemudian diletakkan di atas makamnya. Di abad keempat Paus Damasus I memahatkan tanggal kematiannya, 15 Agustus 257. Pada abad ketujuh jenazahnya disemayamkan dimakam yang sama dengan Paus St. Zephyrinus (199 – 217; orang Romawi); menurut Willpert mereka dibaringkan di kubah kuburan di atas tanah (trichora cella) yang letaknya ke arah barat di atas katakombe St Kalistus. Tetapi sekarang relikwinya disemayamkan di gereja San Silvestro di Capite di Roma.

III. Pesta Peringatan, Pelindung para Akolit dan Kasih Sang Martir-Anak dari Ekaristi

Pada Gereja Orthodox, pesta peringatan St Tarcisius jatuh pada Pesta Wafat Sang Theotokos, Bunda Maria Tersuci dan Yang Selalu Perawan (The Dormition of Our Most Holy Lady the Theotokos and Ever-Virgin Mary) pada setiap tanggal 15/28 Agustus (Kalender Baru Gregorian/ Kalender Lama Yulianus). Sedang Gereja Katolik Roma merayakan pesta peringatannya pada tanggal 15 Agustus, namun sejak hari itu ditempati oleh hari Pesta Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, ia tidak disebutkan dalam Kalender Romawi Umum, tetapi hanya di Martirologi Romawi.

Ikon Martir Suci Romawi, Akolit St. Tarsicius. Pesta: 15 Agustus. Ikon dilukis oleh: Aidan Hart, Patriarkat Konstantinopel, Gereja Orthodox Inggris.


Dia adalah santo pelindung Putera Altar dan para penerima komuni pertama. Tarcisius, salah satu santo pelindung dari para Putera Altar, selalu menjadi contoh dari keberanian, ketaatan dan pengabdian kaum muda, dan kisahnya adalah salah satu yang diceritakan berulang kali untuk mendorong orang lain bagi sebuah kepahlawanan dalam penderitaan karena iman mereka.

Dalam litani para martir dalam Gereja Katolik Roma, Santo Tarcisius disebut sebagai “pemuda dengan teladan yang baik serta pembela Iman yang berani”. Bahkan pada usia yang amat belia (12 tahun), Tarcisius telah menyadari taruhannya akan Iman. Ia sadar sepenuhnya akan apa yang sedang ia bawa. Yesus mati untuk cinta, seperti yang diberikan oleh Tarcisius; maka demikian juga Tarcisius tidak ragu-ragu untuk mati demi cinta Yesus kepadanya. Mati untuk Yesus, menyerahkan diri kepada Tuhan, dapat dilakukan siapa saja, kapan saja di mana saja. Kecintaan kepada Allah tidak perlu menunggu untuk sesuatu perbuatan besar, yang menimbulkan kemasyhuran. Bahkan dalam perbuatan yang sederhana itupun tersimpanlah kemegahan para martir. Tarcisius berbangga dalam keteguhannya akan iman.

Maka demikianlah seperti yang tertulis dalam Injil:

“maiorem hac dilectionem nemo habet ut anImam suam quis ponat pro amicis suis” (Evangelium secundum Ioannem 15:13)

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 15:13)

Tarcisius menyerahkan nyawanya demi Sahabatnya, sama seperti dulu yang Yesus lakukan demi sahabat-sahabat-Nya. Ia melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya demi apa yang ia percayai, demi orang yang ia cintai. Suatu perbuatan, sesederhana apapun, asal dilakukan dengan hati yang tulus, memberikan kepuasan dan ketenangan dalam jiwa. Mungkin Tarcisius mati dalam raga, namun yang pasti jiwanya abadi, teladannya abadi.

IV. Teks Puisi oleh Paus St. Damasus

Pada abad keempat, Paus St Damasus (366-384) menulis puisi tentang St Tarcisius "Martir-Anak dari Ekaristi". Satu-satunya informasi positif mengenai Sang Martir Romawi ini ditemukan dalam puisi yang disusun untuk menghormatinya oleh Paus Damasus ("Damasi epigrammata", ed IHM, 14.). Dalam baris-baris puisi ini Damasus membandingkan Tarsicius dengan protomartir Stefanus: sama seperti yang belakangan dilempari batu oleh orang-orang Yudea begitu juga Tarsicius, membawa Sakramen Mahakudus, diserang oleh gerombolan berandal kafir, dan ia menderita dan mengalami kematian akibat kekerasan di tangan massa daripada menyerahkan Tubuh Suci Kristus untuk anjing-anjing liar: “Ketika segerombolan anak jahat melibatkan diri mereka kepada Tarcisius yang sedang membawa Ekaristi, bermaksud untuk mencemarkan Sakramen itu, anak laki-laki itu memilih menyerahkan hidupnya daripada menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing-anjing liar itu”. Puisi Latin, disusun oleh Damasus dan satu-satunya bukti sejarah positif pada Tarcisius, tertulis seperti ini:

Par meritum, quicumque legis, cognosce duorum,
quis Damasus rector titulos post praemia reddit.
Iudaicus populus Stephanum meliora monentem
perculerat saxis, tulerat qui ex hoste tropaeum,
martyrium primus rapuit leuita fidelis.
Tarsicium sanctum Christi sacramenta gerentem
cum male sana manus premeret uulgare profanis,
ipse anImam potius uoluit dimittere caesus
prodere quam canibus rabidis caelestia membra.


(Damasi Epigrammata, Maximilian Ihm, 1895, n. 14)

Equal merit, to all who gather, then hear me of two people,
Damasus, who, after the titles of the ruler of the rewards of pays it back.
Stephen, the Jewish people better warning,
he had stricken with stones, to those who had taken a trophy from the enemy,
he seized his martyrdom was the first deacon faithful.
Tarsicium wearing the holy sacraments of Christ
since he badly he should press the heal the hands of the profane vulgarize the promotion,
rather, he will save he wanted to put away cut to pieces
to betray it to the dogs than the members of the heavenly rabid.

(Epigrams of Damasus, Maximilian Ihm, 1895,, n. 14)

"Ketika sebuah kelompok jahat fanatik melempari diri Tarcisius
yang membawa Ekaristi,
ingin Sakramen itu tak dicemarkan, anak laki-laki itu lebih suka
memberikan nyawanya daripada memberikan
Tubuh Kristus kepada para anjing liar."

(Kutipan dari sebuah puisi pujian yang disusun oleh St Damasus (sekitar 384), dalam Damasi Epigrammata, Maximilian Ihm, 1895, n. 14)

Renungan:

Hanya seorang anak laki-laki bisa menjadi orang-orang kudus, dan kaum muda tidak ada hambatan untuk mencapai kekudusan. Panggilan untuk kekudusan dimulai pada baptisan, dan kita tidak harus menunggu usia tua dan rambut abu-abu untuk melayani Allah. Para orang kudus muda memberitahu kita sesuatu tentang kesucian, dan contoh mereka adalah terutama bercahaya karena mereka mendedikasikan hidup masa muda mereka kepada Allah.

“ St. St Tarcisius, Akolit dan Martir-Anak dari Ekaristi, doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin! “

Referensi

1. All-Merciful Savior Orthodox Mission. Home of the Western Saints Icon Project & Liturgical Texts Project. Protection of the Holy Mother of God Russian Orthodox Church, Austin, Texas. Церковь Покрова Пресвятой Богородицы Русской Православной Церкви. Icon of St. Tarsicius, martyr, Icon: by the hand of Aidan Hart, Oecumenical Patriarchate, UK. http://www.allmercifulsavior.com

2. CatholicBridge.com. Building Bridges - Healing Division. Is Jesus Present in the Eucharist (Bread). Why can't Protestants receive Communion? http://www.davidmacd.com

3. From Wikipedia, the free encyclopedia. Tarcisius. http://en.wikipedia.org/wiki/Tarcisius

4. Kirsch, Johann Peter. "St. Tarsicius." The Catholic Encyclopedia. Vol. 14. New York: Robert Appleton Company, 1912. 27 Jan. 2011
5. Museum of Learning. Explore a Virtual Museum of Knowledge. Tarcisius: Text Of The Poem By Damasus. http://www.museumstuff.com

6. New Advent. Catholic Encyclopedia. St. Tarsicius: http://www.newadvent.org

7. Rev. Clifford Stevens. St. Tarcisius. Taken from "The One Year Book of Saints" by Rev. Clifford Stevens, published by Our Sunday Visitor Books, Huntington, IN 46750. EWTN. Global Catholic Network. http://www.ewtn.com

8. St. Tarcisius or Tarsicius is on Facebook: http://www.facebook.com/pages/St-Tarcisius-or Tarsicius/48252012615?v=info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN