Rabu, 16 Juni 2010

DNA Zaman Yesus Ungkap Kasus Kusta Perdana

DNA dari seorang pria berkafan pada abad pertama masehi, yang ditemukan di sebuah makam pinggir Kota Lama Yerusalem, telah mengungkapkan bukti kasus paling awal tentang penyakit kusta.

Gua pemakaman, yang dikenal sebagai Makam Kain Kafan, terletak lebih rendah di Lembah Hinom merupakan bagian dari pemakaman abad ke-1 Masehi, dikenal sebagai Akeldama atau 'Tanah Darah' (Matius 27:3-8; Kis 1: 19), di dekat area dimana Yudas dikatakan telah melakukan bunuh diri.

Makam dari pria berkafan tersebut terletak disamping makam Hanas, imam tinggi (6-15 M), yang merupakan mertua Kayafas, pendeta tinggi yang dikatakan telah mengkhianati Yesus pada masyarakat di Roma. Dengan demikian pria berkafan tersebut diduga adalah imam atau anggota keluarga bangsawan. Menurut Prof Gibson, pemandangan dari makam akan tampak langsung menghadap ke Jewish temple.

Tidak ada pemakaman kedua

Apa yang jarang terutama tentang makam ini adalah bahwa pria ini sudah jelas, dimana ditandai dengan metode radiokarbon 1-50 Masehi, tidak menerima penguburan kedua. Penguburan kedua adalah praktek umum pada waktu itu, di mana tulang-tulang itu diambil setelah satu tahun dan ditempatkan di sebuah osuarium (sebuah kotak tulang dari batu ). Dalam kasus ini, bagaimanapun, pintu masuk ke makam disegel rapat dengan plester. Prof Spigelman percaya ini disebabkan oleh fakta bahwa pria tersebut telah menderita penyakit kusta dan mati karena TBC, karena DNA dari kedua penyakit ini ditemukan di tulang-tulangnya.
Secara historis, penyakit adalah yang merubah atau merusak bentuk, terutama kusta , menyebabkan individu yang telah menderita akan dikucilkan dari komunitas mereka. Namun, sejumlah indikasi , lokasi dan ukuran dari makam, jenis tekstil yang digunakan sebagai pembungkus kain kafan, dan kondisi rambut yang bersih, mengisyaratkan bahwa pria yang dibungkus kafan tersebut adalah anggota masyarakat dengan tingkat sosial yang cukup kaya di Yerusalem dan bahwa tuberkulosis dan kusta mungkin telah melintasi batas-batas sosial pada abad pertama Masehi

Penyangkalan Kain Kafan Turin

Ini juga merupakan kali pertama fragmen dari kain kafan telah ditemukan dari zaman Yesus di Yerusalem. Kain kafan sangat berbeda dengan Kain Kafan Turin, yang sampai sekarang dianggap sebagai salah satu yang digunakan untuk membungkus mayat Yesus. Tidak seperti tenunan rumit kain kafan Turin, ini dibuat dengan tenunan dua cara yang sederhana, karena sejarawan textil Dr Orit Shamir telah dapat memperlihatkan.
Didasarkan pada asumsi bahwa ini adalah mewakili dari kain kafan yang khas digunakan secara luas pada zaman Yesus, para peneliti menyimpulkan bahwa kain kafan Turin tidak berasal dari Yerusalem era Yesus.
Penggalian juga menemukan segumpal rambut dari pria berkafan tersebut, yang secara ritual telah dipotong sebelum penguburannya. Keduanya merupakan penemuan unik karena sisa-sisa organic hampir tidak pernah awet di daerah Yerusalem karena tingkat kelembaban yang tinggi di dalam tanah.

Kesehatan sosial di zaman kuno

Menurut Prof Spigelman dan Prof Greenblatt, asal-usul dan perkembangan kusta sebagian besar tidak jelas. Kusta dalam Perjanjian Lama mungkin merujuk kepada ruam kulit seperti psoriasis. Kusta yang kita kenal hari ini diperkirakan berasal dari India dan dibawa ke Timur dan negara-negara Mediterania di periode Helenistik. Hasil dari makam abad pertama Masehi tentang kain kafan mengisi kesenjangan yang sangat penting dalam pengetahuan kita tentang penyakit ini.
Selanjutnya, penelitian baru menunjukkan bahwa patologi molekuler jelas menambah dimensi baru untuk eksplorasi arkeologi penyakit di zaman dahulu dan memberikan kita pemahaman yang lebih baik dari evolusi, distribusi geografis dan epidemiologi penyakit dan kesehatan sosial di zaman kuno.
Gabungan infeksi dari kusta dan TBC di sini dan di 30 persen dari DNA mayat di Israel dan Eropa dari masa kuno dan modern melengkapi bukti bagi postulat/dalil bahwa wabah penyakit kusta pada abad pertengahan telang hilang karena melonjaknya tingkat tuberkulosis di Eropa sebagai daerah urbanisasi. (Science Daily/ran)

Sumber:
http://erabaru.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN