Senin, 23 Mei 2011

Gereja-gereja Orthodox di Iran pada Masa Kekaisaran Parthia hingga Masa Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi

Oleh:
Presbiter Rm. Kirill J.S.L.
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I. Iran (Persia) dan Gereja-Gereja Orthodox yang Apostolik

Iran (atau Persia) (bahasa Persia: ایران) adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri, negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi [Shah/Raja Iran (bahasa Farsi: پهلوی محمدرضا Moḥammad Rez̤ā Pahlavī) (lahir di Tehran, Iran, 26 Oktober 1919 – meninggal di Kairo, Mesir, 27 Juli 1980 pada umur 60 tahun), yang menyebut dirinya Yang Mulia Baginda, dan memegang gelar kerajaan Shahanshah (Raja segala raja), dan Aryamehr (Terang bangsa Arya), adalah kaisar Iran dari 16 September 1941 hingga Revolusi Iran pada 11 Februari 1979. Ia adalah kaisar kedua dari Dinasti Pahlavi and Shah terakhir dari monarki Iran] mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah Bangsa Arya".

Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.

Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini (lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun) mendirikan sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran.

Dalam sejarahnya Iran (Persia) dibagi atas:

1.1 Sejarah awal, Kekaisaran Media dan Kekaisaran Achaemenid (3200 SM – 330 SM)
1.2 Kekaisaran Iran Ketiga: Kekaisaran Parthia (248 SM – 224 M)
1.3 Kekaisaran Iran Keempat: Kekaisaran Sassania (226–651)
1.4 Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia (700–1400)
1.5 Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi dan Iran Modern (1501 – 1979)
1.6 Revolusi Islam dan Perang Iran-Irak (1979-88)

Di Iran (Persia) sejak masa Kekaisaran Iran Ketiga: Kekaisaran Parthia sudah ada Gereja Orthodox yang dikenal sebagai Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian disebut juga Gereja Assyria Timur yang Kudus, Katolik dan Apostolik (Bhs. Syriac: ܥܕܬܐ ܩܕܝܫܬܐ ܘܫܠܝܚܝܬܐ ܩܬܘܠܝܩܝ ܕܡܕܢܚܐ ܕܐܬܘܪ̈ܝܐ) (‘Ittā Qaddishtā wa-Shlikhāitā Qattoliqi d-Madnĕkhā d-Āturāyē) (Arab: كنيسة المشرق الاشورية الرسولية الجاثلقية المقدسة), adalah Gereja Kristen yang berasal Takhta Suci Babilon yang didirikan oleh St. Thomas Sang Rasul (antara tahun 33-77 Masehi). Beberapa orang menamakan Gereja Orthodox Assyria. Di Barat dikenal secara tidak tepat sebagai Gereja Nestorian. Mereka berasal dari orang-orang Kristen dari Gereja Syria Timur yang tinggal di wilayah Kerajaan Persia. Mereka menerima ajaran Injil dari Rasul Mar Thoma Shilkha (St. Thomas Sang Rasul - th. 33-77) dan Mar Addai, (St. Thaddeus Sang Rasul, salah satu dari ketujuh puluh Utusan - th. 33-66), salah satu dari ke 70 Utusan (Lukas 10:17) yang mengabarkan Injil ke Mesopotamia antara tahun 33-66 Masehi.

Gereja Assyria Timur ini banyak mengalami penderitaan yang dialaminya sejak dari masa para Shah Persia, Arab Muslim, para Khan Mongolia hingga jaman modern ini, sehingga Gereja Assyria Timur dikenal oleh para sarjana dan ahli sejarah sebagai “Gereja Para Martir” (“The martyrs’ church”) karena tidak sebuah Gerejapun mengalami penderitaan sebanyak kemartiran Kekristenan Gereja Assyria Timur ini.

Kadang-kadang Gereja Assyria diasosiasikan dengan Gereja Nestorian, yaitu yang melangsungkan ajaran Nestorius, Patriarkh Konstantinopel (kira-kira 386– 451) yang dipecat tahun 431 M, walaupun data paling akhir tidak sepakat dengan dugaan ini. Ajaran mereka sebenarnya tak sejauh bidat Nestorianisme yang dituduhkan pada mereka, dan praktek-praktek mereka tak beda dengan praktek-praktek Gereja Orthodox lainnya. Dalam segi aqidah (ajaran), ibadah dan mu’amallah (praktek kehidupan dan kemasyarakatan) Gereja Nestorian ini tidak berbeda secara hakiki dengan Gereja Orthodox lainnya, kecuali dalam hal Kristologi mereka. Itupun sekarang sedang dalam dialog dengan Gereja Orthodox Kalsedon Antiokhia, Syria, maupun Gereja Yakobit (Non Kalsedon), dan bahkan dengan Gereja Katolik Roma. Sehingga ada beberapa sarjana modern yang menyebut mereka sebagai Gereja Orthodox pre-Efesus/pre-Kalsedonian.

Selain ini di Iran juga ada Gereja Orthodox Apostolik Armenia (Bahasa Armenia: Հայ Առաքելական Եկեղեցի) pada masa Islam Syi'ah, yaitu pada masa Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi. Gereja Orthodox Apostolik Armenia adalah Gereja Nasional tertua di dunia dan satu dari komunitas Kristen Purba. Pengenalan iman Kristen yang paling awal ke Armenia adalah pada abad, ketika pewartaan pertama oleh dua Rasul Yesus, St. Thaddeus (43-66) (bahasa Armenia: Թադէոս [tʰɑdɛos] Tadeos, atau (bentuk pendek) Թադէ [tʰɑdɛ] Tadeh) dan St. Bartolomeus (60-68) (bahasa Armenia: Բարթողիմէոս [pʰɑɾtʰoʁimɛjos]). Gereja Apostolik Armenia berdiri sejak karya para Rasul itu. Gereja Armenia adalah salah satu dari Gereja-Gereja yang disebut Monofisit, atau atau pada masa kini akibat hubungan-hubungan ekumenis, untuk menghormati mereka disebut sebagai Gereja-Gereja Oriental Orthodox, atau Gereja-Gereja Timur Alur Kecil, atau Gereja-Gereja Orthodox Non-Kalsedonia.

Ikon Kebangkitan dari Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian dari Alkitab bahasa Syria abad 13, biara Al-Za'faran – Turkey

Ikon Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian Mor Afrem Suryoyo (St. Efraim dari Syria)(306 - 373 A.D.)


Banyak orang beranggapan Gereja Orthodox bukan satu, seperti yang dibesar-besarkan adalah perbedaan Orthodox pre-Kalsedonian, Non-Kalsedonian, dan Kalsedonian. Peneliti-peneliti yang hanya tertarik melihat perbedaan kecil sering hanya terpaku dengan data-data minor untuk membenarkan posisinya yang pada kenyataannya tidak seperti itu. Orthodoxia bagaimanapun harus dilihat secara menyeluruh sebagai yang menjaga tradisi rasuliyah dan Kredo Nikea-Konstantinopel. Sebaliknya heterodoxia (kaum heretik/bidat) adalah keluar dari iman Nikea-Konstantinopel tersebut. Tradisi pre-Kalsedonian (Gereja Assyria Timur/Nestorian) dengan tradisi Kalsedonian (Gereja Orthodox Timur, yaitu Eastern Orthodox Church) dan tradisi non Kalsedonian (Monofisit, Oriental Orthodox Church) tidak jauh berbeda karena keduanya memegang iman yang sama, sebab pada tahun 410 M, Gereja Assyria (pre-Kalsedonian) yang tidak hadir pada Konsili Ekumenis Nikea 325 dan Konstantinopel 381, oleh desakan Uskup-uskup Syria telah meratifikasi Kredo Nikea sehingga sudah masuk dalam Orthodoxia. Sebaliknya perbedaan antara Orthodox non-Kalsedonian (Orthodox Oriental/Monofisit) dan Kalsedonian (Eastern Orthodox Church), jelas tidak ada karena kedua tradisi itu sama-sama hadir di 3 Konsili pertama. Contohnya di Gereja Orthodox non Kalsedonian Syria, Koptik Mesir, Gereja Apostolik Armenia, maupun Gereja Orthodox Tewahedo Ethiopia, Afrika, terdapat juga penggunaan ikon-ikon yang berarti mengakui Kemanusiaan Firman Allah, sebagaimana yang telah diputuskan oleh Konsili Ekumenis Kalsedon dan dikuatkan oleh Konsili Ekumenis Nikea II 787 M.

II. Gereja-gereja Orthodox Armenia di Iran pada Masa Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia hingga Masa Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi

Mayoritas gereja-gereja di Iran yang memiliki nilai sejarah dan artistik dibangun sekitar abad ke delapan atau abad ke 14 AH (Latin: Anno Hegirae (pada tahun Hijriah); Indonesia: Kalender Hijriah; Arab: التقويم الهجري‎; at-taqwīm al-hijrī; Persia: تقویم هجری قمری ‎ taqvim-e hejri-ye qamari; Kurdi: Salnameya Hicrî; Turki: Hicri Takvim; Urdu: اسلامی تقویم Islami taqwīm; Malay: Takwim Hijrah), dan periode sesudahnya. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa tidak ada gereja-gereja yang ada di negara sebelum periode tersebut.

Selama masa pemerintahan Shah Abbas I Agung (1587 – 1629), raja Safawi (Kesultanan Safavid, 1502 - 1736), kebijakan cerdas itu menyebabkan sejumlah besar orang Armenia dari Armenia dan Azarbaijan untuk berpindah dan menetap di Esfahan dan daerah lain di Iran. Sebuah tempat disebut Jolfa dibangun di tepi Sungai Zayande-Rud di Esfahan dan menjadi tempat tinggal orang-orang bermigrasi ini. Akibatnya, gereja-gereja didirikan di kota itu. Sementara itu, setelah selang waktu yang singkat, beberapa orang Armenia pindah ke Gilan dan beberapa tinggal di Shiraz.

Gereja Beit-ol Lahm (Bethlehem) di Esfahan, Iran

Setelah kematian Shah Abbas Pertama, penggantinya, Shah Abbas Kedua (1642 - 1667), juga memberikan perhatian dekat dengan kesejahteraan orang-orang Armenia dan gereja-gereja lebih banyak didirikan di Jolfa.

Masuknya banyak orang Eropa selama masa pemerintahan dinasti Qajar (1794-1925) menyebabkan berkembangnya gereja-gereja lain, selain yang dibangun sebelumnya. Sejumlah bangunan-bangunan tersebut telah berlangsung dan mempunyai arti arsitektural dan artistik yang signifikan.

Azarbaijan adalah tuan rumah gereja-gereja tertua di Iran. Di antaranya yang paling signifikan adalah Tatavous Vank (Katedral St Tatavous), yang juga disebut Ghara Kelissa (biara hitam). Ini terletak di Siahcheshmeh (Ghara-Eini) batas wilayah selatan Makou. Ada juga gereja yang dikenal sebagai Santo Stepanous, yang berdiri pada 24 kilometer dari selatan kota Jolfa Azarbaijan.

Umumnya, setiap gereja memiliki aula besar untuk shalat jamaah (sembahyang harian umat); bagian terdahulunya dinaikkan seperti panggung, dihiasi dengan ikon-ikon atau gambar tokoh-tokoh agama dan juga berfungsi sebagai altar. Di sini, lilin-lilin yang dinyalakan dan ibadah Khidmat al-Quddus (Liturgi Suci) atau ibadah gereja adalah dilakukan oleh imam. Pada latar depan adalah jemaat melakukan sholat yang menghadap podium/panggung dimana imam memimpin ibadah di gereja, ini mirip dengan praktek kaum Muslim bershalat menghadap ke ceruk/relung di dalam masjid. Sementara liturgi yang sedang dilakukan, jemaah berdiri, berlutut, atau duduk, tergantung pada apa yang harus dilakukan dalam ibadah.

Struktur gereja-gereja di Iran mengikuti kurang lebih pola arsitektur Iran, atau mereka adalah campuran desain konstruksi Iran dan non-Iran.

III. Gereja-gereja Orthodox Bersejarah di Iran

1. Gereja Santo Stepanous

Ini adalah gereja tua lain yang terletak pada sebelah barat persimpangan dari jalan raya Marand-Jolfa dan timur dari jalan Khoy-Jolfa. Juga memiliki kubah piramida, itu, meskipun demikian, cukup indah dan jauh lebih menyenangkan untuk dilihat daripada gereja Santo Tatavous.

Gereja Santo Stephanos di Azarbaijan, Iran

Struktur umum kebanyakan menyerupai arsitektur Armenia dan Georgia dan bagian dalam bangunan ini dihiasi dengan lukisan yang indah oleh Honatanian, seorang seniman terkenal Armenia. Hayk Ajimian, seorang sarjana Armenia dan sejarawan, mencatat bahwa gereja itu awalnya dibangun pada abad kesembilan Masehi, tetapi dbangun-ulang akibat gempa bumi di Azarbaijan yang mengikis habis struktur sebelumnya. Gereja itu dibangun pada masa pemerintahan Syah Abbas Kedua.

2. Gereja Santa Maria di Tabriz:

Gereja ini dibangun pada abad keenam AH (abad ke-12 AD) dan dalam catatan perjalanannya, Marco Polo (lahir 15 September 1254 – meninggal 8 Januari 1324 pada umur 69 tahun), penjelajah terkenal Venesia, Itali, yang hidup pada abad ke delapan AH (abad ke-14 AD), menyebut gereja ini dalam perjalanannya ke China. Selama beberapa tahun lamanya, gereja Santa Maria melayani sebagai pusat Keuskupan Agung dari Armenia Azarbaijan. Gereja ini merupakan suatu bangunan besar yang dibangun indah dan megahnya, dengan bangunan ruang tambahan berbeda membentang di area yang luas. Sebuah dewan persahabatan Armenia mengatur agar gereja dihadiri dengan baik.

Selain dari tiga gereja di atas, ada gereja-gereja lain di Azarbaijan seperti gereja tua yang dibangun pada abad ke delapan AH di desa Modjanbar, yang terletak sekitar 50 kilometer dari Tabriz. Satu gereja lagi adalah gereja besar Santo Sarkis, terletak di Khoy, bangunan ini telah selamat dari masa Shah Abbas yang Kedua (abad ke-12 AH). Selama masa pemerintahan raja Safawi dikatakan, bangunan besar lain yang disebut gereja Santo Gevorg (Santo Georgius atau Jurjis) dibangun, menggunakan batu marmer dan dirancang dengan kubah besar, di desa Haft Van dekat Shapur (Salmas). Sebuah gereja, juga dengan kubah sangat besar, juga berdiri di desa Derishk di sekitar Shapur, di Azarbaij

3. Monasteri/Biara Santo Tatavous atau Ghara Kelissa:

Awalnya, gereja ini terdiri dari sebuah ruang kecil dengan kubah berbentuk piramida di bagian atas dan 12 celah-celah mirip dengan bangunan berbentuk kubah Islam dari era Mongol. Perbedaannya adalah bahwa kubah gereja terbuat dari batu. Bagian utama dari struktur piramida diikuti arsitektur Bizantium (Romawi Timur), termasuk pinggiran horizontal dan paralel terbuat dari batu-batu putih dan hitam pada interior dan batu-batu hitam pada bagian yang menghadap eksterior.

Gereja Santa Maria di Jolfa Square di Esfehan, Iran

Karena fasad (bagian muka gedung) didominasi oleh batu-batu hitam, gereja itu sebelumnya disebut Ghara Kelissa (atau biara hitam) oleh penduduk asli. Selama masa pemerintahan penguasa Qajar, Fath'Ali Shah (1797 – 1834), struktur baru yang ditambahkan ke gereja Santo Tatavous atas pemerintah Abbas Mirza (26 Agustus 1789 – 25 Oktober 1833), putra mahkota, dan gubernur Azarbaijan. Renovasi-renovasi mengakibatkan perluasan ruang sholat dan gereja tua kecil diubah menjadi panggung sholat, ruangan altar, ornamen-ornamen suci dan tempat dimana imam dapat memimpin shalat. Menara lonceng dan pintu masuk gereja yang terletak di salah satu sisi bangunan baru, tapi sayangnya, bagian ini masih belum selesai.

Sementara itu, karena pertempuran di perbatasan dan kerusuhan-kerusuhan politik lainnya di daerah tersebut selama periode selanjutnya, gereja itu ditinggalkan dan hancur. Beberapa perbaikan kecil telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Setiap tahun, selama musim khusus (di musim panas), banyak orang Armenia dari semua bagian dari Iran melakukan perjalanan ke situs ini untuk berdoa dan berziarah. Mereka datang dengan jip-jip atau truk-truk setelah melintasi sebuah bagian pegunungan yang sangat sulit medannya. Mereka berkumpul di sekitar gereja, tinggal selama beberapa hari dan melakukan upacara-upacara agama mereka. Untuk sisa tahun lainnya, gereja tetap sunyi di daerah terpencil.

Penambahan dibuat untuk gereja Santo Tatavous atas perintah Abbas Mirza terdiri dari gambar-gambar ikon timbul dari para rasul pada fasad dan dekorasi bunga-bunga, semak-semak, bentuk singa dan matahari dan arabesque (seni dekorasi artistik Islam), semua yang telah dilakukan oleh para pengrajin Iran. Arsitektur interior gereja adalah kombinasi dari rancangan desain Bizantium, Armenia dan Georgia. Selain gereja besar, kamar khusus telah dibangun di halaman untuk tempat tinggal para peziarah dan para pertapa eremit.

4. Gereja-gereja bersejarah di Jolfa dari Esfahan

Gereja bersejarah yang paling penting di Iran adalah katedral tua, sering disebut sebagai Vank (yang berarti "katedral" dalam bahasa Armenia). Bangunan besar ini dibangun pada masa pemerintahan Shah Abbas Pertama dan benar-benar mencerminkan arsitektur Iran. Katedral ini memiliki kubah bata dua lapis yang sangat mirip dengan yang dibangun oleh Safawi. Bagian dalam gereja yang dihiasi dengan lukisan-lukisan yang mulia dan indah dan karya-karya miniatur yang mewakili tradisi-tradisi alkitabiah dan ikon-ikon malaikat dan rasul, semua yang telah dilaksanakan dalam campuran gaya Iran dan Italia. Langit-langit dan dinding dilapisi dengan ubin dari zaman Safawi.

Pada sudut halaman besar katedral, kantor-kantor dan ruang-ruang telah dibangun untuk menampung tamu, uskup agung Esfahan dan pengiringnya, serta hirarki keagamaan Armenia lain yang penting di Iran. Kompleks gereja juga mencakup sebuah museum yang terletak di gedung terpisah. Museum ini menampilkan catatan-catatan sejarah dan relikwi-relikwi yang dilindungi, dan fatwa raja-raja Iran yang bertanggal kembali ke zaman Shah Abbas Pertama. Hal ini juga berisi koleksi menarik dari karya seni.

Gereja Beit-ol Lahm (Bethlehem) di Esfahan, Iran

Esfahan memiliki gereja-gereja bersejarah lain, yang paling penting adalah Gereja Beit-ol Lahm (Betlehem) di Nazar Avenue. Ada juga gereja Santa Maria di Jolfa Square dan gereja Yerevan di daerah Yerevan.

5. Gereja Armenia di Shiraz:

Gereja Armenia di Shiraz yang dinamakan: "Sare Jouye Aramaneh"

Di bagian timur Ghaani Avenue, di sebuah distrik yang disebut "Sare Jouye Aramaneh", sebuah bangunan yang menarik telah selamat dari era Shah Abbas Kedua. Struktur utamanya berdiri di tengah-tengah kebun -seperti sebuah kompleks dan terdiri dari ruang shalat dengan langit-langit datar yang tinggi dan beberapa sel mengapit dua sisi bangunan. Langit-langit yang dihiasi dengan lukisan-lukisan asli dari era Safawi dan sel-sel bersebelahan dihiasi dengan relung dan lengkungan dan cetakan plester, juga dalam gaya Safawi. Hal ini dianggap sebagai monumen bersejarah di Shiraz dan pasti layak dikunjungi.

6. Gereja Santo Simon di Shiraz:

Gereja ini adalah secara relatif penting, tetapi bukan gereja yang terlalu tua di Shiraz. Aula besar benar-benar dilakukan dalam gaya Iran sementara atap Romawi. Kubah seperti gentong kecil, banyak karya seni Iran dan kaca jendela mosaik menghiasi gereja.

Sementara itu, gereja lain yang disebut Kemuliaan Kristus, berdiri di Ghalat, 34 kilometer dari Shiraz. Bangunan ini telah selamat dari periode Qajar dan dikelilingi oleh taman-taman yang menawan.

7. Gereja Santo Tatavous, Teheran:

Bangunan besar ini terletak di distrik Chaleh Meidan, salah satu distrik tertua di Teheran. Ia berdiri di sebelah selatan Mausoleum Seyed Esmail, pada awal dari bagian utara dari apa yang disebut Jalan Armenia. Gereja tertua dari Teheran, itu dibangun pada masa pemerintahan raja Qajar, Fat′h Ali Shah. Bangunan ini memiliki atap berbentuk kubah dan empat ceruk, sebuah altar dan kursi khusus diperuntukkan bagi pemimpin agama Armenia atau uskup. Ruang depan menuju ke gereja berisi kuburan orang Kristen non-Iran terkemuka yang telah meninggal di Iran, dan di tengah halaman gereja, Gribaydof, duta besar Tsar di istana Fat′h Ali Shah, dan rekan-rekannya telah dibaringkan untuk beristirahat. Mereka dibunuh oleh pasukan revolusioner Teheran pada waktu itu.

Sementara itu di Bushehr, ada sebuah gereja dari periode Qajar yang merupakan spesimen baik dari arsitektur Iran. Semua jendela adalah model setelah bangunan-bangunan Iran yang tua dan kaca-kaca berwarna adalah murni karya seni Iran.

Ada juga gereja-gereja lain di Ourumieh, di dusun sekitar Arasbaran, Ardabil, Maragheh, Naqadeh, Qazvin, Hameadan, Khuzestan, Chaharmahal, Arak, di utara desa Vanak lama di Teheran, dll. Gereja-gereja ini, meskipun semuanya ditinggalkan dan memiliki sedikit nilai artistiknya.

Referensi

1.____________. Is The Theology Of The Church Of The East Nestorian? “Orthodoxy and Catholicity in the Syriac Tradition with Special Attention to the Theology of the Church of the East in the Sasanian Empire” 24-29 June 1994. Holy Apostolic Catholic Assyrian Church of the East Commission on Inter-Church Relations and Education Development. Copyright 2002 Assyrian Church of the East. All rights reserved.

2. ____________. Iranian Visual Arts. Iranian Monuments. Historical Churches in Iran. Copyright © 2001-2011 Iran Chamber Society. http://www.iranchamber.com

3. Episkop Timothy Ware (Penterjemah : Arkhimandrit Daniel Bambang PhD). Mari Mengenal Kekristenan Timur. Sejarah Gereja Orthodox. Satya Widya Graha. 2001.

4. Fr. Marc Dunaway. (Editor Rm. Arkhimandrit Daniel Bambang). Apakah Gereja Orthodox Itu? Suatu Gambaran Singkat Tentang Iman Orthodox. Satya Widya Graha. Jakarta. 2001.

5. Rev John H Erickson, Dean. Beyond Dialogue: The Quest for Eastern and Oriental Orthodox Unity Today. Symposium on 1700th Anniversary of Christian Armenia. St. Vladimir’s Orthodox Theological Seminary. October 27-28, 2000. http://www.svots.edu.

6. From Wikipedia, the free encyclopedia: Iran, Armenian Catholic Patriarchs, Armenian Apostolic Church, Catholicoi of the Holy See of St. Etschmiadzin and All Armenians, Catholicoses and Patriarchs of Babylon and Ur of the Chaldees for the Chaldeans, Assyrian Church of the East.

7. Dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN