Senin, 23 Mei 2011

Gereja-gereja Orthodox di Iran pada Masa Kekaisaran Parthia hingga Masa Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi

Oleh:
Presbiter Rm. Kirill J.S.L.
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I. Iran (Persia) dan Gereja-Gereja Orthodox yang Apostolik

Iran (atau Persia) (bahasa Persia: ایران) adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri, negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi [Shah/Raja Iran (bahasa Farsi: پهلوی محمدرضا Moḥammad Rez̤ā Pahlavī) (lahir di Tehran, Iran, 26 Oktober 1919 – meninggal di Kairo, Mesir, 27 Juli 1980 pada umur 60 tahun), yang menyebut dirinya Yang Mulia Baginda, dan memegang gelar kerajaan Shahanshah (Raja segala raja), dan Aryamehr (Terang bangsa Arya), adalah kaisar Iran dari 16 September 1941 hingga Revolusi Iran pada 11 Februari 1979. Ia adalah kaisar kedua dari Dinasti Pahlavi and Shah terakhir dari monarki Iran] mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah Bangsa Arya".

Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.

Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini (lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun) mendirikan sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran.

Dalam sejarahnya Iran (Persia) dibagi atas:

1.1 Sejarah awal, Kekaisaran Media dan Kekaisaran Achaemenid (3200 SM – 330 SM)
1.2 Kekaisaran Iran Ketiga: Kekaisaran Parthia (248 SM – 224 M)
1.3 Kekaisaran Iran Keempat: Kekaisaran Sassania (226–651)
1.4 Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia (700–1400)
1.5 Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi dan Iran Modern (1501 – 1979)
1.6 Revolusi Islam dan Perang Iran-Irak (1979-88)

Di Iran (Persia) sejak masa Kekaisaran Iran Ketiga: Kekaisaran Parthia sudah ada Gereja Orthodox yang dikenal sebagai Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian disebut juga Gereja Assyria Timur yang Kudus, Katolik dan Apostolik (Bhs. Syriac: ܥܕܬܐ ܩܕܝܫܬܐ ܘܫܠܝܚܝܬܐ ܩܬܘܠܝܩܝ ܕܡܕܢܚܐ ܕܐܬܘܪ̈ܝܐ) (‘Ittā Qaddishtā wa-Shlikhāitā Qattoliqi d-Madnĕkhā d-Āturāyē) (Arab: كنيسة المشرق الاشورية الرسولية الجاثلقية المقدسة), adalah Gereja Kristen yang berasal Takhta Suci Babilon yang didirikan oleh St. Thomas Sang Rasul (antara tahun 33-77 Masehi). Beberapa orang menamakan Gereja Orthodox Assyria. Di Barat dikenal secara tidak tepat sebagai Gereja Nestorian. Mereka berasal dari orang-orang Kristen dari Gereja Syria Timur yang tinggal di wilayah Kerajaan Persia. Mereka menerima ajaran Injil dari Rasul Mar Thoma Shilkha (St. Thomas Sang Rasul - th. 33-77) dan Mar Addai, (St. Thaddeus Sang Rasul, salah satu dari ketujuh puluh Utusan - th. 33-66), salah satu dari ke 70 Utusan (Lukas 10:17) yang mengabarkan Injil ke Mesopotamia antara tahun 33-66 Masehi.

Gereja Assyria Timur ini banyak mengalami penderitaan yang dialaminya sejak dari masa para Shah Persia, Arab Muslim, para Khan Mongolia hingga jaman modern ini, sehingga Gereja Assyria Timur dikenal oleh para sarjana dan ahli sejarah sebagai “Gereja Para Martir” (“The martyrs’ church”) karena tidak sebuah Gerejapun mengalami penderitaan sebanyak kemartiran Kekristenan Gereja Assyria Timur ini.

Kadang-kadang Gereja Assyria diasosiasikan dengan Gereja Nestorian, yaitu yang melangsungkan ajaran Nestorius, Patriarkh Konstantinopel (kira-kira 386– 451) yang dipecat tahun 431 M, walaupun data paling akhir tidak sepakat dengan dugaan ini. Ajaran mereka sebenarnya tak sejauh bidat Nestorianisme yang dituduhkan pada mereka, dan praktek-praktek mereka tak beda dengan praktek-praktek Gereja Orthodox lainnya. Dalam segi aqidah (ajaran), ibadah dan mu’amallah (praktek kehidupan dan kemasyarakatan) Gereja Nestorian ini tidak berbeda secara hakiki dengan Gereja Orthodox lainnya, kecuali dalam hal Kristologi mereka. Itupun sekarang sedang dalam dialog dengan Gereja Orthodox Kalsedon Antiokhia, Syria, maupun Gereja Yakobit (Non Kalsedon), dan bahkan dengan Gereja Katolik Roma. Sehingga ada beberapa sarjana modern yang menyebut mereka sebagai Gereja Orthodox pre-Efesus/pre-Kalsedonian.

Selain ini di Iran juga ada Gereja Orthodox Apostolik Armenia (Bahasa Armenia: Հայ Առաքելական Եկեղեցի) pada masa Islam Syi'ah, yaitu pada masa Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi. Gereja Orthodox Apostolik Armenia adalah Gereja Nasional tertua di dunia dan satu dari komunitas Kristen Purba. Pengenalan iman Kristen yang paling awal ke Armenia adalah pada abad, ketika pewartaan pertama oleh dua Rasul Yesus, St. Thaddeus (43-66) (bahasa Armenia: Թադէոս [tʰɑdɛos] Tadeos, atau (bentuk pendek) Թադէ [tʰɑdɛ] Tadeh) dan St. Bartolomeus (60-68) (bahasa Armenia: Բարթողիմէոս [pʰɑɾtʰoʁimɛjos]). Gereja Apostolik Armenia berdiri sejak karya para Rasul itu. Gereja Armenia adalah salah satu dari Gereja-Gereja yang disebut Monofisit, atau atau pada masa kini akibat hubungan-hubungan ekumenis, untuk menghormati mereka disebut sebagai Gereja-Gereja Oriental Orthodox, atau Gereja-Gereja Timur Alur Kecil, atau Gereja-Gereja Orthodox Non-Kalsedonia.

Ikon Kebangkitan dari Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian dari Alkitab bahasa Syria abad 13, biara Al-Za'faran – Turkey

Ikon Gereja Assyria Timur atau Gereja Nestorian Mor Afrem Suryoyo (St. Efraim dari Syria)(306 - 373 A.D.)


Banyak orang beranggapan Gereja Orthodox bukan satu, seperti yang dibesar-besarkan adalah perbedaan Orthodox pre-Kalsedonian, Non-Kalsedonian, dan Kalsedonian. Peneliti-peneliti yang hanya tertarik melihat perbedaan kecil sering hanya terpaku dengan data-data minor untuk membenarkan posisinya yang pada kenyataannya tidak seperti itu. Orthodoxia bagaimanapun harus dilihat secara menyeluruh sebagai yang menjaga tradisi rasuliyah dan Kredo Nikea-Konstantinopel. Sebaliknya heterodoxia (kaum heretik/bidat) adalah keluar dari iman Nikea-Konstantinopel tersebut. Tradisi pre-Kalsedonian (Gereja Assyria Timur/Nestorian) dengan tradisi Kalsedonian (Gereja Orthodox Timur, yaitu Eastern Orthodox Church) dan tradisi non Kalsedonian (Monofisit, Oriental Orthodox Church) tidak jauh berbeda karena keduanya memegang iman yang sama, sebab pada tahun 410 M, Gereja Assyria (pre-Kalsedonian) yang tidak hadir pada Konsili Ekumenis Nikea 325 dan Konstantinopel 381, oleh desakan Uskup-uskup Syria telah meratifikasi Kredo Nikea sehingga sudah masuk dalam Orthodoxia. Sebaliknya perbedaan antara Orthodox non-Kalsedonian (Orthodox Oriental/Monofisit) dan Kalsedonian (Eastern Orthodox Church), jelas tidak ada karena kedua tradisi itu sama-sama hadir di 3 Konsili pertama. Contohnya di Gereja Orthodox non Kalsedonian Syria, Koptik Mesir, Gereja Apostolik Armenia, maupun Gereja Orthodox Tewahedo Ethiopia, Afrika, terdapat juga penggunaan ikon-ikon yang berarti mengakui Kemanusiaan Firman Allah, sebagaimana yang telah diputuskan oleh Konsili Ekumenis Kalsedon dan dikuatkan oleh Konsili Ekumenis Nikea II 787 M.

II. Gereja-gereja Orthodox Armenia di Iran pada Masa Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia hingga Masa Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi

Mayoritas gereja-gereja di Iran yang memiliki nilai sejarah dan artistik dibangun sekitar abad ke delapan atau abad ke 14 AH (Latin: Anno Hegirae (pada tahun Hijriah); Indonesia: Kalender Hijriah; Arab: التقويم الهجري‎; at-taqwīm al-hijrī; Persia: تقویم هجری قمری ‎ taqvim-e hejri-ye qamari; Kurdi: Salnameya Hicrî; Turki: Hicri Takvim; Urdu: اسلامی تقویم Islami taqwīm; Malay: Takwim Hijrah), dan periode sesudahnya. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa tidak ada gereja-gereja yang ada di negara sebelum periode tersebut.

Selama masa pemerintahan Shah Abbas I Agung (1587 – 1629), raja Safawi (Kesultanan Safavid, 1502 - 1736), kebijakan cerdas itu menyebabkan sejumlah besar orang Armenia dari Armenia dan Azarbaijan untuk berpindah dan menetap di Esfahan dan daerah lain di Iran. Sebuah tempat disebut Jolfa dibangun di tepi Sungai Zayande-Rud di Esfahan dan menjadi tempat tinggal orang-orang bermigrasi ini. Akibatnya, gereja-gereja didirikan di kota itu. Sementara itu, setelah selang waktu yang singkat, beberapa orang Armenia pindah ke Gilan dan beberapa tinggal di Shiraz.

Gereja Beit-ol Lahm (Bethlehem) di Esfahan, Iran

Setelah kematian Shah Abbas Pertama, penggantinya, Shah Abbas Kedua (1642 - 1667), juga memberikan perhatian dekat dengan kesejahteraan orang-orang Armenia dan gereja-gereja lebih banyak didirikan di Jolfa.

Masuknya banyak orang Eropa selama masa pemerintahan dinasti Qajar (1794-1925) menyebabkan berkembangnya gereja-gereja lain, selain yang dibangun sebelumnya. Sejumlah bangunan-bangunan tersebut telah berlangsung dan mempunyai arti arsitektural dan artistik yang signifikan.

Azarbaijan adalah tuan rumah gereja-gereja tertua di Iran. Di antaranya yang paling signifikan adalah Tatavous Vank (Katedral St Tatavous), yang juga disebut Ghara Kelissa (biara hitam). Ini terletak di Siahcheshmeh (Ghara-Eini) batas wilayah selatan Makou. Ada juga gereja yang dikenal sebagai Santo Stepanous, yang berdiri pada 24 kilometer dari selatan kota Jolfa Azarbaijan.

Umumnya, setiap gereja memiliki aula besar untuk shalat jamaah (sembahyang harian umat); bagian terdahulunya dinaikkan seperti panggung, dihiasi dengan ikon-ikon atau gambar tokoh-tokoh agama dan juga berfungsi sebagai altar. Di sini, lilin-lilin yang dinyalakan dan ibadah Khidmat al-Quddus (Liturgi Suci) atau ibadah gereja adalah dilakukan oleh imam. Pada latar depan adalah jemaat melakukan sholat yang menghadap podium/panggung dimana imam memimpin ibadah di gereja, ini mirip dengan praktek kaum Muslim bershalat menghadap ke ceruk/relung di dalam masjid. Sementara liturgi yang sedang dilakukan, jemaah berdiri, berlutut, atau duduk, tergantung pada apa yang harus dilakukan dalam ibadah.

Struktur gereja-gereja di Iran mengikuti kurang lebih pola arsitektur Iran, atau mereka adalah campuran desain konstruksi Iran dan non-Iran.

III. Gereja-gereja Orthodox Bersejarah di Iran

1. Gereja Santo Stepanous

Ini adalah gereja tua lain yang terletak pada sebelah barat persimpangan dari jalan raya Marand-Jolfa dan timur dari jalan Khoy-Jolfa. Juga memiliki kubah piramida, itu, meskipun demikian, cukup indah dan jauh lebih menyenangkan untuk dilihat daripada gereja Santo Tatavous.

Gereja Santo Stephanos di Azarbaijan, Iran

Struktur umum kebanyakan menyerupai arsitektur Armenia dan Georgia dan bagian dalam bangunan ini dihiasi dengan lukisan yang indah oleh Honatanian, seorang seniman terkenal Armenia. Hayk Ajimian, seorang sarjana Armenia dan sejarawan, mencatat bahwa gereja itu awalnya dibangun pada abad kesembilan Masehi, tetapi dbangun-ulang akibat gempa bumi di Azarbaijan yang mengikis habis struktur sebelumnya. Gereja itu dibangun pada masa pemerintahan Syah Abbas Kedua.

2. Gereja Santa Maria di Tabriz:

Gereja ini dibangun pada abad keenam AH (abad ke-12 AD) dan dalam catatan perjalanannya, Marco Polo (lahir 15 September 1254 – meninggal 8 Januari 1324 pada umur 69 tahun), penjelajah terkenal Venesia, Itali, yang hidup pada abad ke delapan AH (abad ke-14 AD), menyebut gereja ini dalam perjalanannya ke China. Selama beberapa tahun lamanya, gereja Santa Maria melayani sebagai pusat Keuskupan Agung dari Armenia Azarbaijan. Gereja ini merupakan suatu bangunan besar yang dibangun indah dan megahnya, dengan bangunan ruang tambahan berbeda membentang di area yang luas. Sebuah dewan persahabatan Armenia mengatur agar gereja dihadiri dengan baik.

Selain dari tiga gereja di atas, ada gereja-gereja lain di Azarbaijan seperti gereja tua yang dibangun pada abad ke delapan AH di desa Modjanbar, yang terletak sekitar 50 kilometer dari Tabriz. Satu gereja lagi adalah gereja besar Santo Sarkis, terletak di Khoy, bangunan ini telah selamat dari masa Shah Abbas yang Kedua (abad ke-12 AH). Selama masa pemerintahan raja Safawi dikatakan, bangunan besar lain yang disebut gereja Santo Gevorg (Santo Georgius atau Jurjis) dibangun, menggunakan batu marmer dan dirancang dengan kubah besar, di desa Haft Van dekat Shapur (Salmas). Sebuah gereja, juga dengan kubah sangat besar, juga berdiri di desa Derishk di sekitar Shapur, di Azarbaij

3. Monasteri/Biara Santo Tatavous atau Ghara Kelissa:

Awalnya, gereja ini terdiri dari sebuah ruang kecil dengan kubah berbentuk piramida di bagian atas dan 12 celah-celah mirip dengan bangunan berbentuk kubah Islam dari era Mongol. Perbedaannya adalah bahwa kubah gereja terbuat dari batu. Bagian utama dari struktur piramida diikuti arsitektur Bizantium (Romawi Timur), termasuk pinggiran horizontal dan paralel terbuat dari batu-batu putih dan hitam pada interior dan batu-batu hitam pada bagian yang menghadap eksterior.

Gereja Santa Maria di Jolfa Square di Esfehan, Iran

Karena fasad (bagian muka gedung) didominasi oleh batu-batu hitam, gereja itu sebelumnya disebut Ghara Kelissa (atau biara hitam) oleh penduduk asli. Selama masa pemerintahan penguasa Qajar, Fath'Ali Shah (1797 – 1834), struktur baru yang ditambahkan ke gereja Santo Tatavous atas pemerintah Abbas Mirza (26 Agustus 1789 – 25 Oktober 1833), putra mahkota, dan gubernur Azarbaijan. Renovasi-renovasi mengakibatkan perluasan ruang sholat dan gereja tua kecil diubah menjadi panggung sholat, ruangan altar, ornamen-ornamen suci dan tempat dimana imam dapat memimpin shalat. Menara lonceng dan pintu masuk gereja yang terletak di salah satu sisi bangunan baru, tapi sayangnya, bagian ini masih belum selesai.

Sementara itu, karena pertempuran di perbatasan dan kerusuhan-kerusuhan politik lainnya di daerah tersebut selama periode selanjutnya, gereja itu ditinggalkan dan hancur. Beberapa perbaikan kecil telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Setiap tahun, selama musim khusus (di musim panas), banyak orang Armenia dari semua bagian dari Iran melakukan perjalanan ke situs ini untuk berdoa dan berziarah. Mereka datang dengan jip-jip atau truk-truk setelah melintasi sebuah bagian pegunungan yang sangat sulit medannya. Mereka berkumpul di sekitar gereja, tinggal selama beberapa hari dan melakukan upacara-upacara agama mereka. Untuk sisa tahun lainnya, gereja tetap sunyi di daerah terpencil.

Penambahan dibuat untuk gereja Santo Tatavous atas perintah Abbas Mirza terdiri dari gambar-gambar ikon timbul dari para rasul pada fasad dan dekorasi bunga-bunga, semak-semak, bentuk singa dan matahari dan arabesque (seni dekorasi artistik Islam), semua yang telah dilakukan oleh para pengrajin Iran. Arsitektur interior gereja adalah kombinasi dari rancangan desain Bizantium, Armenia dan Georgia. Selain gereja besar, kamar khusus telah dibangun di halaman untuk tempat tinggal para peziarah dan para pertapa eremit.

4. Gereja-gereja bersejarah di Jolfa dari Esfahan

Gereja bersejarah yang paling penting di Iran adalah katedral tua, sering disebut sebagai Vank (yang berarti "katedral" dalam bahasa Armenia). Bangunan besar ini dibangun pada masa pemerintahan Shah Abbas Pertama dan benar-benar mencerminkan arsitektur Iran. Katedral ini memiliki kubah bata dua lapis yang sangat mirip dengan yang dibangun oleh Safawi. Bagian dalam gereja yang dihiasi dengan lukisan-lukisan yang mulia dan indah dan karya-karya miniatur yang mewakili tradisi-tradisi alkitabiah dan ikon-ikon malaikat dan rasul, semua yang telah dilaksanakan dalam campuran gaya Iran dan Italia. Langit-langit dan dinding dilapisi dengan ubin dari zaman Safawi.

Pada sudut halaman besar katedral, kantor-kantor dan ruang-ruang telah dibangun untuk menampung tamu, uskup agung Esfahan dan pengiringnya, serta hirarki keagamaan Armenia lain yang penting di Iran. Kompleks gereja juga mencakup sebuah museum yang terletak di gedung terpisah. Museum ini menampilkan catatan-catatan sejarah dan relikwi-relikwi yang dilindungi, dan fatwa raja-raja Iran yang bertanggal kembali ke zaman Shah Abbas Pertama. Hal ini juga berisi koleksi menarik dari karya seni.

Gereja Beit-ol Lahm (Bethlehem) di Esfahan, Iran

Esfahan memiliki gereja-gereja bersejarah lain, yang paling penting adalah Gereja Beit-ol Lahm (Betlehem) di Nazar Avenue. Ada juga gereja Santa Maria di Jolfa Square dan gereja Yerevan di daerah Yerevan.

5. Gereja Armenia di Shiraz:

Gereja Armenia di Shiraz yang dinamakan: "Sare Jouye Aramaneh"

Di bagian timur Ghaani Avenue, di sebuah distrik yang disebut "Sare Jouye Aramaneh", sebuah bangunan yang menarik telah selamat dari era Shah Abbas Kedua. Struktur utamanya berdiri di tengah-tengah kebun -seperti sebuah kompleks dan terdiri dari ruang shalat dengan langit-langit datar yang tinggi dan beberapa sel mengapit dua sisi bangunan. Langit-langit yang dihiasi dengan lukisan-lukisan asli dari era Safawi dan sel-sel bersebelahan dihiasi dengan relung dan lengkungan dan cetakan plester, juga dalam gaya Safawi. Hal ini dianggap sebagai monumen bersejarah di Shiraz dan pasti layak dikunjungi.

6. Gereja Santo Simon di Shiraz:

Gereja ini adalah secara relatif penting, tetapi bukan gereja yang terlalu tua di Shiraz. Aula besar benar-benar dilakukan dalam gaya Iran sementara atap Romawi. Kubah seperti gentong kecil, banyak karya seni Iran dan kaca jendela mosaik menghiasi gereja.

Sementara itu, gereja lain yang disebut Kemuliaan Kristus, berdiri di Ghalat, 34 kilometer dari Shiraz. Bangunan ini telah selamat dari periode Qajar dan dikelilingi oleh taman-taman yang menawan.

7. Gereja Santo Tatavous, Teheran:

Bangunan besar ini terletak di distrik Chaleh Meidan, salah satu distrik tertua di Teheran. Ia berdiri di sebelah selatan Mausoleum Seyed Esmail, pada awal dari bagian utara dari apa yang disebut Jalan Armenia. Gereja tertua dari Teheran, itu dibangun pada masa pemerintahan raja Qajar, Fat′h Ali Shah. Bangunan ini memiliki atap berbentuk kubah dan empat ceruk, sebuah altar dan kursi khusus diperuntukkan bagi pemimpin agama Armenia atau uskup. Ruang depan menuju ke gereja berisi kuburan orang Kristen non-Iran terkemuka yang telah meninggal di Iran, dan di tengah halaman gereja, Gribaydof, duta besar Tsar di istana Fat′h Ali Shah, dan rekan-rekannya telah dibaringkan untuk beristirahat. Mereka dibunuh oleh pasukan revolusioner Teheran pada waktu itu.

Sementara itu di Bushehr, ada sebuah gereja dari periode Qajar yang merupakan spesimen baik dari arsitektur Iran. Semua jendela adalah model setelah bangunan-bangunan Iran yang tua dan kaca-kaca berwarna adalah murni karya seni Iran.

Ada juga gereja-gereja lain di Ourumieh, di dusun sekitar Arasbaran, Ardabil, Maragheh, Naqadeh, Qazvin, Hameadan, Khuzestan, Chaharmahal, Arak, di utara desa Vanak lama di Teheran, dll. Gereja-gereja ini, meskipun semuanya ditinggalkan dan memiliki sedikit nilai artistiknya.

Referensi

1.____________. Is The Theology Of The Church Of The East Nestorian? “Orthodoxy and Catholicity in the Syriac Tradition with Special Attention to the Theology of the Church of the East in the Sasanian Empire” 24-29 June 1994. Holy Apostolic Catholic Assyrian Church of the East Commission on Inter-Church Relations and Education Development. Copyright 2002 Assyrian Church of the East. All rights reserved.

2. ____________. Iranian Visual Arts. Iranian Monuments. Historical Churches in Iran. Copyright © 2001-2011 Iran Chamber Society. http://www.iranchamber.com

3. Episkop Timothy Ware (Penterjemah : Arkhimandrit Daniel Bambang PhD). Mari Mengenal Kekristenan Timur. Sejarah Gereja Orthodox. Satya Widya Graha. 2001.

4. Fr. Marc Dunaway. (Editor Rm. Arkhimandrit Daniel Bambang). Apakah Gereja Orthodox Itu? Suatu Gambaran Singkat Tentang Iman Orthodox. Satya Widya Graha. Jakarta. 2001.

5. Rev John H Erickson, Dean. Beyond Dialogue: The Quest for Eastern and Oriental Orthodox Unity Today. Symposium on 1700th Anniversary of Christian Armenia. St. Vladimir’s Orthodox Theological Seminary. October 27-28, 2000. http://www.svots.edu.

6. From Wikipedia, the free encyclopedia: Iran, Armenian Catholic Patriarchs, Armenian Apostolic Church, Catholicoi of the Holy See of St. Etschmiadzin and All Armenians, Catholicoses and Patriarchs of Babylon and Ur of the Chaldees for the Chaldeans, Assyrian Church of the East.

7. Dan lain-lain.

Rabu, 18 Mei 2011

Ruang Kadaver: Ingat yang Terakhir … Ingat yang Menghidupkan

⌣»̶► Kita boleh punya mobil yang sangat mewah
º◄:)►º Tetapi Kendaran terakhir hanyalah MOBIL JENASAH sewaan.

⌣»̶► Kita boleh punya tempat tidur ŷğ samgat empuk
º◄:)►º Tetapi terakhir hanya tidur ditepi kayu PETI MATI.

⌣»̶► Kita boleh punya rumah yang sangat mewah.
º◄:)►º Tetapi terakhir hanyalah menginap diKUBURAN dan kembali menjadi debu.

⌣»̶► Kita boleh punya gelar yang sangat hebat.
º◄:)►º Tetapi terakhir hanyalah bergelar ALMARHUM (alm).

⌣»̶► Kita boleh punya wajah yg ganteng/cantik,
º◄:)►º Tetapi terakhir hanyalah TENGKORAK

⌣»̶► Kita boleh punya handphone yg mahal/canggih,
º◄:)►º Tetapi terakhir alat komunikasi yg bisa menyelamatkan kita adalah DOA "

*FM*({})*FM* DOA adalah NAFAS YANG MENGHIDUPKAN

Minggu, 15 Mei 2011

SINAKSARION (Kisah Orang Kudus): St. Tarcisius, Sang Akolit (Putera Altar) dan Martir-Anak dari Ekaristi

Oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I. Biografi St. Tarcisius, Sang Akolit

St. Tarcisius (Tarsicius atau Tarsisius) (Italia dan Spanyol: San Tarsicio atau Tarcisio) adalah seorang martir dari Gereja Kristen awal yang hidup pada abad ke-3. St. Tarcisius adalah orang kudus Romawi Pra-Skisma yang dihormati oleh Gereja Orthodox dan Gereja Katolik Roma. Dia adalah Martir Kudus muda yang meninggal karena melindungi Sakramen Perjamuan Kudus pada masa awal Gereja sebelum Edik Milan (tahun 313).

Sedikit yang diketahui tentang dirinya berasal dari sebuah prasasti metrikal (“Damasi epigrammata”) oleh Paus St. Damasus I (Paus Gereja Roma Pra-Skisma ke-37, Oktober 366 – 11 Desember 384; orang Spanyol), yang menjadi Paus setidaknya satu abad kemudian. Tradisi ini secara positif ditegaskan oleh Damasus dan tidak diragukan lagi secara historis. Tidak diketahui pasti mengenai pribadi Sang Martir Ekaristi ini. Dia mungkin sudah Diakon, karena Damasus membandingkan dia dengan Rasul dan Diakon Agung St. Stefanus Sang Protomartir (Sang Matir Kristen Pertama; martir sekitar tahun 35 M).

Dalam “Penderitaan dari Paus Stefanus I (254 – 2 Agustus 257; orang Romawi)” (”Passion of Pope Stephen”), yang ditulis pada abad keenam, Tarcisius dikatakan menjadi Akolit (Putera Altar) dari Paus sendiri dan, jika demikian, ini menjelaskan penghormatan agung di mana ia ditahan dan alasan mengapa ia dipilih untuk sebuah misi sulit. Penambahan ini, bagaimanapun, adalah didasarkan pada puisi Damasus tersebut. Jelaslah bahwa kematian martir ini terjadi di salah satu penganiayaan yang terjadi antara pertengahan abad ketiga dan awal keempat.

Tarcisius adalah Akolit berumur dua belas tahun selama masa penganiayaan Romawi yang dahsyat dari abad ketiga, mungkin selama pemerintahan Kaisar Valerianus (253–260). St. Tarcisius juga dianggap sebagai Diakon karena tugas Diakon-lah membagikan Sakramen Ekaristi Kudus pada kesempatan-kesempatan khusus serta mengantar Sakramen Perjamuan Kudus dari gereja ke gereja.

Setiap hari, dari tempat pertemuan rahasia di katakombe di mana orang-orang Kristen berkumpul untuk merayakan Liturgi Suci (Misa Kudus), seorang Diakon akan dikirim ke penjara untuk membawa Ekaristi untuk orang-orang Kristen yang dihukum mati. Pada suatu saat, tidak ada Diakon untuk dikirim dan dengan demikian St Tarcisius, seorang Akolit, dikirim membawa "Misteri-misteri Kudus" (Sakramen Perjamuan Kudus) bagi mereka di penjara.

Dalam perjalanan, ia dihentikan oleh anak-anak laki yang seusia dirinya sendiri, yang tidak beragama Kristen tapi mengenal dia sebagai kawan bermain dan pecinta permainan-permainan. Dia diminta untuk bergabung dengan permainan-permainan mereka, tapi kali ini ia menolak dan kerumunan anak laki-laki menyadari bahwa dia membawa sesuatu. Entah bagaimana, ia juga dikenali sebagai seorang Kristen, dan gang kecil anak laki-laki itu ingin sekali melihat "Misteri-Misteri" Kristen. Ia tidak rela membiarkan Sakramen Perjamuan Kudus dipermainkan dan dimusnahkan oleh para berandal itu, oleh karenanya ia berkelahi dengan mereka. Ia lebih suka mati di tangan massa daripada menyerahkan kepada mereka Sakramen Mahakudus, yang ia bawa. Kumpulan orang banyak itu menjadi massa beringas-tak terkendali dan berbalik pada Tarcisius dengan kalap dan marah. Ia terjatuh dibawah pukulan-pukulan banyak orang, dan diyakini bahwa seorang teman Kristen berhasil melepaskan diri dari massa dan menyelamatkan sang Akolit muda. Tubuh hancur dari Tarcisius dibawa kembali ke katakombe, namun anak itu meninggal dalam perjalanan akibat luka-lukanya.

II. Kisah St. Tarcisius, Sang Akolit

Sebagai perbandingan Paus Damasus I membandingkan dia dengan St Stefanus, yang dilempari batu sampai mati, ini mungkin menjadi cara akhir hidupnya. Kisahnya adalah sangat diperluas oleh Kardinal Nicholas Patrick Stephen Wiseman (1802–1865), Uskup Agung pertama Westminster pada pembentukan kembali hirarki Katolik Roma di Inggris dan Wales pada tahun 1850, yang menggambarkan dia sebagai Akolit (putera Altar) muda di novelnya Fabiola, atau Gereja di Katakombe (Fabiola or The Church of the Catacombs). Melalui karya ini, kisahnya kemudian menjadi dikenal secara luas:

Pada masa itu, Kekristenan mengalami penindasan oleh para pagan. Banyak dari orang Kristen yang dibunuh, ada yang diracun, maupun diumpankan kepada singa di Colloseum. Untuk menghindari para pagan, kaum Kristiani membuat jalur-jalur dan ruang-ruang bawah tanah, yang disebut Katakombe. Di tempat ini mereka mengadakan ibadah Liturgi Suci, di mana setiap orang Kristiani menerima Perjamuan Kudus dan juga menerima petunjuk dari uskup dan Imamnya. Pada saat itu, para tawanan Kristen merindukan menerima Perjamuan Kudus, sehingga mereka menyampaikan pesan kepada uskupnya agar mereka dapat menerimanya. Setelah usukupnya mendengar, lalu dipikirkan siapa yang akan membawanya. Para uskup dan Imam jelas tidak bisa, karena resikonya mereka dapat ditangkap dan dipenjarakan; juga banyak dari orang-orang Kristen yang ada. Ketika itu, seorang anak yatim-piatu bernama Tarcisius, berlutut dekat kaki uskup dan memohon agar ia diperbolehkan membawanya. “Aku masih kecil, orang-orang pagan akan berpikir bahwa aku hanyalah anak kecil pengantar pesan, dan membiarkan aku lewat.”

Di jalan, Tarcisius bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Mereka akan memulai permainan, namun membutuhkan satu orang lagi agar jumlahnya genap. Ketika dilihatnya oleh mereka Tarcisius yang sedang berjalan, mereka mengajaknya untuk bermain. Tarcisius menolaknya, berkata bahwa ia sedang membawa suatu pesan penting. Anak-anak itu, yang melihat Tarcisius membawa sesuatu, mencoba merebutnya. “Dia orang Kristen. Dia menyembunyikan sesuatu misteri Kristen padanya”. Mereka menendang, memukul, berusaha sekuat tenaga untuk merebut yang ia lindungi, namun tangan kecil itu tetap tak bergerak, tangan itu begitu kerasnya memegang erat apa yang ia bawa dengan penuh kepercayaan. Sepertinya ia mendapat kekuatan yang begitu kuat sehingga dapat menahankan semua serangan itu. Pemandangan itu menarik perhatian orang-orang yang lewat, mereka menanyakan apa yang terjadi. Mengetahui bahwa Tarcisius adalah seorang Kristen, melayanglah pukulan dan serangan kepada anak kecil itu.

Lalu datanglah seorang prajurit, Quadratus, memisahkan gerombolan itu. Quadratus juga seoarng Kristen, Tarcisius mengenalinya karena mereka sering bertemu di katakombe. Ia menyerahkan Sakramen Mahakudus kepada Quadratus, dan dalam senyum kemartirannya ia pun meninggal.

Quadratus lalu membawanya ke pemakaman Santo Callistus, di mana ia dibaringkan di tengah kekaguman kaum beriman lainnya yang lebih tua, dan di kemudian hari Paus Damasus yang suci memberikan epitaph kepadanya, di mana tak seorang pun yang membaca tak dapat menarik kesimpulan bahwa kepercayaan terhadap kehadiran sejati Tubuh Tuhan kita dalam Sakramen Kudus waktu itu adalah sama seperti yang dipercayai Gereja sekarang.

Dia awalnya dimakamkan di Katakombe San Callisto [Paus St. Calixtus I atau St Kalistus I (217 – 222; orang Romawi)] yang terletak di Via Appia, dan sebuah prasasti oleh Damasus kemudian diletakkan di atas makamnya. Di abad keempat Paus Damasus I memahatkan tanggal kematiannya, 15 Agustus 257. Pada abad ketujuh jenazahnya disemayamkan dimakam yang sama dengan Paus St. Zephyrinus (199 – 217; orang Romawi); menurut Willpert mereka dibaringkan di kubah kuburan di atas tanah (trichora cella) yang letaknya ke arah barat di atas katakombe St Kalistus. Tetapi sekarang relikwinya disemayamkan di gereja San Silvestro di Capite di Roma.

III. Pesta Peringatan, Pelindung para Akolit dan Kasih Sang Martir-Anak dari Ekaristi

Pada Gereja Orthodox, pesta peringatan St Tarcisius jatuh pada Pesta Wafat Sang Theotokos, Bunda Maria Tersuci dan Yang Selalu Perawan (The Dormition of Our Most Holy Lady the Theotokos and Ever-Virgin Mary) pada setiap tanggal 15/28 Agustus (Kalender Baru Gregorian/ Kalender Lama Yulianus). Sedang Gereja Katolik Roma merayakan pesta peringatannya pada tanggal 15 Agustus, namun sejak hari itu ditempati oleh hari Pesta Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, ia tidak disebutkan dalam Kalender Romawi Umum, tetapi hanya di Martirologi Romawi.

Ikon Martir Suci Romawi, Akolit St. Tarsicius. Pesta: 15 Agustus. Ikon dilukis oleh: Aidan Hart, Patriarkat Konstantinopel, Gereja Orthodox Inggris.


Dia adalah santo pelindung Putera Altar dan para penerima komuni pertama. Tarcisius, salah satu santo pelindung dari para Putera Altar, selalu menjadi contoh dari keberanian, ketaatan dan pengabdian kaum muda, dan kisahnya adalah salah satu yang diceritakan berulang kali untuk mendorong orang lain bagi sebuah kepahlawanan dalam penderitaan karena iman mereka.

Dalam litani para martir dalam Gereja Katolik Roma, Santo Tarcisius disebut sebagai “pemuda dengan teladan yang baik serta pembela Iman yang berani”. Bahkan pada usia yang amat belia (12 tahun), Tarcisius telah menyadari taruhannya akan Iman. Ia sadar sepenuhnya akan apa yang sedang ia bawa. Yesus mati untuk cinta, seperti yang diberikan oleh Tarcisius; maka demikian juga Tarcisius tidak ragu-ragu untuk mati demi cinta Yesus kepadanya. Mati untuk Yesus, menyerahkan diri kepada Tuhan, dapat dilakukan siapa saja, kapan saja di mana saja. Kecintaan kepada Allah tidak perlu menunggu untuk sesuatu perbuatan besar, yang menimbulkan kemasyhuran. Bahkan dalam perbuatan yang sederhana itupun tersimpanlah kemegahan para martir. Tarcisius berbangga dalam keteguhannya akan iman.

Maka demikianlah seperti yang tertulis dalam Injil:

“maiorem hac dilectionem nemo habet ut anImam suam quis ponat pro amicis suis” (Evangelium secundum Ioannem 15:13)

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 15:13)

Tarcisius menyerahkan nyawanya demi Sahabatnya, sama seperti dulu yang Yesus lakukan demi sahabat-sahabat-Nya. Ia melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya demi apa yang ia percayai, demi orang yang ia cintai. Suatu perbuatan, sesederhana apapun, asal dilakukan dengan hati yang tulus, memberikan kepuasan dan ketenangan dalam jiwa. Mungkin Tarcisius mati dalam raga, namun yang pasti jiwanya abadi, teladannya abadi.

IV. Teks Puisi oleh Paus St. Damasus

Pada abad keempat, Paus St Damasus (366-384) menulis puisi tentang St Tarcisius "Martir-Anak dari Ekaristi". Satu-satunya informasi positif mengenai Sang Martir Romawi ini ditemukan dalam puisi yang disusun untuk menghormatinya oleh Paus Damasus ("Damasi epigrammata", ed IHM, 14.). Dalam baris-baris puisi ini Damasus membandingkan Tarsicius dengan protomartir Stefanus: sama seperti yang belakangan dilempari batu oleh orang-orang Yudea begitu juga Tarsicius, membawa Sakramen Mahakudus, diserang oleh gerombolan berandal kafir, dan ia menderita dan mengalami kematian akibat kekerasan di tangan massa daripada menyerahkan Tubuh Suci Kristus untuk anjing-anjing liar: “Ketika segerombolan anak jahat melibatkan diri mereka kepada Tarcisius yang sedang membawa Ekaristi, bermaksud untuk mencemarkan Sakramen itu, anak laki-laki itu memilih menyerahkan hidupnya daripada menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing-anjing liar itu”. Puisi Latin, disusun oleh Damasus dan satu-satunya bukti sejarah positif pada Tarcisius, tertulis seperti ini:

Par meritum, quicumque legis, cognosce duorum,
quis Damasus rector titulos post praemia reddit.
Iudaicus populus Stephanum meliora monentem
perculerat saxis, tulerat qui ex hoste tropaeum,
martyrium primus rapuit leuita fidelis.
Tarsicium sanctum Christi sacramenta gerentem
cum male sana manus premeret uulgare profanis,
ipse anImam potius uoluit dimittere caesus
prodere quam canibus rabidis caelestia membra.


(Damasi Epigrammata, Maximilian Ihm, 1895, n. 14)

Equal merit, to all who gather, then hear me of two people,
Damasus, who, after the titles of the ruler of the rewards of pays it back.
Stephen, the Jewish people better warning,
he had stricken with stones, to those who had taken a trophy from the enemy,
he seized his martyrdom was the first deacon faithful.
Tarsicium wearing the holy sacraments of Christ
since he badly he should press the heal the hands of the profane vulgarize the promotion,
rather, he will save he wanted to put away cut to pieces
to betray it to the dogs than the members of the heavenly rabid.

(Epigrams of Damasus, Maximilian Ihm, 1895,, n. 14)

"Ketika sebuah kelompok jahat fanatik melempari diri Tarcisius
yang membawa Ekaristi,
ingin Sakramen itu tak dicemarkan, anak laki-laki itu lebih suka
memberikan nyawanya daripada memberikan
Tubuh Kristus kepada para anjing liar."

(Kutipan dari sebuah puisi pujian yang disusun oleh St Damasus (sekitar 384), dalam Damasi Epigrammata, Maximilian Ihm, 1895, n. 14)

Renungan:

Hanya seorang anak laki-laki bisa menjadi orang-orang kudus, dan kaum muda tidak ada hambatan untuk mencapai kekudusan. Panggilan untuk kekudusan dimulai pada baptisan, dan kita tidak harus menunggu usia tua dan rambut abu-abu untuk melayani Allah. Para orang kudus muda memberitahu kita sesuatu tentang kesucian, dan contoh mereka adalah terutama bercahaya karena mereka mendedikasikan hidup masa muda mereka kepada Allah.

“ St. St Tarcisius, Akolit dan Martir-Anak dari Ekaristi, doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin! “

Referensi

1. All-Merciful Savior Orthodox Mission. Home of the Western Saints Icon Project & Liturgical Texts Project. Protection of the Holy Mother of God Russian Orthodox Church, Austin, Texas. Церковь Покрова Пресвятой Богородицы Русской Православной Церкви. Icon of St. Tarsicius, martyr, Icon: by the hand of Aidan Hart, Oecumenical Patriarchate, UK. http://www.allmercifulsavior.com

2. CatholicBridge.com. Building Bridges - Healing Division. Is Jesus Present in the Eucharist (Bread). Why can't Protestants receive Communion? http://www.davidmacd.com

3. From Wikipedia, the free encyclopedia. Tarcisius. http://en.wikipedia.org/wiki/Tarcisius

4. Kirsch, Johann Peter. "St. Tarsicius." The Catholic Encyclopedia. Vol. 14. New York: Robert Appleton Company, 1912. 27 Jan. 2011
5. Museum of Learning. Explore a Virtual Museum of Knowledge. Tarcisius: Text Of The Poem By Damasus. http://www.museumstuff.com

6. New Advent. Catholic Encyclopedia. St. Tarsicius: http://www.newadvent.org

7. Rev. Clifford Stevens. St. Tarcisius. Taken from "The One Year Book of Saints" by Rev. Clifford Stevens, published by Our Sunday Visitor Books, Huntington, IN 46750. EWTN. Global Catholic Network. http://www.ewtn.com

8. St. Tarcisius or Tarsicius is on Facebook: http://www.facebook.com/pages/St-Tarcisius-or Tarsicius/48252012615?v=info

Minggu, 08 Mei 2011

Paschal Epistle of Metropolitan Hilarion (Surat Paskah Vladyka Metropolitan Hilarion)

Diterjemahkan oleh:
Presbiter Rm. Kirill J.S.L.
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
Paroikia St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

I greet you, fellow archpastors, and dear in Christ fathers, brothers, and sisters, with the luminous, universal, and eternal triumph of Holy Pascha. Along with you, I cry out with all my heart: Truly Christ is Risen!

(Saya menyampaikan salam pada Anda, sesama para gembala agung, dan para romo, saudara, dan saudari, terkasih di dalam Kristus, dengan terang, semesta alam, kemenangan abadi Paskah Kudus. Seiring dengan Anda, saya berseru dengan segenap hati saya: Sungguh Kristus telah Bangkit!)

Vladyka Hilarion, Metropolitan Amerika Timur dan New York, Hierarkhi Pertama dari Gereja Orthodox Rusia di Luar Rusia


How much bright joy these words contain! They destroy all sorrows, disappointments, hardships, and privations, while bestowing consolation and blessings.

(Seberapa banyak terang sukacita yang terkandung dalam kata-kata ini! Kata-kata “Sungguh Kristus telah Bangkit!” menghancurkan semua kesedihan, kekecewaan, kesulitan, dan penderitaan, sementara menganugerahkan penghiburan dan berkat-berkat).

Christ is Risen! If Christ be not raised, your faith is vain, says the Apostle Paul; our hope in Christ would be to no purpose. But Christ is risen, thereby demonstrating that He is truly God, that the doctrine preached by Him is true, and that our faith is true. He promised His Apostles that He would suffer, die, and rise again on the third day – and His word was fulfilled. He arose in our human flesh, which means, according to His veritable promise, that we too will be resurrected at the time determined by Him. He is “the first-born from the dead,” as He is called in the Divine Liturgy of St. Basil the Great that is served on Sundays during Great Lent. And we who believe in Him will also arise and be with Him.

(Kristus telah Bangkit! Jika Kristus tidak dibangkitkan, iman Anda adalah sia-sia, kata Rasul Paulus, pengharapan kita dalam Kristus akan tanpa tujuan. Tetapi Kristus telah bangkit, dengan demikian menunjukkan bahwa Dia benar-benar Allah, bahwa ajaran yang diberitakan olehNya adalah benar, dan bahwa iman kita adalah benar. Dia berjanji pada para RasulNya bahwa Ia akan menderita, mati, dan bangkit lagi pada hari ketiga - dan firmanNya ini sudah digenapi. Dia telah bangkit dalam daging kemanusiaan kita, yang berarti, menurut janjiNya yang sebenar-benarnya, bahwa kita juga akan dibangkitkan pada waktu yang ditentukan olehNya. Dia adalah "yang sulung dari antara orang mati, anak sulung dari maut, agar Dia menjadi yang pertama yang bangkit dari kematian" sebagaimana Ia disebut dalam Liturgi Suci St Basilius yang Agung yang dilayankan pada hari Minggu selama Masa Puasa Agung Catur Dasa. Dan kita yang percaya kepadaNya juga akan dibangkitkan dan berada bersamaNya).

None of our troubles or afflictions, neither sorrows nor the loss of loved ones, can overshadow the joy of the Resurrection of Christ. For our life is not here; here is but a temporary sojourn, a preparation for the real life, the life of eternal blessedness. There we will meet God, the saints, and all who were close to us. Celebrating “this chosen and holy day” of great joy in this earthly vale, let us recall the words of F. M. Dostoevsky who, while in exile in a labor camp, said: “I have not become despondent and low in spirit. Life is life everywhere: life is within us and not in externals. I am surrounded by people; to remain a man amongst men and to remain a Man forever, in whatever misfortune, not becoming despondent or falling into despair – this is what life is about, this is its goal.”

(Tak satu pun dari masalah-masalah atau penderitaan-penderitaan kita, baik dukacita maupun kehilangan orang yang dicintai, dapat menutupi sukacita Kebangkitan Kristus. Karena hidup kita bukan di sini, di sini hanyalah sebuah persinggahan sementara, sebuah persiapan untuk kehidupan yang sesungguhnya, kebahagiaan kehidupan kekal. Di sana kita akan bertemu Allah, orang-orang kudus, dan semua yang dekat dengan kita. Merayakan "hari terpilih dan kudus ini" karena sukacita besar di dunia ini, mari kita mengingat kata-kata Fyodor Mikhaylovich Dostoevsky yang, sementara di pengasingan di kamp kerja paksa, berkata: "Saya tidak menjadi putus asa dan kehilangan semangat. Hidup adalah hidup di mana-mana: hidup ada di dalam kita dan bukan tergantung dari keadaan luar. Saya dikelilingi oleh orang-orang, untuk tetap menjadi manusia di antara manusia lain dan untuk tetap menjadi Manusia selamanya, dalam kemalangan apapun, tidak menjadi putus asa atau jatuh dalam keputusasaan dan hilang harapan - ini adalah tentang apa hidup itu, ini adalah tujuan hidup itu").

May God, the Lover of Mankind Who arose on the third day, help the people of New Zealand and Japan, who continue to experience the terrible consequences of the disasters that have befallen them! May the joy of Pascha fortify and renew the inner strength of all us sinners, who are trying, each according to his strength, to follow Christ and to bear one’s cross!

(Semoga Allah, Pengasih umat Manusia yang bangkit pada hari ketiga, membantu orang-orang Selandia Baru dan Jepang, yang berlanjut mengalami dampak yang mengerikan dari bencana yang menimpa mereka! Semoga sukacita Paskah menguatkan dan memperbaharui kekuatan batin dari kita semua para pendosa, yang berusaha, masing-masing sesuai dengan kekuatannya, untuk mengikuti Kristus dan memikul salib dari kita masing-masing!)

May the Lord bless the work of the upcoming Council of Bishops, called upon to chart the future path of the saving ministry of our Russian Church Abroad! During these holy days, let us send up prayers to the Most Blessed Virgin Theotokos, our Hodigitria (Hodegetria (Greek: Οδηγήτρια, Russian: Одигитрия ; "She who shows the Way"), and to St. John, whose incorrupt relics rest in the Cathedral of the “Joy of All Who Sorrow” in San Francisco, that the Lord, Who is the Giver of Life, may pour out His grace-filled power on the Council of Bishops, that “all counsels be fulfilled,” by the grace and will of the Holy Spirit.

(Semoga Tuhan memberkati karya yang akan datang dari Konsili para Uskup, yang dipanggil untuk merencanakan jalan masa depan pelayanan keselamatan Gereja Orthodox Rusia di luar Negeri! Selama hari-hari kudus ini, mari kita menaikkan doa syafaat kepada Perawan yang Amat Sangat Terberkati Theotokos, Perawan Hodigitria (Hodegetria (Yunani: Οδηγήτρια, Rusia: Одигитрия ; "She who shows the Way", “Ia yang menunjukkan Jalan”) kita, dan kepada St. Yohanes, yang relikwinya sepenuhnya utuh beristirahat di Katedral dari "Sukacita dari Semua yang Berdukacita" di San Francisco, bahwa Tuhan, yang adalah Pemberi Kehidupan, semoga mencurahkan kuasa-Nya yang penuh rahmat pada Konsili para Uskup, bahwa "semua nasihat harus digenapi," oleh kasih karunia dan kehendak Roh Kudus.)

“My joy, Christ is risen!” This is how Saint Seraphim of Sarov would welcome all who came to him. So do I, a sinner, welcome each of you.

("Sukacitaku, Kristus telah bangkit!" Ini adalah bagaimana Santo Serafim dari Sarov akan menyambut semua orang yang datang kepadanya. Begitu juga saya, orang berdosa, menyambut Anda masing-masing).

Christ has Truly Risen, fellow hierarchs, most honorable fathers, beloved in the Lord brothers and sisters!

(Sungguh, Kristus telah bangkit, sesama hierarkhi, para romo yang terhormat, saudara dan saudari terkasih dalam Tuhan!)

With Paschal joy in the Risen Christ, and asking your prayers,

+ Hilarion, Metropolitan of Eastern America and New York,
First Hierarch of the Russian Church Outside of Russia.
Pascha 2011

Dengan sukacita Paskah dalam Kebangkitan Kristus, dan memohon doa-doa Anda,

+ Hilarion, Metropolitan Amerika Timur dan New York,
Hierarkhi Pertama dari Gereja Orthodox Rusia di Luar Rusia.
Paskah 2011


Referensi

Paschal Epistle of Metropolitan Hilarion. St. Elizabeth the New Martyr, Russian Orthodox Church. 1703 Shull Street, West Columbia, SC 29169 (803) 600-0001. http://www.stelizabeth.net

Pesan Paskah Yang Mulia Kirill Patriarkh Moskow dan Seluruh Rusia

Diterjemahkan oleh:
Hieromonk Joachim
Monasteri St. Yohanes Pembaptis, Australia
Gereja Orthodox Rusia di Luar Rusia

Pesan Paskah Yang Mulia Kirill Patriarkh Moskow dan Seluruh Rusia, Kepada para Gembala Agung, Gembala, Kaum biarawan dan Segenap Anak-anak beriman Gereja Orthodox Rusia

Yang Mulia Kirill Patriarkh Moskow dan Seluruh Rusia

Yang terkasih di dalam Tuhan para Gembala Agung, Yang terhormat segenap imam dan diakon, para pencinta Allah Biarawan dan Biarawati, yang terkasih para saudara dan saudari!

Dari hati saya yang dipenuhi rasa syukur-terimakasih kepada Allah, saya menyatakan kepada anda sekalian berita besar dan yang menyelamatkan:

KRISTUS BANGKIT !

Setiap tahunnya Gereja mempersaksikan melalui seruan Paskah ini peristiwa penting semesta yang terjadi hampir dua ribu tahun yang lalu. Demikianlah terjadi bahwa pagi-pagi sekali para perempuan yang membawa mur datang ke kubur tempat Guru mereka dan melihat bahwa kubur kosong. Kuasa ilahi Kristus telah menang atas hukum kematian. Dia telah bangkit, yang mempersaksikan kepada segenap umat manusia bahwa kematian bukanlah akhir dari kehidupan, bahwa kematian dikalahkan oleh kuasa Allah.

Kebangkitan Kristus, sebagai peristiwa unik di dalam sejarah dunia, oleh maksud Allah menjadi permulaan dari kebangkitan pribadi kita sendiri. Untuk maksud inilah Sang Penyelamat datang ke dunia, menderita, disalibkan dan bangkit dari kubur supaya setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalani pengalaman kebangkitan dari yang mati, dan bukan dalam makna kiasan tetapi dalam makna langsung di dunia ini. Santo Paulus berbicara jelas tentang hal ini:
’Allah… akan juga membangkitkan kita dengan kuasaNya sendiri’ (1 Korintus 6:14).

Itulah sebabnya mengapa perayaan Paskah merupakan pesta kemenangan kehidupan atas kematian, karena melalui kebangkitan Kristus Sang Penyelamat kebangkitan dari yang mati telah dianugerahkan kepada kita semua. Dan apapun situasi-situasi sulit yang kita hadapi dalam kehidupan dunia kita, apapun cobaan-cobaan yang kita dapatkan, apapun ketakutan-ketakutan yang orang-orang coba tanamkan di dalam diri kita – karena mereka tak memiliki kekuatan rohani untuk melihat masa depan – pandangan kita akan dunia seharusnyalah tenang dan bersukacita, karena Kristus telah bangkit.

Perayaan Paskah di Rusia suci selalulah agung dan meriah. Dan sekarang dalam beberapa dekade belakangan ini perayaan Paskah telah kembali lagi ke banyak rumah dan keluarga-keluarga. Paskah juga sekarang dirayakan di tempat-tempat di mana sebelumnya tidak ada salam Paskah: di rumah-sakit-rumah-sakit, di lembaga-lembaga pemasyarakatan, di lingkungan tentara angkatan darat dan laut, dan bahkan di luar angkasa. Bahwa lebih jauh lagi daripada perubahan-perubahan lahiriah yang sedang terjadi sekarang di negeri-negeri dunia Rusia semoga bolehlah Allah menganugerahkan tercapainya kelahiran kembali yang sejati dari jiwa-jiwa kemanusiaan, bahwa sukacita kebangkitan Kristus boleh memenuhi setiap hati dari setiap kita sekalian, bahwa cahaya kasih ilahi boleh menghangatkan bukan saja keluarga-keluarga dan sahabat-sahabat kita tetapi juga menghangatkan mereka yang tak memiliki kesempatan berada di dalam gereja, mereka yang usia lanjut, sakit dan dalam kesendirian.

Melalui kebangkitan Kristus orang yang percaya mendapatkan kesempatan untuk berhubungan dengan kuasa rahmat yang diturunkan dari atas supaya ia boleh hidup di dalam kebenaran dan seturut perintah-perintah Allah: menjadi baik dan berbelaskasihan, jujur dan berniat-baik dalam hubungan-hubungannya dengan orang-orang, menjadi mampu berbagi dengan mereka baik di dalam suka maupun di dalam duka.

Sikap kristiani ini kepada sesama kita termasuk juga keprihatinan akan negeri sendiri, akan bangsa sendiri, dan akan keluarga dan rumahnya. Dalam mengkotbahkan prioritas nilai-nilai rohani yang kekal, Gereja menyeru anak-anaknya untuk bersikap bijaksana terhadap nilai-nilai sementara namun nyata dari dunia ini yang diciptakan Allah: terhadap lingkungan dan terhadap warisan kekayaan budaya kita yang telah terjadikan selama berabad-abad oleh para pendahulu kita. Menjadi penjaga-penjaga kekayaan-kekayaan dan tradisi-tradisi rohani Orthodox bermakna mengubah diri sendiri dan dunia batin diri secara aktif, dan juga bermakna menjaga keindahan dan keharmonisan dunia yang mengelilingi kita dan membangun keindahan dan keharmonisan itu ditempat-tempat di mana keindahan dan keharmonisan itu telah dihancurkan oleh kehendak buruk manusia. Hal ini merupakan panggilan dan tanggungjawab orang kristen.

Tuhan tidak menuntut dari kita ikhtiar-ikhtiar yang melampaui kekuatan kita. Ia menyeru ke jiwa setiap individu dan lagi dan lagi memanggil kita: ’Datanglah kepadaKu, wahai engkau sekalian yang bekerjakeras dan berbeban berat, dan Aku akan menganugerahkanmu istirahat. Ambillah pikulanKu bagimu, dan belajarlah dariKu; karena Aku lemahlembut dan rendah hati: dan jiwamu akan disegarkan. Karena mudahlah pikulanKu, dan bebanKu ringan’ (Matius 11:28-30). Untuk merasakan dan memahami betapa bagus dan ringannya beban yang Tuhan letakkan atas kita, kita harus belajar bagaimana berbuat baik kepada sesama kita dan kepada mereka yang jauh dari kita. Dalam proses belajar ini hanya langkah-langkah pertamalah yang sulit: untuk berhenti pada waktunya dan tidak menjawab kekasaran dengan kekasaran, kejahatan dengan kejahatan, kepalsuan dengan kepalsuan, kutukan dengan kutukan. Dan sekurang-kurangnya merasa senang sebagai hasil tindakan yang benar dan jujur yang bermanfaat bagi orang lain, entah itu di dalam keluarga, di pekerjaan, di paroikia atau sekedar ketika berbicara kepada orang-orang lain dan kenalan-kenalan. Rasa menyenangkan ini kemudian dapat menjadi keadaan rohani yang bersukacita dan optimis apabila perbuatan-perbuatan baik dilakukan bukan demi keuntungan tetapi dari hati yang tulus dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Hanya dengan demikianlah kita akan merasakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat kita ketika kita menjadi sadar akan kehadiran kaitan yang tak terhancurkan antara hal baik yang kita telah lakukan dengan kesejahteraan masyarakat.

Motivasi injili tindakan-tindakan kita baik di dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan pekerjaan dan bermasyarakat kita mampu mengubah secara radikal baik diri kita sendiri maupun dunia tempat kita hidup.

‘Semoga Allah bangkit dan musuh-musuhNya diceraiberaikan!’ kita serukan pada malam yang mengandung cahaya itu. Semoga Allah bangkit di dalam hati kita dan semoga kepalsuan, permusuhan, kejahatan, pertengkaran dan segala perpecahan dalam kehidupan kita diceraiberaikan!

Dari dasar hatiku saya mengucapkan selamat kepada anda sekalian, orang-orang terkasihku, pada perayaan Paskah Suci ini. Semoga pertolongan dan berkat Tuhan yang benar telah bangkit menyertai setiap kita di dalam kerja keras kita selanjutnya demi kemuliaan Gereja, kesejahteraan negeri di mana kita hidup, dan bagi kebaikan sesama kita yang dekat dan yang jauh dari kita. Amin.

+KYRILL
Patriarkh Moskow dan Seluruh Rusia
Paska Suci 2011