Minggu, 13 Juni 2010

“Apakah Orang Orthodox Menyembah Arwah dan Berlindung Pada Orang Kudus?”

Oleh :
Presbyter Rm. Arkhimandrit Daniel B.D.B.
(Pendiri & Ketua Umum GOI)

Diedit oleh :
Presbyter Rm. Kirill J.S.L.
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

Pesta perayaan Hari Raya Pentakosta adalah pesta peringatan dimana Roh Kudus turun untuk memberikan kehidupan baru kepada manusia, yaitu kehidupan kebangkitan di dalam Kristus yang membawa kepada kekudusan. Dalam surat Ibrani 11:32-40 menceritakan tentang deretan orang-orang yang oleh iman telah menjadi pahlawan-pahlawan rohani dalam sejarah Gereja di dalam melawan dosa, Iblis dan aniaya dunia. Mereka dikatakan sekarang sebagai “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibrani 12:1). Yang berarti mereka ini masih hidup disekeliling kita untuk menyaksikan perjuangan kita dalam perjuangan iman yang sama seperti yang mereka alami yaitu “mengakui Kristus di depan manusia” (Matius 10:32), “mengasihi Kristus lebih dari mengasihi sanak dan keluarga” (Matius 10:37), “memikul salib” dan “kehilangan nyawa” bagi Kristus (Matius 10:39). Melalui perjuangan iman yang seperti itulah Roh Kudus berkarya lebih dahsyat dalam hidup mereka, sehingga mereka mencapai pengudusan sempurna, dan tetap hidup bersama Kristus untuk “menjadi saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita” itu. Berarti mereka tahu keberadaan kita di bumi, karena mereka telah mencapai “theosis” (“ambil bagian dalam kodrat ilahi” – II Petrus 1:4). Itulah para Orang Kudus Gereja. Memperingati mereka berarti memperingati Karya Nyata Roh Kudus dalam kehidupan Gereja yang telah menyucikan anggota-anggotanya.

Berbicara tentang Orang-orang Kudus ini sering menjadi sandungan dan penolakan bagi sementara saudara-saudara Protestan. Penolakan ini diakibatkan oleh reaksi terhadap penyelewengan Gereja Roma Katolik pada waktu munculnya Gerakan Reformasi Protestan. Pada saat munculnya Gerakan Reformasi Protestan di Eropa Barat, Gereja Roma Katolik memang sedang jatuh kepada zaman kegelapan, dimana banyak praktek-praktek takhayul dan bahkan mungkin praktek-praktek kafir menyusup ke dalamnya. Diantaranya adalah penghormatan terhadap Orang-orang Kudus yang melebihi batas yang seharusnya. Sikap mereka terhadap Orang-orang Kudus itu tak banyak berbeda dari sikap orang-orang kafir Eropa sebelum menjadi Kristen terhadap dewa-dewa mereka. Dan karena inilah mungkin timbul fitnahan terhadap Gereja Orthodox sebagai “menyembah arwah-arwah” (yang jelas tak mungkin dilakukan orang Orthodox karena ajaran Tauhidnya (Ke-Esa-an Allah) yang kokoh!) dan minta “perlindungan pada Orang-orang Kudus”, yang merupakan fitnahan salah alamat, karena fenomena luar yang kelihatan sama di Gereja Orthodox dianggap isinya dan prakteknyapun sama pula seperti yang terdapat dalam Gereja Roma Katolik.
Pada zaman itu ummat Roma Katolik mempercayai bahwa masing-masing Orang Kudus itu diserahi kekuasaan sendiri-sendiri. Misalnya: Santo Kristoforus sebagai penjaga orang dalam perjalanan, dan lain-lain. Dengan demikian orang lebih banyak “berdoa” kepada santo-santa ini daripada kepada Allah. Bahkan Martin Lutherpun, Reformator pertama pada saat peristiwa Reformasi tahun 1517, sebelum mengadakan Gerakan Protestan ketika mendengar suara guruh yang menakutkan, mengatakan: “Santa Anna, tolonglah saya!”. Ini disebabkan adanya keyakinan tenang “Santo-Santa Pelindung”, namun ini bukanlah istilah dan bukan ide Orthodox. Akibat dari ini semua akhirnya ummat Protestan mengatakan bahwa kita semua orang Kristen yang masih hidup inilah Orang-orang Kudus, tidak ada Orang-orang Kudus yang sudah mati itu, dan kita tidak perlu menghormati mereka. Itulah reaksi terhadap Gereja Roma Katolik itu.

Namun sikap Gereja Orthodox mengenai hal ini berbeda baik dari Gereja Roma Katolik maupun reaksi Protestan terhadapnya. Iman Kristen Orthodox menegskan sebagaimana yang dikatakan oleh Alkitab bahwa Gereja itulah Orang-orang Kudus itu, sebagaimana yang dikatakan: “…jemaat (Gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus…” (I Korintus 1:2), juga: “…jemaat (Gereja) Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya (yaitu propinsi Akhaya dimana kota Korintus berada)…” (II korintus 1:1), serta : “…semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat (episkop; uskup) dan diakon” (Filipi 1:1), dan lain-lain. Gereja adalah sebagai persekutuan orang-orang kudus, karena mereka yang masuk ke dalamnya itu telah dikuduskan terlebih dahulu di dalam Kristus Yesus dan Roh Kudus, yaitu melalui Sakramen Baptisan untuk manunggal dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-11) dan Krisma yaitu pengurapan dan tangan untuk menerima Roh Kudus (Kisah Rasul 8:14-17, I Yohanes 2:27, Efesus 1:13, II Korintus 1:21-22), seperti yang dikatakan, “…Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telh dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus (pada saat Baptisan) dan dalam Roh Allah kita (pada saat Krisma yang diberikan langsung sesudah keluar dari air baptisan)” (I Korintus 6:11). Namun kekudusan yang kita miliki sebagai anggota Gereja Kristus yang Orthodox itu adalah kekudusan dalam posisi saja sebagai ummat Allah secara bersama, yaitu Gereja, belum kekudusan dalam realita bagi masing-masing pribadi kita, karena meskipun kita telah disebut sebagai “orang-orang kudus” secara bersama sebagai bagian dari Gereja yaitu “Tubuh Kristus” (Efesus 1:23) yang memang kudus, kita masih diperintahkan : “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah…” (II Korintus 7:1). Jadi secara pribadi orang per orang kekudusan kita memang belum sempurna, kita belum menjadi “orang kudus” dalam realita, karena kita masih tunduk pada pencemaran jasmani dan rohani. Kita disebut orang-orang kudus karena kita menyatu dengan kekudusan Tubuh Kristus yaitu Gereja, yang memang kudus, karena Sakramen-Sakramennya yang menguduskan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalamnya, oleh ajaran dan beritanya yang menguduskan, dan oleh kehadiran Orang-orang Kudusnya yang selalu muncul di sepanjang sejarahnya selama dua ribu tahun ini. Jika kita sebagai Gereja yang sedang berjuang ini sudah disebut sebagai “orang-orang kudus” meskipun masih diperintah untuk “menyempurnakan kekudusan” dalam takut akan Allah, maka jelas bahwa “jemaat (Gereja) anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga” yaitu “roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna” (Ibrani 12:23) itu adalah memang orang kudus dalam realita dan dalam arti yang sebenarnya, karena mereka telah disebut sebagai “orang benar” dan “telah menjadi sempurna”. Mereka itu bukan hantu, bukan arwah, dan tidak disembah. Mereka itu adalah anggota Gereja, yaitu “jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga”. Karena Gereja adalah satu seperti yang telah diterangkan di atas, maka mereka ini adalah anggota kita, dan kita anggota mereka, dengan demikian tak ada perpisahan atau perpecahan dalam persekutuan orang-orang kudus itu.

Karena Alkitab memrintahkan kita untuk mengingat pemimpin-pemimpin yang telah ber-”akhir hidup”-nya (berarti mereka sudah meninggal dunia), dan mencontoh iman mereka (Ibrani 13:7), maka taat kepada perintah Alkitab inilah maka pesta peringatan mereka selalu diadakan, penghormatan pada karya mereka dilakukan, serta kisah hidup mereka dibacakan dan dilagukan agar kita dapat mencontoh iman mereka selama hidup mereka itu, bagi memuliakan Allah yang dimuliakan di dalam diri orang-orang kudusNya itu. Dan nama mereka kita pakai pada waktu baptisan untuk meneladani iman dan hidup mereka. Masihkah orang menuduh Iman Orthodox yangsangat Alkitabiah ini, sebagai “penyembah-penyembah arwah” dan menjadikan Orang-orang Suci sebagai “Santo Pelindung” seperti tuduhan mereka itu? Dan jika mereka memang percaya Alkitab sebagai satu-satunya standart bagi iman dan praktek hidup mereka, mengapa kebenaran Alkitabiah yang baru kita bahas ini diabaikan? Biarlah Allah saja kita sembah, dan Orang-orang KudusNya kita hormati dan kita kenang, karena Allah dimuliakan diantara Orang-orang KudusNya. Amin.

KEMERIAHAN PESTA PERAYAAN ORANG-ORANG KUDUS DI RUSIA

oleh :
Presbyter Rm. Kirill J.S.L.

Suasana Pesta Segenap Orang Kudus dan Pesta Semua Orang Kudus yang menerangi tanah Rusia di Seminari & Akademi Theologia Moskow (Moskow Theological Academy and Seminary/ Московская Духовная Академия и Семинария – МДА / МДС)di St. Sergey Lavra, Sergey Posad, Moskow, pusat Spiritualitas Gereja Orthodox Rusia, Patriarkhat Moskow, pada tahun 2004 (pada masa penulis (Rm. Kirill) menempuh studi imamat di tempat ini pada tahun 2003) :

- Tanggal 26 Juni (13 Juni), pesta Segenap Orang Kudus – Всех Святых, perayaan Liturgi Suci ini untuk memperingati segenap Orang Kudus Allah dari seluruh Gereja Orthodox Sedunia, ini menunjukkan Gereja Orthodox Rusia merupakan Gereja yang Katolik dan Apostolik.

- Tanggal 3 Juli (20 Juni), pada pesta Всех Святых в земле Российскои просиявших - Pesta Semua Orang Kudus yang menerangi tanah Rusia, liturgi dirayakan secara konselebrasi oleh seorang Metropolitan dan 3 Uskup Agung, seorang Metropolitan dari Moskow, Uskup Agung Siberia, Wladivostok dan Uskup Agung Evgenii (Rektor Seminari & Akademi Theologia Moskow). Setelah Liturgi Suci, diadakan “Doa Moleben” (“Молебен”; “public prayer”), yaitu doa umum untuk keperluan Gereja dan Karya Misi. Sore harinya di aula seminari di adakan penyerahan diploma bagi mereka yang lulus dari seminari/ akademi ini, dihadiri oleh para Metropolitan dan Uskup Agung di atas. Kemudian dengan dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan para seminaris, maupun mereka yang menerima diploma bersama anggota keluarganya. Pada pesta perayaan ini, gedung gereja begitu penuh dijejali oleh umat hingga meluber keluar gedung gereja utama. Pesta Semua Orang Kudus Rusia ini dirayakan lebih meriah daripada pesta Segenap Orang Kudus, ini menunjukkan rasa nasionalisme orang Rusia yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARAP MENCANTUMKAN NAMA, EMAIL(HP/TLPN RMH). WAJIB DICANTUMKAN